SISTEM EKONOMI
INDONESIA
A.
Pengertian
Sistem Ekonomi
Sistem ekonomi dapat diartikan sebagai susunan organisasi ekonomi yang
mantap dan teratur. Dalam sistem ekonomi, dibahas pula mengenai persoalan
pengambilan keputusan dalam tata susunan organisasi ekonomi untuk menjawab
persoalan – persoalan ekonomi masyarakat dalam mewujudkan tujuan nasional.
B.
Sistem
– sistem Ekonomi
1.
Sistem
Ekonomi Kapitalis
Sistem
ekonomi kapitalis adalah suatu sistem ekonomi dimana kekayaan yang produktif
terutama yang dimiliki secara pribadi dan produksi terutama dilakukan untuk
dijual. adapun tujuan untuk memiliki secara pribadi ialah untuk memperoleh
suatu keuntungan/laba yang cukup besar dari hasil menggunakan kekayaan yang
produktif. Jelas sekali bahwa motif mencari keuntungan / laba
, bersama – sama dengan lembaga warisan dipupuk oleh hukum perjanjian sebagai
mesin kapitalisme yang besar.
Ada
6 asas yang dapat dilihat sebagai ciri dari sistem ekonomi kapitalis:
1. Hak
milik pribadi
2. Kebebasan
berusaha dan kebebasan memilih
3. Motif
kepetingan diri sendiri
4. Persaingan
5. Harga
ditentukan oleh mekanisme pasar
6. Peranan pemerintah terbatas
2. Sistem Ekonomi Sosialis
Sistem ekonomi sosialis
adalah kebalikan dari sistem ekonomi kapitalis.
Sistem ekonomi
kapitalis dapat dibagi dalam dua sub – sistem
1. Sistem
ekonomi sosial dari Marxis
Sistem ekonomi sosialis
Marxis disebut juga sistem ekonomi komando, dimana seluruh unit ekonomi, baik produsen,
konsumen, maupun pekerja, tidak diperkenankan untuk mengambil keputusan secara
sendiri – sendiri yang menyimpang dari komando otoritas tertinggi, yaitu
partai. Dalam sistem ekonomi sosialis ini, partai yang menentukan secara rinci
arah sasaran yang harus dicapai dan harus dilaksanakan oleh setiap unit ekonomi
dalam pengadaan , baik barang – barang untuk sosial / publik maupun untuk
pribadi. Dengan kata lain sistem ekonomi sosial marxis ,r uang gerak bagi
pelaku – pelaku ekonomi untuk mengambil inisiatif sendiri dapat dikatakan tidak
ada sama sekali.
2. Sistem
ekonomi sosial demokrat
Sistem
dimana kekuasaan otoritas tertinggi jauh berkurang. Dalam sistem ini, disatu
pihak ada kebebasan individu seperti dalam sistem ekonomi kapitalis. Misalnya,
produsen bebas memilih jenis dan berapa banyak produksi yang akan dibuat,
konsumen bebas memilh barang mana yang dikehendakinya, dan pekerja bebas
menentukan jenis pekerjaan apa yang diinginkannya. Namun dipihak lain berbeda dengan sistem ekonomi kapitalis, dalam
sistem ekonomi sosialis demokrat, peran pemerintah lebih besar.
Menurut
Mubyarto terdapat enam kriteria sistem
ekonomi sosialisme demokrat atau sistem ekonomi pasar sosial:
1. Ada
kebebasan individu dan sekaligus kebijaksanaan perlindungan usaha,persaingan
diantara perusahaan kecil maupun menengah perlu dikembangkan
2. Prinsip
–prinsip kemerataan sosial menjadi tekad warga msyarakat
3. Kebijaksanaan
siklus bisnis dan kaitannya dengan pertumbuhan ekonomi
4. Kebijaksanaan
pertumbuhan menciptakan kerangka hukum dan prasarana yang terkait dengan
pertumbuhan ekonomi
5. Kebijaksanaan
struktural
6. Konformitas
pasar dan persaingan
3.
Sistem
Ekonomi Campuran
Sistem
ekonomi campuran adalah sistem yang mengandung beberapa elemen dari sistem
ekonomi kapitalis dan sistem ekonomi sosialis. Dalam sistem ekonomi campuran
dimana kekuasaan serta kebebasan
berjalan secara bersamaan walau dalam kadar yang berbeda beda. Ada sistem ekonomi campuran yang
mendekati sistem kapitalis/ liberalis karena kadar kebebasan yang relatif besar
. Ada pula sistem ekonomi campuran yang mendekati sistem ekonomi sosialis
dimana peran kekeuasaan pemerintah relatif besar terutama dalam menjalankan
berbagai kebijakan ekonomi, moneter/ fiskal. Kemudian didalam sistem ekonomi
campuran adanya camur tangan pemerintah terutama untk mengendalikan kehidupan/
pertumbuhan ekonomi, akan mencegah adanya konsentrasi yang terlalu besar
ditangan satu orang atau kelompok swasta, juga untuk melakukan stabilisasi
perekonomian, mengatur tata tertib serta membantu golongan ekonomi lemah.
C. Sistem Ekonomian Indonesia
Kehidupan perekonomian atau sistem ekonomi di
Indonesia tidak lepas dari prinsip-prinsip dasar pembentukan Republik Indonesia
yang tercantum dalam Pancasila dan UUD 1945. Seperti yang dijelaskan oleh
Sanusi (2000) sebagai berikut “ Sistem
ekonomi Indonesia yang termasuk sistem ekonomi campuran itu disesuaikan
terutama dengan UUD 1945 sebelum diamandemen tahun 2000 yaitu sistem ekonomi
pancasila..... dan ekonomi dengan menitikberatkan pada koperasi terutama pada
masa orde lama sebelum tahun 1966 dan hingga kini masih berkembang.... Dalam
masa Pemerintahan Indonesia Baru (1999) setelah berjalannya masa reformasi
muncul pula istilah ekonomi kerakyatan. Tetapi itupun belum banyak
dikenal....., karena hingga kini yang masih banyak dikenal masyarakat adalah
sistem ekonomi campuran.... yaitu sistem ekonomi pancasila, di samping ekonomi
yang menitik beratkan kepada peran Koperasi dalam perekonomian Indonesia”.
Sebagai kesimpulannya, perbedaan sistem ekonomi
kapitalis dan sistem ekonomi sosialis dengan sistem ekonomi yang dianut
Indonesia adalah pada kedua makna yang terkandung dalam keadilan sosial yang
merupakan sila ke lima pancasila, yaitu prinsip pembagian pendapatan yang adil
dan prinsip demokrasi ekonomi. Kedua prinsip ini sebenarnya merupakan
pencerminan sistem ekonomi Pancasila, yang jelas-jelas menentang sistem ekonomi
kapitalis ekstrem, dan sistem ekonomis sosial ekstrem.
Namun dalam praktiknya, sistem ekonomi Indonesia dalam
beberapa dekade belakangan sejak era orde baru cenderung semakin kapitalis dan
sangat berbeda dengan zaman orde lama. Pada masa orde baru sistem ekonomi
berubah total. Paradigma pembangunan ekonomi mengarah pada penerapan sistem ekonomi
pasa bebas (demokrasi ekonomi), dan politik ekonomi diarahkan pada upaya-upaya
dan cara-cara menggerakan kembali roda ekonomi.
Hasil dari usaha-usaha pemerintah orde baru ialah
untuk menghidupkan kembali roda perekonomian nasional, dengan sistem ekonomi
pasar dan didukung oleh kebijakan-kebijakan ekonomi di segala sektor, dengan
tujuan dan target yang telah ditetapkan di dalam repelita yang cukup
mengagumkan terutama dilihat pada tingkat makro.
Dalam
beberapa tahun belakangan ini, sistem ekonomi Indonesia cenderung kapitalis
dengan keikutsertaannya dalam upaya liberalisasi perdaganganinternasional, baik
dalam konteks perjanjian perdagangan bebas antaranggota ASEAN , APEC, dan dalam
tingkat dunia dengan WTO.
BAB II
SEJARAH EKONOMI INDONESIA
A.
Pemerintahan Orde lama
Pada tanggal
17 Agustus 1945, Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya.
Namun demikian, tidak berarti dalam prakteknya Indonesia sudah bebas dari
Belanda dan bisa member perhatian sepenuhnya pada pembangunan ekonomi. Karena
hingga menjelang akhir 1940-an, Indonesia masih menghadapi dua peprangan besar
dengan Belanda, yakni pada aksi Polisi I dan II. Indonesia dilanda gejolak
politik di dalam negeri dan beberapa pemberontakan di sejumlah daerah.
Akibatnya, selama pemerintahan Orde Lama, keadaan perekonomian Indonesia sangat
buruk, waulupun sempat mengalami pertumbuhan dengan laju rata-rata per tahun
hampir 7% selama decade 1950-an, dan setelah itu turun drastis menjadi
rata-rata per tahun hanya 1,9% atau bahkan nyaris mengalami stagflasi selama
tahun 1965-1966[1].
Tahun 1965
dan 1966 laju pertumbuhan ekonomi atau PDB masing-masing hanya sekitar 0,5% dan
0,6%
Selama
periode Orde Lama (1950-1965), kegiatan
produksi di sektor pertanian dan sektor industri manufaktur berada pada tingkat
yang sangat rendah karena keterbatasan kapasitas produksi dan infrastruktur
pendukung. Rendahnya volume produksi dari sisi suplai dan tingginya permintaan
akibat terlalu banyak uang yang beredar di masyrakat, sehingga mengakibatkan
tingkat inflasi
Dengan
demikian dapat disimpulkan, bahwa buruknya perekonomian Indonesia pada Orde
lama disebabkan oleh:
ü
Hancurnya Infrasturktur
ekonomi (fisik atau non fisik)
ü
Perang
revolusi
ü
Perang dunia II
ü
Gejala politik didalam negeri
ü
Manajemen ekonomi makro yang
sangat buruk selama rezim tersebut.
Dapat dimengerti bahwa dalam kondisi
politik dan sosial dalam negeri seperti ini sulit sekali bagi pemerintah untuk
mengatur perekonomian dengan baik.
B. Pemerintahan Orde Baru
Pada masa orde baru yang lahir tahun
1966,sistem ekonomi berubah total.dalam era Soeharto ini paradigma pembangunan
ekonomi mengarah pada penerapan sistem ekonomi pasar bebas (demokrasi ekonomi),
dan politik ekonomi diarahkan pada upaya-upaya dan cara-cara menggerakan
kembali roda ekonomi.
Pada awal era Soeharto ini,Pemerintah mengambil
beberapa langkah drastis yang bersifat strategis yang menandakan sedang
berlangsungnya suatu perubahan yang cepat dalam sistem ekonomi Indonesia dari
sistem ekonomi komando ke sistem ekonoi pasar,diantaranya adalah dikeluarkannya
sejumlah paket kebijakan liberalisasi dalam perdagangan investasi. Selain itu,
pada masa yang sama, perusahaan-perusahaan yang dinasionalisasikan pada masa
orde lama dikembalikan ke pemiliknya.
Menjelang akhir dekade 1960-an, atas
kerja sama dengan Bank dunia, IMF, dan ADB dibentuk suatu kelompok konsorsium
yang disebut inter-government group on Indonesia (IGGI),yang terdiri asal
sejumlah negara maju. Pembangunan ekonomi diatur melalui serangkaian Repelita
(Rencana Pembangunan Lima Tahun) yang dimulai dengan Repelita I (1969-1974),
dengan penekanan utama pada pembangunan sektor pertanian dan industri-industri
yang terkait seperti agroindustri.
Hasil dari usaha-usaha pemerintah
orde baru untuk menghidupkan kembali roda perekonomian nasional dengan sistem
ekonomi pasar dan didukung oleh kebijakan ekonomi di segala sektor dengan
tujuan dan target yang telah ditetapkan di dalam Replita cukup mengagumkan,
terutama dilihat pada tingkat makro.
C.
Pemerintahan
Transisi
Pada tanggal 14 dan 15 mei 1997,
nilai tukar baht Thailand terhadap dolar AS mengalami suatu goncangan hebat
akibat para investor asing mengambil keputusan ‘jual’. Mereka mengambi sikap
demikian karena tidak percaya lagi terhadap prospek perekonomian negar
tersebut,paling tidak untuk jangka pendek.
Rupiah Indonesia mulai terasa goyang
pada bulan juli 1997. Sekitar bulan September 1997, nilai tukar rupiah terus
melemah, hingga pemerintah Orde Baru mengambil beberapa langkah konkret,
antaranya menunda proyek-proyek dan membatasi anggaran belanja negara. Pada
akhir Oktober 1997, lembaga keuangan internasional memberikan paket bantuan
keuangaannya pada Indonesia.
Pemerintahan Reformasi Hingga Kabinet SBY
Awal pemerintahan reformasi yang
dipimpin oleh Presiden Wahid, masyarakat umum menaruh pengharapan besar
terhadap kemampuan Gusdur. Dalam hal ekonomi, perekonomian Indonesia mulai menunjukkan adanya perbaikan.
Namun selama pemerintahan Gusdur, praktis tidak ada satupun masalah di dalam
negeri yang dapat terselesaikan dengan baik. Selain itu hubungan pemerintah Indonesia
di bawah pimpinan Gusdur dengan IMF juga tidak baik. Ketidakstabilan politik
dan sosial yang tidak semakin surut selama pemerintahan Abdurrahman Wahid
menaikkan tingkat country risk Indonesia. Makin rumitnya persoalan ekonomi
ditunjukkan oleh beberapa indikator ekonomi. Seperti pergerakan Indeks Harga
Saham Gabungan yang menunjukkan pertumbuhan ekonomi yang negatif dan rendahnya
kepercayaan pelaku bisnis terhadap pergerakan nilai tukar rupiah terhadap dolar
AS.
Awal pemerintahan Megawati
inflasi yang dihadapi pemerintah meningkat
mencapai 13,5 % (juli 2000- juli 2001). Namun
demikin dalam era megawati kinerja ekonomi Indonesia menunjukan perbaikan yang
dapat dilihat dari laju pertumbuhan PDB .meningkat
Menginjak pada pemerintahan SBY, di
bulan-bulan pertama pemerintahannya, rakyat Indonesia, pelaku usaha luar, dan
dalam negeri maupun Negara-negara donor serta lembaga-lembaga dunia, seperti
IMF, Bank Dunia, dan ADB, sempat optimis bahwa kinerja ekonomi Indonesia 5
tahun ke depan akan jauh lebih baik dibandingkan pada masa pemerintahan-pemerintahan
sebelumnya sejak Soeharto lengser. Bahkan kabinet SBY dan lembaga-lembaga dunia
tersebut menargetkan pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2005 akan berkisar
sedikit di atas 6%. Target ini dilandasi oleh asumsi bahwa kondisi politik di Indonesia
akan terus membaik dan factor-faktor eksternal yang kondusif (tidak
memperhitungkan akan adanya gejolak harga minyak di Pasar Dunia), termasuk
pertumbuhan ekonomi dari motor-motor utama penggerak perekonomian dunia,
seperti AS, Jepang, EU, dan China, akan meningkat. Namun pada pertengahan kedua
tahun 2005 ekonomi Indonesia digoncang oleh dua peristiwa yang tidak terduga
sama sekali, yaitu naiknya harga minyak mentah (BBM) di pasar internasional dan
melemahnya nilai tukar Rupiah terhadap Dolar AS. Dua hal ini membuat realisasi
pertumbuhan PDB tahun 2005 lebih rendah dari target tersebut (table menjadi
tantangan berat bagi presiden SBY karena jika tidak ditangani segera dan
secaara baik, pengaruh negatifnya akan sangat besar terhadap perekonomian nasional
dan akhirnya juga terhadap kehidupan masyarakat, khususnya kelompok miskin).
Kenaikan harga minyak ini
menimbulkan tekanan yang sangat berat terhadap keuangan pemerintah (APBN).
Akibatnya pemerintah terpaksa mengeluarkan suatu kebijakan yang sangat tidak
populis, yaitu mengurangi subsidi BBM, yang membuat harga BBM di pasar dalam
negeri meningkat tajam. Kenaikan harga BBM yang besar untuk industri terjadi
sejak 1 Juli 2005. Harga solar untuk industri dari Rp 2200 per liter menjadi Rp
4750 per liter (naik 115%). Tanggal 1 Agustus 2005, kenaikan harga minyak tanah
untuk industri dari Rp 2200 per liter menjadi Rp 5490 per liter (naik 93%).
Tanggal 1 Oktober 2005, pemerintahn menaikkan lagi harga BBM yang berkisar
antara 50% hingga 80%. Diperkirakan hal ini akan sangat berdampak negatif
terhadap kegiatan ekonomi domestik, terutama pada periode jangka pendek karena
biaya produksi meningkat.
Menurunnya kegiatan ekonomi/produksi
menyebabkan berkurangnya pendapatan usaha yang selanjutnya akan memperbesar
defisit APBN karena pendapatan pajak berkurang. Harga BBM yang tinggi juga akan
mendorong inflasi di dalam negeri. Semua ini akan berpengaruh negatif terhadap
kesempatan kerja atau akan meningkatkan pengangguran (U) dan kemiskinan (P).
kenaikan pengangguran atau kemiskinan juga akan menambah defisit APBN karena
menurunnya pendapatan pemerintah dari pajak pendapatan. Sementara di sisi lain,
pengeluaran pemerintah terpaksa ditambah untuk membantu orang miskin. Juga
peningkatan kemiskinan akan memperburuk pertumbuhan ekonomi lewat efek
permintaan yaitu permintaan di dalam negeri berkurang.
Menjelang akhir masa jabatan SBY
yang akan berakhir tahun 2009, perekonomian Indonesia menghadapi dua goncangan
eksternal, yaitu harga BBM yang terus naik dan kenaikan harga pangan di pasar
global. Kenaikan harga BBM yang terus-menerus sejak tahun 2005 memaksa
pemerintah menaikkan lagi harga BBM, terutama premium, di dalam negeri pada
tahun 2008. kedua goncangan eksternal tersebut sangat mengancam kestabilan
perekonomian nasional, khususnya tingakt inflasi. Secara kumulatif, inflasi
paada periode Januari-Februari 2008 sudah mencapai 2,44% yang merupakan angka
tertinggi sejak tahun 2003. dengan inflasi year on year yang mencapai 7,4% maka
ancaman inflasi yang lebih tinggi selama tahun 2008 bukanlah suatu hal yang
mustahil.
terimakasih untuk ilmu nya.
BalasHapussalam sehat jiwa dan raga,
https://marketing.ruangguru.com/uji