PENGARUH TINGKAT
INFLASI, TINGKAT SUKU BUNGA SBI, INDEKS
HARGA SAHAM GABUNGAN DAN PERTUMBUHAN
EKONOMI TERHADAP NILAI TUKAR RUPIAH ATAS DOLLAR
Di Susun
Oleh :
NAZLAH HANIM NASUTION
JURUSAN PENDIDIKAN
EKONOMI
Fakultas Ekonomi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perdagangan
internasional melibatkan suatu negara dengan negara yang lain dan menjadikan
negara-negara di dunia menjadi lebih terikat. Oleh karena itu, interaksi dengan
dunia luar negeri merupakan hal yang tidak bisa dihindari oleh negara manapun,
termasuk Indonesia. Guna memperlancar transaksi perdagangan internasional,
penggunaan uang dalam perekonomian terbuka tersebut ditetapkan dengan
menggunakan mata uang yang telah disepakati. Tinggi
rendahnya nilai mata uang ditentukan oleh besar kecilnya jumlah penawaran dan permintaan terhadap mata uang tersebut
(Hadiwinata,2004:163). Kurs merupakan salah satu harga yang penting dalam
perekonomian terbuka. Penerapan nilai tukar mengambang dan penggunaan bahan
baku impor menyebabkan nilai tukar sangat berpengaruh terhadap perekonomian
Negara. Sejak periode 1970 hingga sekarang Indonesia telah melakukan 3 kali
perubahan system nilai tukar. Pada tahun
1964-1978 Indonesia menganut system nilai tukar tetap. Berdasarkan UU
No. 32 tahun 1964 nilai tukar resmi Indonesia yaitu RP250/USD. Pada tahun 1978
Indonesia menetapkan nilai tukar mengambang terkendali ditetapkan di Indonesia,
nilai tukar rupiah dari tahun ke tahun terus mengalami depresiasi terhadap US
dollar. Nilai tukar rupiah berubah-ubah antara Rp644/USD – RP2.383/USD.
Pada tahun 1997 Indonesia menganut system nilai tukar
mengambang bebas. Sejak pertengahan Juli 1997, Rupiah mengalami tekanan yang
mengakibatkan semakin melemahnya nilai rupiah terhadap US dollar. Tekanan
tersebut diakibatkan oleh adanya currency
turmoil, yang melanda Thailand dan menyebar ke negara-negara ASEAN termasuk
Indonesia. Hal ini menyebabkan Indonesia mengalami krisis moneter pada tahun
1998, yang mana pada saat itu banyak perusahaan mengalami kebangkrutan karena
tidak mampu membayar kewajibannya dalam bentuk valuta asing.
Nilai tukar rupiah pada tahun 2013 berada dalam tren
melemah. Berdasarkan laporan Bank Indonesia tekanan terhadap nilai tukar rupiah
tersebut tidak terlepas dari pengaruh ekonomi global yang melambat dan harga
komoditas internasional yang menurun, yang kemudian mendorong melebarnya
defisit transaksi berjalan indonesia. Tekanan terhadap nilai tukar rupiah
semakin kuat sejak akhir Mei 2013 saat terjadinya aliran keluar modal asing
tersebut dipicu oleh ketidakpastian global akibat rencana pengurangan stimulus
moneter di AS (tapering off). Melemahnya
nilai tukar rupiah terhadap US dollar tidak terlepas dari pengaruh ekonomi
global, namun dapat juga dipengaruh factor dari dalam negeri, diantarannya
tingkat inflasi, BI rate dan nilai impor.
Inflasi merupkan kondisi meningkatnya harga-harga secara
umum dan terus menerus sehingga dapat menurunkan nilai mata uang suatu negara
(Serfianto dkk, 2013:98). Adapun salah satu penyebab inflasi adalah karena
adanya kenaikan permintaan. Kenaikan permintaan ini akan mengakibatkan
harga-harga naik karena penawaran tetap, yang mana factor lain dianggap tetap (ceteris paribu). berubah sehingga barang-barang di Indonesia relative semakin mahal dan
barang-barang di Amerika relative lebih murah. Hal ini mengakibatkan permintaan
barang-barang Amerika akan meningkat yang juga diikuti oleh peningkatan
permintaan US dollar. Semakin tinggi permintaan US dollar hal ini akan
menyebabkan semakin sedikitnya persediaan US dollar, Sehingga harga
memperolehnya akan semakin mahal. Hal ini menggambarkan bahwa tingkat inflasi
yang tinggi dapat melemahkan nilai tukar mata uang suatu negara. Selain itu
tingkat inflasi yang tinggi dapat memicu bertambahnya nilai impor.
Factor lain yang mempengaruhi perubahan nilai tukar
adalah suku bunga (BI rate). Menaikkan atau menurunkan suku bunga (BI rate) merupakan salah satu kebijakan
moneter yang dilakukan oleh Bank Indonesia untuk mengatur jumlah uang beredar dan menjaga kestabilan nilai
tukar rupiah. Perubahan suku bunga(BI rate)
akan mempengaruhi investasi pada surat berharga luar negeri. Investor yang
berinteraksi secara global akan mencari negara dengan tingkat suku bunga yang
menguntungkan (Situmeang, 2010:51). Jika BI rate
meningkat ketika tingkat suku bunga luar negeri relative tidak berubah.
Investor Indonesia akan mengurangi permintaan terhadap US dollar karena
Indonesia menawarkan tingkat pengembalian yang lebih menarik dan investor dari
luar negeri akan menawarkan US dollar untuk diinvestasikan dalam rupiah.
Selain tingkat inflasi dan BI rate, factor lain yang mempengaruhi perubahan nilai tukar adalah
nilai impor. Impor merupakan perdagangan barang dari luar negeri ke dalam
negeri, sehingga menyebabkan adanya transaksi pembayaran ke luar negeri. Nilai
impor Indonesia terus mengalami kenaikan dari tahun ke tahun. Tingginnya nilai
impor Indonesia dikarenakan banyak komponen bahan mentah dan penolong yang
masih harus diimpor. Makin besar kebutuhan impor makin besar pula permintaaan
valuta asing (Triyono, 2008:159).
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan Latar balakng di
atas, maka dapat di identifikasikan beberapa masalah sebagai
Berikut:
1.
Apa saja factor-faktor yang
menyebabkan Rupiah melemah terhadap dollar Amerika?
2.
Apakah pelemahan nilai tukar
rupiah terhadap dollar Amerika dipengaruhi oleh inflasi?
3.
Bagaimana Pengaruh Nilai Tukar terhadap Indeks Harga Saham
Gabungan (IHSG)
4.
Apakah pelemahan nilai tukar
rupiah terhadap dollar Amerika dipengaruhi oleh BI rate?
C. Tujuan Penulis
1.
Untuk mengetahui faktor-faktor
apa saja yang menyebabkan Rupiah melemah terhadap dollar Amerika
2.
Untuk mengetahui pelemahan
nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika dipengaruhi oleh inflasi
3.
Untuk mengetahui pengaruh nilai
tukar terhadap indeks harga gabungan (IHSG )
4.
Untuk mengetahui pelemahan
nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika dipengaruhi oleh BI rate
BAB II
LANDASAN TEORITIS
A.
Nilai tukar
Menurut
Sukirno (2006:397) ”Kurs adalah jumlah uang domestic yang dibutuhkan, yaitu
banyaknya rupiah yang dibutuhkan untuk memperoleh satu unit mata uang asing”.
Menurut
Oktavia dkk (2013:149) “Kurs adalah salah satu harga yang paling penting dalam
perekonomian terbuka, karena di tentukan oleh adanya keseimbangan antara
permintaan dan penawaran yang terjadi di pasar. Dari defenisi di atas dapat
disimpulkan, nilai tukar adalah banyaknya mata uang suatu negara yang
dibutuhkan untuk memperoleh mata uang negara lain.
Nilai tukar lazim juga disebut
kurs valuta asing dalam berbagai transaksi atau pun jual beli valuta asing,
dikenal ada 3 (tiga) jenis (sukwiaty dkk, 2005:25) yaitu:
1.
Kurs Jual
Kurs Jual
adalah kurs yang dikeluarkan oleh bursa valuta asing untuk menjual satu unit
mata uang asing tertentu.
2.
Kurs Beli
Kurs Beli
adalah kurs yang dikeluarkan oleh bursa valuta asing untuk membeli satu unit
mata uang asing tertentu.
3.
Kurs Tengah
Tengah adalah rata-rata dari kurs jual dan
kurs beli. Kegunaan kurs tengah adalah untuk menganalisis naik turunnya harga
valuta asing di bursa, seperti memperjelas apresiasi dan depresiasi valuta
asing tertentu.
1. Faktor-Faktor yang mempengaruhi nilai tukar
Menurut
situmeang (2006) ada 6 (enam) factor yang mempengaruhi kurs yaitu :
a.
Tingkat inflasi
Perubahan
tingkat inflasi dapat mempengaruhi aktifitas perdagangan internasional karena
adanya perbedaan harga sebagai dampak inflasi tersebut.perubahan aktivitas
perdagangan ini akan mempengaruhi permintaan dan penawaran mata uang sehingga
mempengaruhi nilai tukar, misalnya jika tingkat inflasi Indonesia naik lebih
tinggi relative dari pada amerika, maka nilai tukar rupiah terhadap US dollar
akan melemah. Secara nyata perubahan tersebut tidak hanya di sebabkan oleh
sebuah factor seperti inflasi namun kombinasi dari berbagai factor.
b.
Tingkat suku bunga
Perubahan
tingkat suku bunga akan mempengaruhi investasi pada surat berharga luar
negerisehingga akan mempengaruhi permintaan dan penawaran mata uang asing.
Investor yang berinteraksi secara global akan mencari negara dengan tingkat
suku bunga yang menguntungkan asumsikan jika tingkat suku bunga di Indonesia
naik ketika suku bunga di Amerika relative tidak berubah, maka investor dari
Indonesia akan mengurangi permintaan terhadap US dollar karena suku bunga di
Indonesia menawarkan pengembalian yang lebih menarik. Sebaliknya investor dari
amerika akan menginvestasikan modalnya di Indonesia dengan menawarkan US dollar
untuk di investasikan di dalam rupiah. Tingginya penawaran US dollar
mengakibatkan penguatan Rp terhadap US dollar. Namun secara nyata kenaikan suku
bunga biasanya menggambarkan kenaikan inflasi.
c.
Kontrol pemerintahan
Pemerintahan
adalah pihak yang memegang posisi yang sangat menentukan dalam menentukan nilai
tukar. Pemerintah memiliki kekuasaan yang besar dan juga memiliki kapasitas
modal yang memadai untuk mempengaruhi pasar
d.
Ekspektasi
Ekspektasi
terhadap masa depan dapat menggerakkan nilai tukar mata uang seperti halnya
pasar keuangan lainnya. Investor akan melakukan antisipasi terhadap kemungkinan
penggerakan nilai di masa yang akan
datang.
Peramalan terhadap perubahan
di masa depan tersebut mendorong investor mengambil keuntungan dengan harapan
mendahului pasar dalam mengambil tindakan antisipatif
e.
Interaksi factor-faktor
Factor-faktor
yang mempengaruhi nilai tukar tidak bekerja secara individual. Factor-faktor
tersebutbaik yang berhubungan dengan perdagangan maupun factor yang berhubungan
dengan mata uang antar negara.
2.
Sistem Nilai Tukar
(Menurut Sartono, 2003) ada
empat sistem nilai tukar yaitu:
1.
Sistem nilai tukar tetap,
adalah sistem dimana nilai mata uang suatu negara ditentukan tetap terhadap
mata uang negara lain. Sistem ini memaksa pemerintah untuk selalu menyesuaikan
nilai tukarnyajika tidak lagi sesuai dengan nilai yang telah ditetapkan dengan
cara mendevaluasikan mata uangnya
2.
Sistem nilai tukar mengambang
terkendali, dalam sistem ini bank sentral menentukan bahwa mata uangnya boleh
bergerak dalam rentan tertentu yang telah di tetapkan. Jika mata uang bergerak
melebihi batas atas dan batas bawah, maka bank sentral akan melakukan
intervensi dengan membeli atau menjual US dollar. Selain intervensi secara
langsung dilakukan pemerintah juga menggunakan instrument lain seperti suku bunga
3.
.Sistem nilai tukar bebas
mengambang, dalam sistem ini pemerintah tidak lagi berkewajiban untuk melakukan
intervensi terhadap pergerakkan nilai tukar. Mata uangnya dibiarkan melakukan
penyesuaian melalui mekanisme pasar. Selain itu sistem ini dapat menghemat
cadangan devisa negara.
B.
Inflasi
Inflasi
merupakan suatu keadaan dimana harga barang mengenai kenaikan secara
terus-menerus. Menurut Serfianto (2013:98) “inflasi merupakan kenaikan di
tingkat harga umum sehingga dapat menurunkan nilai mata uang suatu negara”.
Jadi, suatu keadaan mengidentifikasikan terjadinnya inflasi adalah dimana harga
barang-barang secara umum ( bukan satu atau dua barang saja) yang mengalami
kenaikkan harga.” Apabila terjadi kenaikkan harga namun hanya pada satu atau
beberapa jenis barang saja dan tidak berlangsung secara terus-menerus, maka hal
itu tidak dapat di sebut sebagai inflasi.
1. Faktor-faktor penyebab inflasi, yaitu:
v Inflasi karena kenaikan permintaan (
demand-pull inflation)
Inflasi seperti ini terjadi karena adanya
kenaikan permintaan untuk beberapa jenis barang. Dalam hal ini, permintaan
masyarakat maningkat secara agregat. Peningkatan ini dapat terjadi karena
peningkatan belanja pemerintah, peningkatan permintaan barang untuk diekspor,
dan peningkatan dari permintaan barang untuk kebutuhan swasta. Kenaikan
permintaan masyarakat ini mengakibatkan harga-harga naik karena penawaran
tetap.
v
Inflasi karena biaya produksi
(cost-pull inflation)
Inflasi seperti ini terjadi karena adanya
kenaikan biaya produksi. Kenaikan biaya produksi terjadi karena kenaikan harga-harga baku, misalnya karena
keberhasilan serikat buruhdalam menaikan upah atau karena kenaikan bahan bakar.
Kenaikan biaya produksi mengakibatkan harga naik dan terjadi inflasi
v
Inflasi karena jumlah uang
yang beredar bertambah
Teori ini diajukan oleh kaum klasik yang
mengatakan bahwa ada hubungan antara jumlah uang yang beredar dan harga-harga.
Jika jumlah barang tetap sedangkan uang beredar bertambah maka harga akan naik.
Penambahan jumlah uang yang beredar dapat terjadi misalnya karena mencetak uang
bataaru yang mengakibatkan harga-harga naik.
2.
Jenis-Jenis Inflasi
Berdasarkan tingkat keparahannya, inflasi dapat
dibedakan atas empat (Alam 2007:217),yaitu:
1. Inflasi ringan adalah inflasi yang masih belum Bgitu menganggu keadaan
ekonomi. Inflasi ini masih mudah di kendalikan. Harga-harga naik secara umum,
tetapi belum menimbulkan krisis di bidang ekonomi. Inflasi ringan berada
dibawah 10% per tahun
2.
Inflasi sedang, inflasi
ini belum membahayakan kegiatan ekonomi, tetapi inflasi ini sudah menurunkan
kesejahteraan orang-orang yang berpenghasilan tetap. Inflasi sedang berkisar
antara 10%-30% per tahun.
3.
Inflasi berat, inflasi ini
sudah mengacaukan kondisi perekonomian. Pada inflasi berat ini, orang cenderung
menyimpan barang. Dan umumnya orang enggan untuk menabun, karena bunga tabungan
lebih rendah dari laju inflasi. Inflasi berat berkisar antara 30%-100% per
tahun
4. Inflasi sangat berat (hyperinflasi), inflasi
jenis ini sudah mengacaukan kondisi perekonomian dan susah dikendalikan
walaupun dengan kebijakan moneter dan kebijakan fiskal. Inflasi sangat berat
berada diatas 100% per tahun
Kebijakan ekonomi
suatu negara biasanya akan berusaha agar inflasi tetap berada pada taraf
inflasi ringan. Inflasi seperti ini akan mengurangi pandapatan rill
pekerja-pekerja berpenghasilan tetap, tetapi kemorosotan tersebar tidaklah
terlalu besa. Inflasi seperti ini juga menimbulkan efek yang baik dalam
perekonomian. Keuntungan perusahaan meningkat (akibat harga yang meningkat
tetapi tidak diikuti oleh kenaikan gaji) dan ini akan meningkatkan lebih banyak
investasi. Lanjutan dari perkembangan ini adalah kesempatan kerja dan
pendapatan meningkat dan mendorong pada pertumbuhan ekonomi.
3.
Dampak inflasi
Uang dapat
menimbulkan banyak persoalan dalam kegiatan perekonomian uang yang berlebihan
akan menimbulkan kenaikkan harga-harga yang menyeluruh. Hal ini sesuai dengn teori kuantitas yang menyatakan bahwa
tingkat harga ditentukan oleh jumlah uang beredar. Kemudian harga-harga yang
tinggi dan terus-menerus bukan saja menimbulkan beberapa efek buruk atas
kegiatan ekonomi, tetapi juga kepada kemakmuran individu dan masyarakat.
Menurut Alam (2007:223-224) akibat-akibat yang
ditimbulkan inflasi terhadap kegiatan ekonomi masyarakat yaitu sebagai berikut:
o
Dampak inflasi terhadap
pendapatan, inflasi dapat mengubah pendapatan masyarakat.perubahan dapat
bersifat menguntungkan atau merugikan. Pada beberapa kondisi (kondisi inflasi
lunak) inflasi dapat mendorong perkembangan ekonomi. Inflasi dapat mendorong
para pengusaha memperluas produksinya. Dengan demikian, akan tumbuh kesempatan
kerja baru sekaligus bertambahnya pendapatan seseorang. Namum bagi masyarakat
yang berpenghasilan tetap inflasi akan menyebabkan mereka rugi karena
penghasilan yang tetap itu jika ditukarkan dengan barang dan jasa akan semakin
sedikit
o
Dampak inflasi terhadap
ekspor, pada keadaan inflasi daya saing untuk barang ekspor berkurang,
berkurangnya daya saing terjadi karena harga barang ekspor semakin mahal.
Inflasi dapat menyulitkan para eksportir dan negara. Negara mengalami kerugian
karena daya saing barang ekspor berkurang yang mengakibatkan jumlah penjualan
berkurang.
o
Dampak inflasi terhadap minat orang untuk
menabung. Pada masa inflasi, pendapatan riil para penabung berkurang karena
jumlah bunga yang diterima pada kenyataannya berkurang karena laju inflasi
o
Dampak inflasi terhadap
kalkulasi harga pokok. Keadaan inflasi menyebabkan perhitungan untuk menetapkan
harga pokok dapat terlalu kecil atau bahkan terlalu besar. Oleh karena
persentase dari inflasi tidak teratur. Kita tidak dapat memastikan berapa
persen untuk masa tertentu.akibatnya, menetapkan harga pokok dan harga jual
sering tidak tepat. Keadaan inflasi ini dapat mengacaukan perekonomian,
terutama untuk produsen.
Inflasi yang
serius, yaitu inflasi yang lajuannya sudah tidak dapat dikendalikan. Tingkat
inflasi yang terlalu tinggi dapat membahayan perekonomian suatu negara. Hal ini
akan mengurangi gairah perusahaan untuk melakukan investasi yang produktif dan
dapat menimbulkan kemerosotan nilai mata uang dan defisit dalam neraca
pembayaran. Berbagai masalah ini akan memperlambat pertumbuhan ekonomi dan
meningkatkan pengangguran.
Inflasi akan memperkaya pemilik harta tetap, karena
kenaikan nilai kekayaan mereka semangkin meningkat. Maka jurang kesenjangan
social masyarakat akan bertambah. Selain itu juga tingkat inflasi luar negeri
lebih tinggi dari pada tingkat inflasi domestic (Indonesia) maka penawaran
dollar akan meningkat untuk ditukarkan dengan rupiah. Maka semakin tinggi
tingkat inflasi akan melemahkan nilai tukar mata uang suatu negara. Oleh karena
it, inflasi harus segera diatasi. Tindakan yang dapat diambil untuk mengatasi
inflasi dapat berupa kebijakan moneter, kebijakan fiskal atau kebijkan lainnya.
C.
Suku Bunga (BI Rate)
BI rate
merupakan variabel penting variabel ini digunakan dari penentuan suku bunga
yang lain. BI rate diumumkan oleh Dewan Gubernur Bank Indonesia setiap rapat
Dewan Gubernur bulan dan diimplementasikan pada operasi moneter yang dilakukan
Bank Indonesia melalui pengelolaan Ekuiditas di pasar uang. Suku bunga menjadi
lebih penting bagi Indonesia sejak dilepaskannya sistem nilai tukar mengambang
terkendali dan diganti dengan sistem nilai tukar mengambang bebas.
Menurut
suhandi (dalam Situmeang,:2006) “ suku bunga adalah sebuah harga yang
menghubungkan masa kini dengan masa depan, sebagaimana harga lainnya maka
tingkat suku bunga ditentukan oleh interaksi antara permintaab dan penawaran
uang”.
Menurut
Puspopranoto, (2004:69) “ tingkat bunga adalah biaya peminjam atau harta yang
dibayar untuk meminjam sejumlah dana”. Menurut milber, RL.Dan Vanhoose,DD
(Puspranoto (2005:69) menyatakan bahwa “ bunga adalah Sejumlah dana di nilai
dalam uang, yang di terima si pemberi pinjaman(kreditur), dan suku bunga adalah
rasio dari bunga terhadap jumlah permintaan”.
Dari
defenisi diatas dapat disimpulkan bahwa suku bunga adalah biaya yang harus
dibayarkan peminjam dan imbalan yang diterima pemberi pinjaman.
Suku bunga di bedakan atas 2
(dua), yaitu:
1. Suku bunga nominal adalah tingkat bunga yang dapat diamati di pasar
2. Suku bunga riil adalah konsep yang mengukur tingkat bunga yang
sesungguhnya setelah suku bunga nominal
dikurangi dengan laju inflasi yang di harapkan.
Adapun Fungsi dan peran suku bunga adalah Suku bunga akan mempengaruh investasi
surat berharga luar negeri sehingga akan mempengaruhi permintaan dan penawaran
mata uang asing investor yang bertransaksi secara global akan mencari negara
denagn tingkat suku bunga yang menguntungkan. Jika tingkat suku bunga domestic
(Indonesia) naik dan tinggkat suku bunga luar negeri relative tidak berubah.
Investor Indonesia akan mengurangi permintaan terhadap US Dollar suku bunga di
Indonesia menawarkan pengembalian yang menarik dan investor asing akan
menawarkan US dollar untuk ditukarkan dengan mata uang domestic (Indonesia).
Penjelaan ini menggambarkan bahwa kenaikan suku bunga akan mendorong pengutan
nilai tukar mata uang suatu negara.
Menurut
Puspopranoto (2004:71) tingkat bunga mempunyai beberapa fungsi dan peran
penting dalam perekonomian, yaitu:
1. Membantu menggalinyatabungan berjalan kearah investasi guna mendukung
pertumbuhan perekonomian
2.
Mendistribusikan jumlah kredit
yang tersedia, pada umumnya memberikan dana kredit kepada proyek investasi yang
menjanjikan hasil tertinggi
3.
Menyeimbangkan jumlah uang
beredar dengan permintaan akan uang di suatu Negara
4.
Merupakan alat penting
menyangkut kebijakan pemerintah melalui pengaruhnya terhadap jumlah tabungan
dan investasi.
- Indeks Harga Saham Gabungan
.Untuk mengukur kinerja saham yang
diperdagangkan di bursa digunakan suatu indeks, yaitu Indeks Harga Saham
Gabungan (IHSG). IHSG merupakan angka indeks harga saham yang sudah disusun dan
dihitung sehingga menghasilkan trend, dimana angka indeks adalah angka
yang diolah sedemikian rupa sehingga dapat digunakan membandingkan kejadian
yang dapat berupa perubahan harga saham dari waktu ke waktu. Dalam perhitungan
angka indeks ini digunakan waktu dasar (base period) dan waktu yang
sedang berjalan (given/parent period), (Jogiyanto, 2000). Indeks Harga
Saham Gabungan (IHSG) menggambarkan suatu rangkaian informasi historis mengenai
pergerakan harga saham gabungan seluruh saham, sampai pada tanggal tertentu.
Pergerakan harga saham tersebut disajikan setiap hari, berdasarkan harga
penutupan di bursa pada hari tersebut. Indeks tersebut disajikan untuk periode
tertentu. Indeks harga saham gabungan berubah setiap hari karena, (1) perubahan
harga pasar yang terjadi setiap hari, (2) adanya saham tambahan (masuknya
emiten baru yang tercatat di Bursa Efek, atau terjadinya tindakan corporate
action berupa stock split, right, waran, deviden saham, saham bonus,
dan saham konversi). Ada beberapa pendekatan atau metode perhitungan yang
digunakan untuk menghitung indeks, yaitu: (1) menghitung rata-rata (arithmetic
mean) harga saham yang masuk dalam anggota indeks, (2) menghitung (geometric
mean) dari indeks individual saham yang masuk anggota indeks, (3)
menghitung rata-rata tertimbang nilai pasar. Umumnya semua indeks harga saham gabungan
(composite) menggunakan metode rata-rata tertimbang termasuk di Bursa
Efek Indonesia
BAB III
PEMBAHASAN ANALISIS
Pasar modal mencerminkan apa yang
terjadi pada perekonomian makro. Karena nilai investasi ditentukan oleh aliran
kas yang diharapkan serta tingkat retur yang disyaratkan atas investasi
tersebut. Fluktuasi yang terjadi di pasar modal terkait dengan perubahan yang
terjadi pada variabel makro. Harga saham merupakan cerminan dari ekspektasi
investor terhadap faktor earning, aliran kas, dan tingkat return yang
disyaratkan investor, yang mana ketiga faktor tersebut juga sangat dipengaruhi
oleh kinerja ekonomi makro. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa IHSG dapat
dijelaskan oleh inflasi, tingkat bunga SBI dan nilai tukar. Namun, dari ketiga
variabel tersebut hanya inflasi yang berpengaruh signifikan positif terhadap
IHSG, suku bunga dengan arah negatif dan tingkat kurs juga dengan arah negatif.
Kemudian Indonesia mempunyai sumber daya alam yang besar, termasuk minyak mentah,
gaas alam, timah, dan emas. Indonesia mengekspor gas alam terbesar kedua di
dunia, meski beberapa tahun terakhir menjadi pengimpor bersih minyak mentah.
Hasil pertanian yang utama termasuk beras, the, kopi, rempah-rempah, dan karet.
Sektor jasa adalah penyumbang terbesar PDB(SEKITAR 45.3%), dan sektor pertanian
14,0% untuk pdb 2005. Meskipun demikian sektor pertanian mempekerjakan lebih
banyak orang daripada sektor-sektor lainnya, yaitu 44,3% dari 95 juta orang
tenaga kerja. Pertumbuhan PDB Indonesia tahun 2004 dan 2005 melebihi 5% dan
diperkirakan akan terus berlanjut. Namun demikian, dampak pertumbuhan itu belum
cukup besar dalam memengaruhi tingkat pengangguran, yaitu sebesar 9,75%.
Perkiraan tahun 2006. Sebanyak 17,8% masyarakat hidup di bawah garis kemiskinan,
dan terdapat 49,0% masyarakat yang hidup dengan penghasilan kurang dari ASS 2
per hari.
Setiap
negara memiliki kesatuan mata uang sendiri untuk kegiatan ekonomi dalam negri,
yang berbeda dwngan mata uang negara lain. Untuk memenuhi kebutuhan pemerintah
dan swasta yang tidak dapat dipenuhi dari dalam negeri sendiri, melainkan dari
luar negeri, maka suatu negara harus memiliki devisa atau mata uang dari
berbagai negara lain untuk mengadakan transaksi ekonomi dan keuangan
internasioanal. Dari sinilah awal terjadinya perdagangan mata uang asing (currency exchange) antar negara.
Perdagangan mata uang (valuta asing) pada masa lalu dilakukan secara
konvensiaonal, selalu menghadirkan fisik mata uang itu sendiri. ( Dauda paris, Analisis Pengaruh Fundamental Ekonomi,Vol
1)
Nilai tukar
merupakan suatu pernyataan atau wujud suatru nilai mata uang dalam satu mata
uang negar lain. Pergerakan nilai mata uang ini akan terjadi setiapsaat seiring
perubahan berbagai factor yang berpengaruh terutama factor ekonomi negara-negara
terkait. Pergerakkan nilai tukar mata uang akan mempengaruh arus kas bersih
yang diterima dari anak perusahaan serta jumlah jumlah uang yang akan
dibayarkan untuk transaksi internasionalnya. (situmenag, (2010:44)
Mata uang
asing (valas) yang sering digunakan sebagai alat pembayaran dan kesatuan hitung
dalam transaksi ekonomi dan keuangan internasioanl disebut sebagai hard currency, yaitu mata uang yang
nilainya relative stabil dan kadang-kadang mengalami kenaikan (apresiasi nilai)
terhadap mata lainnya. Salah satu mata uang asing yang paling banyak digunakan
dalam kegiatan ekonomi dan keuangan internasioanal adalah mata uang Dollar
Amerika Serikat (USD). Nilai tukar valuta asing khususnya Dollar AS dapat
mengalami apresiasi atau depresiasi terhadap mata uang lainnya (dalam hal ini
Rupiah). Naik turunya tingkat inflasi, suku bunga, tingkat pendapatan
masyarakat, suhu politik, kebijakan pemerintah di bidang moneter, keamanan
dalam negeriyang tidak kondusif. Dengan mengethui kondisi masa depan nilai tukar
valuta asing terhadap Rupiah enggunakan prediksi deret berkala (time series) baik jangka pendek maupun
jangka panjang berguna bagi penyusunan rencana bagi para pelaku ekonomi untuk
mepersiapkan segala sesuatu sedini mungkin, sehingga hasil yang di capai dapat
optimal.
Ada beberapa
factor yang dapat mempengaruhi nilai tukar antara dua mata uang. Yaitu:
a.
Tingkat inflasi
b.
Tingkat suku bunga
c.
Tingkat pendapatan
d.
Kontrol pemerintahan
e.
Ekspektasi
Selain itu
niali tukar rupiah juga terbentuk oleh pengaruh dari luar. Dalam teori (Purchasing power parity)yang sering
digunakan sebagai rujukan untuk mengukur
hubungan antar inflasi dan nilai tukar menyebutkan bahwa harga dari produk yang
sama seharusnya sama. Jika terdapat perbedaan, maka permintaan akan berubah
yang mendorong harga menjadi sama
Nilai tukar yang berflutuasi secara drastic tidak
terkendali akan menyebabkan kesulitan pada dunia usaha dalam merencanakan
usahanya terutama bagi mereka yang mendatangkn bahan baku dari luar negeri atau
menjual barangnya ke pasar ekpor. Hal ini akan mendorong investor untuk
melakukan aksi jual terhadap saham-saham yang dimilikinya. Apabila banyak
investor yang melakukan hal tersebut, tentu akan mendorong penurunan indeks
harga saham. Bagi investor sendiri,depresiasi rupiah terhadap dollar menandakan
bahwa prospek perekonomian Indonesia suram. Oleh karena itu, pengelolaan nilai
mata uang yang relative stabil menjadi salah satu factor moneter yang mendukung
perekonomian secara makro. Sebab depresiasi rupiah dapat terjadi apabila factor
fundamental perekonomian Indonesia tidaklah kuat.
a.
Tingkat inflasi
Secara
sederhana inflasi diartikan sebagai meningkatnya harga-harga secara umum dan
terus menerus dan meluas. Inflasi dapat mempengaruhi distribusi pendapatan,
alokasi factor produksi nasional. Menurut (Nopirin,2000), efek inflasi yaitu:
1.
Efek Terhadap Pendapatan (Equity
Effect)
Efek
Terhadap Pendapatan (Equity Effect)
sifatnya tidak merata, ada yang di rugikan tetapi ada pula yang di untungkan
dengan adanya inflasi. Seseorang yang memperoleh pendapatan tetap akan
dirugikan oleh adanya inflasi.
·
Efek Terhadap Efisiensi (Efficiency Effects)
Dengan
adanya inflasi permintaan akan barang tertentu mengalami kenaikan yang lebih
besar dan barang lin, yang kemudian mendorong terjadinya kenaikan produksi
barang tertentu.
·
Efek Terhadap Output (Output Effects)
Dalam
keadaan inflasi yang tinggi nilai uang riil turun dengan drastic masyarakat
cenderung tidak mempunyai uang kas, transaksi mengarah ke barter dan biasanya
diikuti dengan turunnya produksi barang.
2.
Jumlah uang
beredar
Jumlah
uang beredar adalah uang yang berada di tangan masyarakat (Banknews, 2012).
Penelitian menunjukkan bahwa nilai rata-rata
jumlah uang beredar di Indonesia selama tahun
2000-2010
sebesar 1.300.831,09 miliar rupiah, dengan nilai minimum sebesar 747.027 miliar
rupiah, yang terjadi pada tahun 2000 dan nilai tertinggi sebesar 2.471.206
miliar rupiah, terjadi pada tahun 2010. jumlah uang beredar di Indonesia selama
tahun 2000-2010 memiliki tren meningkat. Artinya dari tahun 2000 sampai 2010
jumlah uang beredar di Indonesia memiliki tren yang meningkat. Dengan demikian
jumlah uang yang dipegang masyarakat semakin meningkat dari tahun 2000 sampai
2010. Peningkatkan jumlah uang yang beredar di tangan masyarakat akan
meningkatkan daya konsumsi masyarakat, baik terhadap produk dalam negeri maupun
produk luar negeri.
3.
Tingkat Suku Bunga
Perubahan tingkat suku bunga akan mempengaruhi
investasi pada surat berharga luar negeri sehingga akan mempengaruhi permintaan
dan penawaran mata uang asing. Investor yang berinteraksi secara global akan
mencari negara dengan tingkat suku bunga yang menguntungkan. Kenaikan tingkat
suku bunga akan mendorong penguatan nilai tukar karena adanya investasi masuk,
namun secara nyata kenaikan suku bunga biasanya menggambarkan kenaikan inflasi yang berdampak pada pelemahan nilai tukar. selama
tahun 2000- 2010 memiliki nilai rata-rata sebesar 10,32% dengan nilai minimum
sebesar 6,5% dan nilai maksimum sebesar 17,62%. Tingkat suku bunga (BI rate)
Indonesia selama tahun 2000-2010 menunjukkan tren yang menurun. Hal ini
menunjukkan adanya upaya pemerintah untuk menurunkan tingkat suku bunga bank sebagai
upaya meningkatkan pembangunan masyarakat melalui suku bunga yang rendah.
Dengan tingkat suku bunga bank yang rendah, maka masyarakat diharapkan dapat
menggunakan kredit bank untuk mengembangkan kegiatan usahanya. Dengan suku
bunga yang rendah, juga memacu masyarakat untuk menggunakan dananya untuk
kegiatan ekonomi, dibandingkan hanya menyimpan dalam bentuk deposito.
4. BOP
(Balance of payment)
BOP
(Balance of Payment) merupakan posisi neraca pembayaran internasional
indonesia. Posisi BOP akan sangat berpengaruh terhadap pergerakan nilai tukar
mata uang domestik terhadap mata uang asing. BOP (Balance of Payment)
dan BOT (Balance of Trading) mencerminkan arus uang masuk dan
keluar dari suatu negara. Penelitian menunjukkan bahwa nilai rata-rata BOP
selama tahun 2000 sampai 2010 sebesar 6,19 juta dollar, dengan nilai minimum
sebesar -2,95 juta dollar yang terjadi pada tahun 2005 dan nilai tertinggi
sebesar 13,5 juta dollar yang terjadi pada tahun 2009. Nilai BOP yang negate
pada tahun 2005, yaitu sebesar -2,95 menunjukkan menunjukkan BOP yang defisit.
BOP yang defisit menandakan telah terjadinya aliran dana keluar neto keluar
negeri sehingga terjadi exsess demand terhadap valuta asing dan hal inilah yang
mengakibatkan melemahnya mata uang domestik. Sedangkan nilai BOP yang positif
menunjukkan BOP surplus. Artinya adanya aliran valuta asing yang masuk dalam
perekonomian negara Indonesia baik melalui transaksi barang dan jasa maupun
asset, sehingga menyebabkan bertambahnya valuta asing dinegara tersebut dan mengakibatkan
terjadinya apresiasi mata uang domestik terhadap mata uang asing. Nilai BOP
selama tahun 2000-2010 mengalami fluktuasi., bahkan pada tahun 2004 dan 2005
terjadi defisit BOP. BOP surplus menggambarkan keadaan ekspor yang lebih besar
dibandingkan dengan impor, ketika ekspor meningkat maka arus uang yang masuk
dalam bentuk valuta asing kedalam negeri semakin besar. Sesuai dengan teori,
ketika penawaran meningkat melebihi permintaan terhadap mata uang asing maka
nilai tukar mata uang asing melemah dan mata uang domestik menjadi menguat
begitupun sebaliknya. (Rusniar, 2009)
5. Pengaruh
Nilai Tukar terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)
Pengujian parsial terhadap variabel
nilai tukar diperoleh hasil bahwa terdapat pengaruh yang signifikan dari inflasi
terhadap IHSG dengan arah negatif. Hasil dari penelitian ini tidak konsisten
dengan penelitian yang telah dilakukan Maulino (2009) yang berjudul Analisis
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pergerakan IHSG di Bursa Efek Indonesia.
Berdasarkan hasil uji parsial didapatkan bahwa nilai tukar US $ berpengaruh terhadap
Indeks Harga Saham Sektor Keuangan. Dengan demikian hipotesis keempat
penelitian ini atau H3 diterima. Penelitian ini tidak dapat membuktikan teori
bahwa terdepresiasinya nilai tukar Rupiah dapat meningkatkan nilai-nilai
barang yang di ekspor, karena melemahnya nilai Rupiah akan menyebabkan
harga-harga barang ekspor dari dalam negeri cenderung mengalami penurunan di
luar negeri, penurunan harga ini akan menyebabkan meningkatnya permintaan akan barang-barang
ekspor. Sebalikya apabila nilai rupiah terapresiasi akan menurunkan
nilai barang ekspor, dan meningkatkan harga barang-barang impor. Selanjutnya
Octavia (2007), mengemukakan bahwa hubungan atau pengaruh nilai tukar rupiah
terhadap harga saham itu sendiri sangat erat. Apabila nilai tukar menguat, maka
secara tidak langsung Indeks Harga Saham juga akan naik, tapi bila nilai tukar
itu melemah maka Indeks Harga Saham juga akan turun. Naik turunnya harga saham akan
terjadi karena apresiasi rupiah terhadap mata uang asing menyebabkan naik
turunnya permintaan saham di pasar modal oleh investor. Hal ini dikarenakan
nilai tukar adalah salah satu faktor yang mempengaruhi Indeks Harga Saham.
Sedangkan menurut Arifin (2007) mengemukakan bahwa hubungan antara tingkat kurs
dengan indeks harga saham, adalah apabila tingkat bunga tinggi maka pemilik
modal memilih menabung di bank. Sehingga penjualan secara serentak akan berdampak
pada penurunan harga saham
6. Pengaruh
Suku Bunga SBI terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)
Suku bunga tidak akan selamanya dipatok
di titik yang tinggi, juga pada titik yang rendah. Justru ini merupakan peluang
bagi investor, untuk mendapatkan keuntungan optimal dari suku bunga bank. Ada
saat ketika suku bunga harus dinaikkan, ada pula saat lain manakala suku bunga
harus diturunkan. Kalau anda sanggup menebak dengan akurat, kapan suku bunga
naik atau turun, maka kita dapat menikmati banyak keuntungan dari berbagai
penempatan dana. Sebab, fluktuasi suku bunga memiliki korelasi erat dengan naik
turunnya indeks pasar saham serta nilai tukar mata uang. Kenaikan tingkat suku
bunga dapat meningkatkan beban perusahaan (emiten) yang lebih lanjut dapat
menurunkan harga saham. Kenaikan ini juga potensial mendorong investor
mengalihkan dananya ke pasar uang atau tabungan maupun deposito sehingga
investasi di lantai bursa turun dan
selanjutnya
dapat menurunkan harga saham. Hasil pengujian parsial terhadap variabel tingkat
bunga SBI menghasilkan kesimpulan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan dari
tingkat bunga SBI terhadap IHSG. Hasil ini tidak sesuai dengan hasil penelitian
yang dilakukan oleh Thobarry (2009) yang berjudul Analisis Pengaruh, Nilai
Tukar, Suku Bunga, Laju Inflasi dan Pertumbuhan GDP terhadap Indeks Harga Saham
Sektor Properti (Periode Pengamatan Tahun 2000-
2008). Penelitiannya menggunakan regresi linier berganda dimana variabel
suku bunga dan pertumbuhan GDP hanya signifikan bila diuji secara bersamaan dan
tidak berpengaruh signifikan bila diuji secara parsial.
7.
Pengaruh Suku Bunga (Bi Rate) Terhadap Nilai Tukar Rupiah Atau Dollar
Amerika Serikat
BI Rate
merupakan suku bunga yang di tentukan Bank Indonesia, menaikkan atau menurunkan
BI rate merupakan salah satu kebijakan moneter. BI rate sangat penting perannya
dalam mempengaruhi aliran modal. Karena investor akan mencari negara dengan
tingkat suku bunga yang menguntungkan. Jika BI rate domestic rendah akan
menyebabkan aliran modal dalam negeri mengalir keluar negeri dan jika BI rate
tinggi akan menyebabkan modal luar negeri masuk ke dalam negeri. Apabila banyak
modal yang mengalir ke Indonesia, maka penawaran akan dollar amerika akan
meningkat. Hal ini menyebabkan penentuan dollar amerika meningkat sehingga
harga untuk memperolehnya sedikit atas apresiasi rupiah.
Semangkin tinggi tingkat BI rate akan menguatkan nilai tukar rupiah
atau dollar amerika serikat. Menurut Krugman (dalam Oktavia dkk, 2013:111)
menyatakan kenaikan suku bunga domestic akan menyebabkan apresiasi mata uang
suatu negara dan kenaikan suku bunga luar negeri akan menyebabkan depresiasi
mata uang domestic. Hasil penelitian
menunjukkan adanya pengaruh suku bunga dengan pergerakan rupiah terhadap dolar
Amerika, dengan pengaruh yang positif. Artinya setiap kenaikan tingkat suku
bunga bank di Indonesia akan meningkatkan pergerakan rupiah terhadap dolar
Amerika. Berpengaruhnya tingkat suku bunga terhadap pergerakan rupiah terhadap
dolar Amerika karena ketika suku bunga dalam negeri meningkat sementara suku
bunga luar negeri tetap, maka minat investor untuk menanamkan modalnya didalam
negeri semakin tinggi karena return yang didapat juga diharapkan akan lebih
tinggi sehingga arus modal masuk akan meningkat. Permintaan terhadap mata uang
domestik meningkat sehingga akan direspon dengan menguatnya mata uang dalam
negeri (Rusniar, 2009). Hasil peneliitan ini mendukung penelitian yang
dilakukan oleh Triyono (2008), Yudha dan Hadi (2008) yang berhasil menunjukkan
adanya pengaruh tingkat suku bunga dengan pergerakan rupiah terhadap dolar
Amerika.
8.
Pengaruh Inflasi Terhadap Nilai Tukar Rupiah Atas Dollar Amerika
Inflasi
merupakan kenaikan harga secara umum , misalnya jika laju inflasi di Indonesia
meningkat ketika inflasi di Amerika relative tidak berubah akan mengakibatkan
barang Indonesia relative mahal dan
barang amerika relative lebih murah. Hal ini mengakibatkan permintaan barang
amerika akan meningkat yang juga di ikuti oleh peningkatan permintaan US dollar. Semangkin
tinggi permintaan US dollar dan jika tidak di barengi dengan penawaran yang
cukup hal ini dapat menyebabkan semakin sedikitnya persediaan US dollar,
Sehingga Harga memperolehnya akan semakin mahal. Jadi dapat disimpulkan tingkst
inflasi yang tinggi dapat melemahkan nilai tukar mata uang suatu negara.
Salah satu
cara pemerinth dalam menanggulangi inflasi adalah melakukan kebijakan menaikan
tingkat suku bunga. Tingkat inflasi sebagai salah satu indicator fundamental
ekonomi mencerminkan tingkat PDB dan PNB ke nilai yang sebenarnya. Nilai GDP
dan GNP riil Merupakan indicator penting bagi seoarang investor dalam
membandingkan peluang dan resiko invests di mancanegara. Nilai
rata-rata kurs US$ untuk tahun 2000-2010 sebesar Rp9.638,45 dengan nilai terendah
sebesar Rp8.875 yang terjadi pada
tahun 2003 dan nilai tertinggi sebesar
Rp 10.950 yang terjadi pada tahun
2008. Untuk saat ini, Indonesia menganut
sistem kurs mengambang secara penuh sejak 14
Agustus 1997. Sejak sistem mengambang penuh
diberlakukan, kurs rupiah mengalami
depresiasi terhadap Dollar Amerika
yang sangat tajam (Anwary, 2011:17). Perkembangan
nilai kurs US dollar selama tahun
2000-2010 berfluktuasi, dengan varian yang
tidak terlalu besar. Hal ini menunjukkan bahwa
perkerakan nilai kurs US dollar selama tahun
2000-2010 dapat dikatakan relatif stabil.
BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan
pembahasan dapat di simpulkan bahwa:
1) Inflasi berpengaruh positif terhadap pergerakan nilai tukar USD/IDR, yang
berarti bahwa jika tingkat inflasi mengalami kenaikan maka arah pergerakan
nilai tukar USD/IDR juga akan meningkat
2)
BI rate berpengaruh negative dan signifikan
terhadap pergerakan nilai tukar USD/IDR, yang berarti bahwa jika tingkat BI
rate mengalami kenaikan maka arah pergerakan nilai tukar USD/IDR akan menurun
3) PDB beropengaruh positif dan tidak signifikasi terhadap pergerakan nilai
tukar USD/IDR, yang berarti bahwa jika PDB mengalami kenaikan maka arah nilai tukar
akan naik namun pengaruh sangat kecil
SARAN
1)
Perlu ada pengendalian inflasi
oleh pemerintah agar tingkat inflasi tidak terlalu tinggi (rendah) yang dapat
memengaruhi naiknya (turunynya) nilai tukar sehingga akan member dampak
terhadap pelaku ekonomi dalam negeri maupun yang melakukan perdagangan
internasional. Oleh karena itu perlu ada standar inflasi yang dipertimbangkan
oleh pemerintah ( Bank Indonesia) sehingga dampak-dampak dari tinggi atau
rendahnya inflasi ini tidak menjadi risiko yang harus diterima dari pelaku
ekonomi domestic.
2)
Perlu ada standar nilai BI
rate yang berimbang bagi pelaku ekonomi domestic sehingga akibat dari BI rate
yang terlalu tinggi/ rendah yang berdampak pada nilai tukar rupiah tidak menjadi
risiko yang bias merugikan pelaku ekonomi domestic.
DAFTAR PUSTAKA
Journal
of International Economics 74 (2008) 341–361
The
impact of foreign interest rates on the economy: The role of the exchange rate
regime Julian di Giovanni a,⁎,
Jay C. Shambaugh ba Research Department, International Monetary Fund, 700 19th
Street, N.W., Washington, DC 20431, United State Economics Department,
Dartmouth College, 309 Rockefeller Hall Hanover, NH 03755, United States
Received 2 March 2007; received in revised form 13 September 2007; accepted 14
September 2007
Journal
of Economics and Development Studies June 2014, Vol. 2, No. 2, pp. 263-279
ISSN: 2334-2382 (Print), 2334-2390 (Online) Copyright © The Author(s). 2014.
All Rights Reserved. Published by American Research Institute for Policy
Development Exchange Rate, Inflation
and Interest Rates Relationships: AnAutoregressive Distributed Lag Analysis Ebiringa,
Oforegbunam Thaddeus1 and Anyaogu, Nnneka
Lenny,
Handoyo, 2008, Pengaruh Harga Minyak Dunia, Tingkat Suku Bunga
Sertifikat Bank Indonesia dan Kurs Rp./Usd Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan
di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Ekonomi Tahun XIII No.3 November
BPS.go.id
HadiWinata, Bob Sugeng. 2004. Politik Bisnis Internasional. Yogyakarta:
Kanisiusa
Serfianto,R.dkk.2013. Pasar Uang dan Pasar Valas. Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Oktavia, Adek L, dkk. 2013. Analisis Kurs dan Money Supply di Indonesia.
Jurnal kajian ekonomi. Vol.1.No.02. Padang: Universitas Negeri Padang
Thobarry, Ahcmad Ath. 2009.
Analisis Penagaruh Nilai Tukar Suku
Bunga, Laju inflasi dan Pertumbuhan GDP Terhadap Indeks Harga Saham Sektor
Properti Tesis. Semarang: Universitas Diponegoro.
Sartono R, Agus, 2003. Manajemen Keuangan Internasioanal. Edisi
ke 5. Jakarata: Erlangga
\Dauda, Paris. 2011. Analisis Pengaruh Fundamental Ekonomi dan
Pegerakan Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dollar Amerika(USD/IDR). STIMNETRO
Makasar. Vol 1 No.2 tahun 2011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar