BELAJAR ILMU EKONOMI AKUNTASI

Rabu, 25 Mei 2016

Ekonomi Internasional



 
PENGARUH TINGKAT INFLASI, TINGKAT SUKU BUNGA SBI,  INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN  DAN PERTUMBUHAN EKONOMI TERHADAP NILAI TUKAR RUPIAH ATAS DOLLAR

Di Susun
Oleh :

NAZLAH HANIM NASUTION



JURUSAN PENDIDIKAN EKONOMI
Fakultas Ekonomi
Universitas Negeri Medan

BAB I
PENDAHULUAN

A.   Latar Belakang Masalah
Perdagangan internasional melibatkan suatu negara dengan negara yang lain dan menjadikan negara-negara di dunia menjadi lebih terikat. Oleh karena itu, interaksi dengan dunia luar negeri merupakan hal yang tidak bisa dihindari oleh negara manapun, termasuk Indonesia. Guna memperlancar transaksi perdagangan internasional, penggunaan uang dalam perekonomian terbuka tersebut ditetapkan dengan menggunakan mata uang yang telah disepakati. Tinggi rendahnya nilai mata uang ditentukan oleh besar kecilnya jumlah penawaran  dan permintaan terhadap mata uang tersebut (Hadiwinata,2004:163). Kurs merupakan salah satu harga yang penting dalam perekonomian terbuka. Penerapan nilai tukar mengambang dan penggunaan bahan baku impor menyebabkan nilai tukar sangat berpengaruh terhadap perekonomian Negara. Sejak periode 1970 hingga sekarang Indonesia telah melakukan 3 kali perubahan system nilai tukar. Pada tahun  1964-1978 Indonesia menganut system nilai tukar tetap. Berdasarkan UU No. 32 tahun 1964 nilai tukar resmi Indonesia yaitu RP250/USD. Pada tahun 1978 Indonesia menetapkan nilai tukar mengambang terkendali ditetapkan di Indonesia, nilai tukar rupiah dari tahun ke tahun terus mengalami depresiasi terhadap US dollar. Nilai tukar rupiah berubah-ubah antara Rp644/USD – RP2.383/USD.
            Pada tahun 1997 Indonesia menganut system nilai tukar mengambang bebas. Sejak pertengahan Juli 1997, Rupiah mengalami tekanan yang mengakibatkan semakin melemahnya nilai rupiah terhadap US dollar. Tekanan tersebut diakibatkan oleh adanya currency turmoil, yang melanda Thailand dan menyebar ke negara-negara ASEAN termasuk Indonesia. Hal ini menyebabkan Indonesia mengalami krisis moneter pada tahun 1998, yang mana pada saat itu banyak perusahaan mengalami kebangkrutan karena tidak mampu membayar kewajibannya dalam bentuk valuta asing.
            Nilai tukar rupiah pada tahun 2013 berada dalam tren melemah. Berdasarkan laporan Bank Indonesia tekanan terhadap nilai tukar rupiah tersebut tidak terlepas dari pengaruh ekonomi global yang melambat dan harga komoditas internasional yang menurun, yang kemudian mendorong melebarnya defisit transaksi berjalan indonesia. Tekanan terhadap nilai tukar rupiah semakin kuat sejak akhir Mei 2013 saat terjadinya aliran keluar modal asing tersebut dipicu oleh ketidakpastian global akibat rencana pengurangan stimulus moneter di AS (tapering off). Melemahnya nilai tukar rupiah terhadap US dollar tidak terlepas dari pengaruh ekonomi global, namun dapat juga dipengaruh factor dari dalam negeri, diantarannya tingkat inflasi, BI rate dan nilai impor.
            Inflasi merupkan kondisi meningkatnya harga-harga secara umum dan terus menerus sehingga dapat menurunkan nilai mata uang suatu negara (Serfianto dkk, 2013:98). Adapun salah satu penyebab inflasi adalah karena adanya kenaikan permintaan. Kenaikan permintaan ini akan mengakibatkan harga-harga naik karena penawaran tetap, yang mana factor lain dianggap tetap (ceteris paribu). berubah sehingga barang-barang di Indonesia relative semakin mahal dan barang-barang di Amerika relative lebih murah. Hal ini mengakibatkan permintaan barang-barang Amerika akan meningkat yang juga diikuti oleh peningkatan permintaan US dollar. Semakin tinggi permintaan US dollar hal ini akan menyebabkan semakin sedikitnya persediaan US dollar, Sehingga harga memperolehnya akan semakin mahal. Hal ini menggambarkan bahwa tingkat inflasi yang tinggi dapat melemahkan nilai tukar mata uang suatu negara. Selain itu tingkat inflasi yang tinggi dapat memicu bertambahnya nilai impor.
            Factor lain yang mempengaruhi perubahan nilai tukar adalah suku bunga (BI rate). Menaikkan atau menurunkan suku bunga (BI rate) merupakan salah satu kebijakan moneter yang dilakukan oleh Bank Indonesia untuk mengatur jumlah  uang beredar dan menjaga kestabilan nilai tukar rupiah. Perubahan suku bunga(BI rate) akan mempengaruhi investasi pada surat berharga luar negeri. Investor yang berinteraksi secara global akan mencari negara dengan tingkat suku bunga yang menguntungkan (Situmeang, 2010:51). Jika BI rate meningkat ketika tingkat suku bunga luar negeri relative tidak berubah. Investor Indonesia akan mengurangi permintaan terhadap US dollar karena Indonesia menawarkan tingkat pengembalian yang lebih menarik dan investor dari luar negeri akan menawarkan US dollar untuk diinvestasikan dalam rupiah.
            Selain tingkat inflasi dan BI rate, factor lain yang mempengaruhi perubahan nilai tukar adalah nilai impor. Impor merupakan perdagangan barang dari luar negeri ke dalam negeri, sehingga menyebabkan adanya transaksi pembayaran ke luar negeri. Nilai impor Indonesia terus mengalami kenaikan dari tahun ke tahun. Tingginnya nilai impor Indonesia dikarenakan banyak komponen bahan mentah dan penolong yang masih harus diimpor. Makin besar kebutuhan impor makin besar pula permintaaan valuta asing (Triyono, 2008:159).


B.     Identifikasi Masalah
Berdasarkan Latar balakng di atas, maka dapat di identifikasikan beberapa masalah sebagai
Berikut:
1.      Apa saja factor-faktor yang menyebabkan Rupiah melemah terhadap dollar Amerika?
2.      Apakah pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika dipengaruhi oleh inflasi?
3.      Bagaimana Pengaruh Nilai Tukar terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)
4.      Apakah pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika dipengaruhi oleh BI rate?

C.   Tujuan Penulis
1.      Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang menyebabkan Rupiah melemah terhadap dollar Amerika
2.      Untuk mengetahui pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika dipengaruhi oleh inflasi
3.      Untuk mengetahui pengaruh nilai tukar terhadap indeks harga gabungan (IHSG )
4.      Untuk mengetahui pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika dipengaruhi oleh BI rate



BAB II
LANDASAN TEORITIS

A.    Nilai tukar
Menurut Sukirno (2006:397) ”Kurs adalah jumlah uang domestic yang dibutuhkan, yaitu banyaknya rupiah yang dibutuhkan untuk memperoleh satu unit mata uang asing”.
Menurut Oktavia dkk (2013:149) “Kurs adalah salah satu harga yang paling penting dalam perekonomian terbuka, karena di tentukan oleh adanya keseimbangan antara permintaan dan penawaran yang terjadi di pasar. Dari defenisi di atas dapat disimpulkan, nilai tukar adalah banyaknya mata uang suatu negara yang dibutuhkan untuk memperoleh mata uang negara lain.
Nilai tukar lazim juga disebut kurs valuta asing dalam berbagai transaksi atau pun jual beli valuta asing, dikenal ada 3 (tiga) jenis (sukwiaty dkk, 2005:25) yaitu:
1.      Kurs Jual
Kurs Jual adalah kurs yang dikeluarkan oleh bursa valuta asing untuk menjual satu unit mata uang asing tertentu.
2.      Kurs Beli
Kurs Beli adalah kurs yang dikeluarkan oleh bursa valuta asing untuk membeli satu unit mata uang asing tertentu.
3.      Kurs Tengah
 Tengah adalah rata-rata dari kurs jual dan kurs beli. Kegunaan kurs tengah adalah untuk menganalisis naik turunnya harga valuta asing di bursa, seperti memperjelas apresiasi dan depresiasi valuta asing tertentu.

1. Faktor-Faktor yang mempengaruhi nilai tukar
Menurut situmeang (2006) ada 6 (enam) factor yang mempengaruhi kurs yaitu :
a.       Tingkat inflasi
Perubahan tingkat inflasi dapat mempengaruhi aktifitas perdagangan internasional karena adanya perbedaan harga sebagai dampak inflasi tersebut.perubahan aktivitas perdagangan ini akan mempengaruhi permintaan dan penawaran mata uang sehingga mempengaruhi nilai tukar, misalnya jika tingkat inflasi Indonesia naik lebih tinggi relative dari pada amerika, maka nilai tukar rupiah terhadap US dollar akan melemah. Secara nyata perubahan tersebut tidak hanya di sebabkan oleh sebuah factor seperti inflasi namun kombinasi dari berbagai factor.
b.      Tingkat suku bunga
Perubahan tingkat suku bunga akan mempengaruhi investasi pada surat berharga luar negerisehingga akan mempengaruhi permintaan dan penawaran mata uang asing. Investor yang berinteraksi secara global akan mencari negara dengan tingkat suku bunga yang menguntungkan asumsikan jika tingkat suku bunga di Indonesia naik ketika suku bunga di Amerika relative tidak berubah, maka investor dari Indonesia akan mengurangi permintaan terhadap US dollar karena suku bunga di Indonesia menawarkan pengembalian yang lebih menarik. Sebaliknya investor dari amerika akan menginvestasikan modalnya di Indonesia dengan menawarkan US dollar untuk di investasikan di dalam rupiah. Tingginya penawaran US dollar mengakibatkan penguatan Rp terhadap US dollar. Namun secara nyata kenaikan suku bunga biasanya menggambarkan kenaikan inflasi.
c.       Kontrol pemerintahan
Pemerintahan adalah pihak yang memegang posisi yang sangat menentukan dalam menentukan nilai tukar. Pemerintah memiliki kekuasaan yang besar dan juga memiliki kapasitas modal yang memadai untuk mempengaruhi pasar
d.      Ekspektasi
Ekspektasi terhadap masa depan dapat menggerakkan nilai tukar mata uang seperti halnya pasar keuangan lainnya. Investor akan melakukan antisipasi terhadap kemungkinan penggerakan nilai di  masa yang akan datang.
Peramalan terhadap perubahan di masa depan tersebut mendorong investor mengambil keuntungan dengan harapan mendahului pasar dalam mengambil tindakan antisipatif
e.       Interaksi factor-faktor
Factor-faktor yang mempengaruhi nilai tukar tidak bekerja secara individual. Factor-faktor tersebutbaik yang berhubungan dengan perdagangan maupun factor yang berhubungan dengan mata uang antar negara.

2.      Sistem Nilai Tukar
(Menurut Sartono, 2003) ada empat sistem nilai tukar yaitu:
1.      Sistem nilai tukar tetap, adalah sistem dimana nilai mata uang suatu negara ditentukan tetap terhadap mata uang negara lain. Sistem ini memaksa pemerintah untuk selalu menyesuaikan nilai tukarnyajika tidak lagi sesuai dengan nilai yang telah ditetapkan dengan cara mendevaluasikan mata uangnya
2.      Sistem nilai tukar mengambang terkendali, dalam sistem ini bank sentral menentukan bahwa mata uangnya boleh bergerak dalam rentan tertentu yang telah di tetapkan. Jika mata uang bergerak melebihi batas atas dan batas bawah, maka bank sentral akan melakukan intervensi dengan membeli atau menjual US dollar. Selain intervensi secara langsung dilakukan pemerintah juga menggunakan instrument lain seperti suku bunga
3.      .Sistem nilai tukar bebas mengambang, dalam sistem ini pemerintah tidak lagi berkewajiban untuk melakukan intervensi terhadap pergerakkan nilai tukar. Mata uangnya dibiarkan melakukan penyesuaian melalui mekanisme pasar. Selain itu sistem ini dapat menghemat cadangan devisa negara.

B.       Inflasi
Inflasi merupakan suatu keadaan dimana harga barang mengenai kenaikan secara terus-menerus. Menurut Serfianto (2013:98) “inflasi merupakan kenaikan di tingkat harga umum sehingga dapat menurunkan nilai mata uang suatu negara”. Jadi, suatu keadaan mengidentifikasikan terjadinnya inflasi adalah dimana harga barang-barang secara umum ( bukan satu atau dua barang saja) yang mengalami kenaikkan harga.” Apabila terjadi kenaikkan harga namun hanya pada satu atau beberapa jenis barang saja dan tidak berlangsung secara terus-menerus, maka hal itu tidak dapat di sebut sebagai inflasi.
1.      Faktor-faktor penyebab inflasi, yaitu:
v  Inflasi karena kenaikan permintaan ( demand-pull inflation)
Inflasi seperti ini terjadi karena adanya kenaikan permintaan untuk beberapa jenis barang. Dalam hal ini, permintaan masyarakat maningkat secara agregat. Peningkatan ini dapat terjadi karena peningkatan belanja pemerintah, peningkatan permintaan barang untuk diekspor, dan peningkatan dari permintaan barang untuk kebutuhan swasta. Kenaikan permintaan masyarakat ini mengakibatkan harga-harga naik karena penawaran tetap.
v  Inflasi karena biaya produksi (cost-pull inflation)
Inflasi seperti ini terjadi karena adanya kenaikan biaya produksi. Kenaikan biaya produksi terjadi karena kenaikan  harga-harga baku, misalnya karena keberhasilan serikat buruhdalam menaikan upah atau karena kenaikan bahan bakar. Kenaikan biaya produksi mengakibatkan harga naik dan terjadi inflasi
v  Inflasi karena jumlah uang yang beredar bertambah
Teori ini diajukan oleh kaum klasik yang mengatakan bahwa ada hubungan antara jumlah uang yang beredar dan harga-harga. Jika jumlah barang tetap sedangkan uang beredar bertambah maka harga akan naik. Penambahan jumlah uang yang beredar dapat terjadi misalnya karena mencetak uang bataaru yang mengakibatkan harga-harga naik.     
2.      Jenis-Jenis Inflasi
Berdasarkan tingkat keparahannya, inflasi dapat dibedakan atas empat (Alam 2007:217),yaitu:
1.      Inflasi ringan adalah inflasi yang masih belum Bgitu menganggu keadaan ekonomi. Inflasi ini masih mudah di kendalikan. Harga-harga naik secara umum, tetapi belum menimbulkan krisis di bidang ekonomi. Inflasi ringan berada dibawah 10% per tahun
2.       Inflasi sedang, inflasi ini belum membahayakan kegiatan ekonomi, tetapi inflasi ini sudah menurunkan kesejahteraan orang-orang yang berpenghasilan tetap. Inflasi sedang berkisar antara 10%-30% per tahun.
3.      Inflasi berat, inflasi ini sudah mengacaukan kondisi perekonomian. Pada inflasi berat ini, orang cenderung menyimpan barang. Dan umumnya orang enggan untuk menabun, karena bunga tabungan lebih rendah dari laju inflasi. Inflasi berat berkisar antara 30%-100% per tahun
4.      Inflasi sangat berat (hyperinflasi), inflasi jenis ini sudah mengacaukan kondisi perekonomian dan susah dikendalikan walaupun dengan kebijakan moneter dan kebijakan fiskal. Inflasi sangat berat berada diatas 100% per tahun
Kebijakan ekonomi suatu negara biasanya akan berusaha agar inflasi tetap berada pada taraf inflasi ringan. Inflasi seperti ini akan mengurangi pandapatan rill pekerja-pekerja berpenghasilan tetap, tetapi kemorosotan tersebar tidaklah terlalu besa. Inflasi seperti ini juga menimbulkan efek yang baik dalam perekonomian. Keuntungan perusahaan meningkat (akibat harga yang meningkat tetapi tidak diikuti oleh kenaikan gaji) dan ini akan meningkatkan lebih banyak investasi. Lanjutan dari perkembangan ini adalah kesempatan kerja dan pendapatan meningkat dan mendorong pada pertumbuhan ekonomi.
3.      Dampak inflasi
Uang dapat menimbulkan banyak persoalan dalam kegiatan perekonomian uang yang berlebihan akan menimbulkan kenaikkan harga-harga yang menyeluruh. Hal ini sesuai  dengn teori kuantitas yang menyatakan bahwa tingkat harga ditentukan oleh jumlah uang beredar. Kemudian harga-harga yang tinggi dan terus-menerus bukan saja menimbulkan beberapa efek buruk atas kegiatan ekonomi, tetapi juga kepada kemakmuran individu dan masyarakat.
            Menurut Alam (2007:223-224) akibat-akibat yang ditimbulkan inflasi terhadap kegiatan ekonomi masyarakat yaitu sebagai berikut:
o   Dampak inflasi terhadap pendapatan, inflasi dapat mengubah pendapatan masyarakat.perubahan dapat bersifat menguntungkan atau merugikan. Pada beberapa kondisi (kondisi inflasi lunak) inflasi dapat mendorong perkembangan ekonomi. Inflasi dapat mendorong para pengusaha memperluas produksinya. Dengan demikian, akan tumbuh kesempatan kerja baru sekaligus bertambahnya pendapatan seseorang. Namum bagi masyarakat yang berpenghasilan tetap inflasi akan menyebabkan mereka rugi karena penghasilan yang tetap itu jika ditukarkan dengan barang dan jasa akan semakin sedikit
o   Dampak inflasi terhadap ekspor, pada keadaan inflasi daya saing untuk barang ekspor berkurang, berkurangnya daya saing terjadi karena harga barang ekspor semakin mahal. Inflasi dapat menyulitkan para eksportir dan negara. Negara mengalami kerugian karena daya saing barang ekspor berkurang yang mengakibatkan jumlah penjualan berkurang.
o    Dampak inflasi terhadap minat orang untuk menabung. Pada masa inflasi, pendapatan riil para penabung berkurang karena jumlah bunga yang diterima pada kenyataannya berkurang karena laju inflasi
o   Dampak inflasi terhadap kalkulasi harga pokok. Keadaan inflasi menyebabkan perhitungan untuk menetapkan harga pokok dapat terlalu kecil atau bahkan terlalu besar. Oleh karena persentase dari inflasi tidak teratur. Kita tidak dapat memastikan berapa persen untuk masa tertentu.akibatnya, menetapkan harga pokok dan harga jual sering tidak tepat. Keadaan inflasi ini dapat mengacaukan perekonomian, terutama untuk produsen.

Inflasi yang serius, yaitu inflasi yang lajuannya sudah tidak dapat dikendalikan. Tingkat inflasi yang terlalu tinggi dapat membahayan perekonomian suatu negara. Hal ini akan mengurangi gairah perusahaan untuk melakukan investasi yang produktif dan dapat menimbulkan kemerosotan nilai mata uang dan defisit dalam neraca pembayaran. Berbagai masalah ini akan memperlambat pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan pengangguran.
            Inflasi akan memperkaya pemilik harta tetap, karena kenaikan nilai kekayaan mereka semangkin meningkat. Maka jurang kesenjangan social masyarakat akan bertambah. Selain itu juga tingkat inflasi luar negeri lebih tinggi dari pada tingkat inflasi domestic (Indonesia) maka penawaran dollar akan meningkat untuk ditukarkan dengan rupiah. Maka semakin tinggi tingkat inflasi akan melemahkan nilai tukar mata uang suatu negara. Oleh karena it, inflasi harus segera diatasi. Tindakan yang dapat diambil untuk mengatasi inflasi dapat berupa kebijakan moneter, kebijakan fiskal atau kebijkan lainnya.

C.     Suku Bunga (BI Rate)
BI rate merupakan variabel penting variabel ini digunakan dari penentuan suku bunga yang lain. BI rate diumumkan oleh Dewan Gubernur Bank Indonesia setiap rapat Dewan Gubernur bulan dan diimplementasikan pada operasi moneter yang dilakukan Bank Indonesia melalui pengelolaan Ekuiditas di pasar uang. Suku bunga menjadi lebih penting bagi Indonesia sejak dilepaskannya sistem nilai tukar mengambang terkendali dan diganti dengan sistem nilai tukar mengambang bebas.
Menurut suhandi (dalam Situmeang,:2006) “ suku bunga adalah sebuah harga yang menghubungkan masa kini dengan masa depan, sebagaimana harga lainnya maka tingkat suku bunga ditentukan oleh interaksi antara permintaab dan penawaran uang”.
Menurut Puspopranoto, (2004:69) “ tingkat bunga adalah biaya peminjam atau harta yang dibayar untuk meminjam sejumlah dana”. Menurut milber, RL.Dan Vanhoose,DD (Puspranoto (2005:69) menyatakan bahwa “ bunga adalah Sejumlah dana di nilai dalam uang, yang di terima si pemberi pinjaman(kreditur), dan suku bunga adalah rasio dari bunga terhadap jumlah permintaan”.
Dari defenisi diatas dapat disimpulkan bahwa suku bunga adalah biaya yang harus dibayarkan peminjam dan imbalan yang diterima pemberi pinjaman.
Suku bunga di bedakan atas 2 (dua), yaitu:
1.      Suku bunga nominal adalah tingkat bunga yang dapat diamati di pasar
2.       Suku bunga riil adalah konsep yang mengukur tingkat bunga yang sesungguhnya setelah suku  bunga nominal dikurangi dengan laju inflasi yang di harapkan.

Adapun Fungsi dan peran suku bunga adalah Suku bunga akan mempengaruh investasi surat berharga luar negeri sehingga akan mempengaruhi permintaan dan penawaran mata uang asing investor yang bertransaksi secara global akan mencari negara denagn tingkat suku bunga yang menguntungkan. Jika tingkat suku bunga domestic (Indonesia) naik dan tinggkat suku bunga luar negeri relative tidak berubah. Investor Indonesia akan mengurangi permintaan terhadap US Dollar suku bunga di Indonesia menawarkan pengembalian yang menarik dan investor asing akan menawarkan US dollar untuk ditukarkan dengan mata uang domestic (Indonesia). Penjelaan ini menggambarkan bahwa kenaikan suku bunga akan mendorong pengutan nilai tukar mata uang suatu negara.
Menurut Puspopranoto (2004:71) tingkat bunga mempunyai beberapa fungsi dan peran penting dalam perekonomian, yaitu:
1.      Membantu menggalinyatabungan berjalan kearah investasi guna mendukung pertumbuhan perekonomian
2.      Mendistribusikan jumlah kredit yang tersedia, pada umumnya memberikan dana kredit kepada proyek investasi yang menjanjikan hasil tertinggi
3.      Menyeimbangkan jumlah uang beredar dengan permintaan akan uang di suatu Negara
4.      Merupakan alat penting menyangkut kebijakan pemerintah melalui pengaruhnya terhadap jumlah tabungan dan investasi.

  1. Indeks Harga Saham Gabungan
.Untuk mengukur kinerja saham yang diperdagangkan di bursa digunakan suatu indeks, yaitu Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). IHSG merupakan angka indeks harga saham yang sudah disusun dan dihitung sehingga menghasilkan trend, dimana angka indeks adalah angka yang diolah sedemikian rupa sehingga dapat digunakan membandingkan kejadian yang dapat berupa perubahan harga saham dari waktu ke waktu. Dalam perhitungan angka indeks ini digunakan waktu dasar (base period) dan waktu yang sedang berjalan (given/parent period), (Jogiyanto, 2000). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menggambarkan suatu rangkaian informasi historis mengenai pergerakan harga saham gabungan seluruh saham, sampai pada tanggal tertentu. Pergerakan harga saham tersebut disajikan setiap hari, berdasarkan harga penutupan di bursa pada hari tersebut. Indeks tersebut disajikan untuk periode tertentu. Indeks harga saham gabungan berubah setiap hari karena, (1) perubahan harga pasar yang terjadi setiap hari, (2) adanya saham tambahan (masuknya emiten baru yang tercatat di Bursa Efek, atau terjadinya tindakan corporate action berupa stock split, right, waran, deviden saham, saham bonus, dan saham konversi). Ada beberapa pendekatan atau metode perhitungan yang digunakan untuk menghitung indeks, yaitu: (1) menghitung rata-rata (arithmetic mean) harga saham yang masuk dalam anggota indeks, (2) menghitung (geometric mean) dari indeks individual saham yang masuk anggota indeks, (3) menghitung rata-rata tertimbang nilai pasar. Umumnya semua indeks harga saham gabungan (composite) menggunakan metode rata-rata tertimbang termasuk di Bursa Efek Indonesia





BAB III
PEMBAHASAN ANALISIS

Pasar modal mencerminkan apa yang terjadi pada perekonomian makro. Karena nilai investasi ditentukan oleh aliran kas yang diharapkan serta tingkat retur yang disyaratkan atas investasi tersebut. Fluktuasi yang terjadi di pasar modal terkait dengan perubahan yang terjadi pada variabel makro. Harga saham merupakan cerminan dari ekspektasi investor terhadap faktor earning, aliran kas, dan tingkat return yang disyaratkan investor, yang mana ketiga faktor tersebut juga sangat dipengaruhi oleh kinerja ekonomi makro. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa IHSG dapat dijelaskan oleh inflasi, tingkat bunga SBI dan nilai tukar. Namun, dari ketiga variabel tersebut hanya inflasi yang berpengaruh signifikan positif terhadap IHSG, suku bunga dengan arah negatif dan tingkat kurs juga dengan arah negatif.
Kemudian Indonesia mempunyai sumber daya alam yang besar, termasuk minyak mentah, gaas alam, timah, dan emas. Indonesia mengekspor gas alam terbesar kedua di dunia, meski beberapa tahun terakhir menjadi pengimpor bersih minyak mentah. Hasil pertanian yang utama termasuk beras, the, kopi, rempah-rempah, dan karet. Sektor jasa adalah penyumbang terbesar PDB(SEKITAR 45.3%), dan sektor pertanian 14,0% untuk pdb 2005. Meskipun demikian sektor pertanian mempekerjakan lebih banyak orang daripada sektor-sektor lainnya, yaitu 44,3% dari 95 juta orang tenaga kerja. Pertumbuhan PDB Indonesia tahun 2004 dan 2005 melebihi 5% dan diperkirakan akan terus berlanjut. Namun demikian, dampak pertumbuhan itu belum cukup besar dalam memengaruhi tingkat pengangguran, yaitu sebesar 9,75%. Perkiraan tahun 2006. Sebanyak 17,8% masyarakat hidup di bawah garis kemiskinan, dan terdapat 49,0% masyarakat yang hidup dengan penghasilan kurang dari ASS 2 per hari.
Setiap negara memiliki kesatuan mata uang sendiri untuk kegiatan ekonomi dalam negri, yang berbeda dwngan mata uang negara lain. Untuk memenuhi kebutuhan pemerintah dan swasta yang tidak dapat dipenuhi dari dalam negeri sendiri, melainkan dari luar negeri, maka suatu negara harus memiliki devisa atau mata uang dari berbagai negara lain untuk mengadakan transaksi ekonomi dan keuangan internasioanal. Dari sinilah awal terjadinya perdagangan mata uang asing (currency exchange) antar negara. Perdagangan mata uang (valuta asing) pada masa lalu dilakukan secara konvensiaonal, selalu menghadirkan fisik mata uang itu sendiri. ( Dauda paris, Analisis Pengaruh Fundamental Ekonomi,Vol 1)
Nilai tukar merupakan suatu pernyataan atau wujud suatru nilai mata uang dalam satu mata uang negar lain. Pergerakan nilai mata uang ini akan terjadi setiapsaat seiring perubahan berbagai factor yang berpengaruh terutama factor ekonomi negara-negara terkait. Pergerakkan nilai tukar mata uang akan mempengaruh arus kas bersih yang diterima dari anak perusahaan serta jumlah jumlah uang yang akan dibayarkan untuk transaksi internasionalnya. (situmenag, (2010:44)
Mata uang asing (valas) yang sering digunakan sebagai alat pembayaran dan kesatuan hitung dalam transaksi ekonomi dan keuangan internasioanl disebut sebagai hard currency, yaitu mata uang yang nilainya relative stabil dan kadang-kadang mengalami kenaikan (apresiasi nilai) terhadap mata lainnya. Salah satu mata uang asing yang paling banyak digunakan dalam kegiatan ekonomi dan keuangan internasioanal adalah mata uang Dollar Amerika Serikat (USD). Nilai tukar valuta asing khususnya Dollar AS dapat mengalami apresiasi atau depresiasi terhadap mata uang lainnya (dalam hal ini Rupiah). Naik turunya tingkat inflasi, suku bunga, tingkat pendapatan masyarakat, suhu politik, kebijakan pemerintah di bidang moneter, keamanan dalam negeriyang tidak kondusif. Dengan mengethui kondisi masa depan nilai tukar valuta asing terhadap Rupiah enggunakan prediksi deret berkala (time series) baik jangka pendek maupun jangka panjang berguna bagi penyusunan rencana bagi para pelaku ekonomi untuk mepersiapkan segala sesuatu sedini mungkin, sehingga hasil yang di capai dapat optimal.
Ada beberapa factor yang dapat mempengaruhi nilai tukar antara dua mata uang. Yaitu:
a.       Tingkat inflasi
b.      Tingkat suku bunga
c.       Tingkat pendapatan
d.      Kontrol pemerintahan
e.       Ekspektasi

Selain itu niali tukar rupiah juga terbentuk oleh pengaruh dari luar. Dalam teori (Purchasing power parity)yang sering digunakan sebagai rujukan  untuk mengukur hubungan antar inflasi dan nilai tukar menyebutkan bahwa harga dari produk yang sama seharusnya sama. Jika terdapat perbedaan, maka permintaan akan berubah yang mendorong  harga menjadi sama
            Nilai tukar yang berflutuasi secara drastic tidak terkendali akan menyebabkan kesulitan pada dunia usaha dalam merencanakan usahanya terutama bagi mereka yang mendatangkn bahan baku dari luar negeri atau menjual barangnya ke pasar ekpor. Hal ini akan mendorong investor untuk melakukan aksi jual terhadap saham-saham yang dimilikinya. Apabila banyak investor yang melakukan hal tersebut, tentu akan mendorong penurunan indeks harga saham. Bagi investor sendiri,depresiasi rupiah terhadap dollar menandakan bahwa prospek perekonomian Indonesia suram. Oleh karena itu, pengelolaan nilai mata uang yang relative stabil menjadi salah satu factor moneter yang mendukung perekonomian secara makro. Sebab depresiasi rupiah dapat terjadi apabila factor fundamental perekonomian Indonesia tidaklah kuat.
a.       Tingkat inflasi
Secara sederhana inflasi diartikan sebagai meningkatnya harga-harga secara umum dan terus menerus dan meluas. Inflasi dapat mempengaruhi distribusi pendapatan, alokasi factor produksi nasional. Menurut (Nopirin,2000), efek inflasi yaitu:
1.      Efek Terhadap Pendapatan (Equity Effect)
Efek Terhadap Pendapatan (Equity Effect) sifatnya tidak merata, ada yang di rugikan tetapi ada pula yang di untungkan dengan adanya inflasi. Seseorang yang memperoleh pendapatan tetap akan dirugikan oleh adanya inflasi.
·         Efek Terhadap Efisiensi (Efficiency Effects)
Dengan adanya inflasi permintaan akan barang tertentu mengalami kenaikan yang lebih besar dan barang lin, yang kemudian mendorong terjadinya kenaikan produksi barang tertentu.
·         Efek Terhadap Output (Output Effects)
Dalam keadaan inflasi yang tinggi nilai uang riil turun dengan drastic masyarakat cenderung tidak mempunyai uang kas, transaksi mengarah ke barter dan biasanya diikuti dengan turunnya produksi barang.

2.      Jumlah uang beredar
Jumlah uang beredar adalah uang yang berada di tangan masyarakat (Banknews, 2012). Penelitian menunjukkan bahwa nilai rata-rata  jumlah uang beredar di Indonesia selama tahun
2000-2010 sebesar 1.300.831,09 miliar rupiah, dengan nilai minimum sebesar 747.027 miliar rupiah, yang terjadi pada tahun 2000 dan nilai tertinggi sebesar 2.471.206 miliar rupiah, terjadi pada tahun 2010. jumlah uang beredar di Indonesia selama tahun 2000-2010 memiliki tren meningkat. Artinya dari tahun 2000 sampai 2010 jumlah uang beredar di Indonesia memiliki tren yang meningkat. Dengan demikian jumlah uang yang dipegang masyarakat semakin meningkat dari tahun 2000 sampai 2010. Peningkatkan jumlah uang yang beredar di tangan masyarakat akan meningkatkan daya konsumsi masyarakat, baik terhadap produk dalam negeri maupun produk luar negeri.
3.       Tingkat Suku Bunga
Perubahan tingkat suku bunga akan mempengaruhi investasi pada surat berharga luar negeri sehingga akan mempengaruhi permintaan dan penawaran mata uang asing. Investor yang berinteraksi secara global akan mencari negara dengan tingkat suku bunga yang menguntungkan. Kenaikan tingkat suku bunga akan mendorong penguatan nilai tukar karena adanya investasi masuk, namun secara nyata kenaikan suku bunga biasanya menggambarkan kenaikan inflasi yang berdampak pada pelemahan nilai tukar. selama tahun 2000- 2010 memiliki nilai rata-rata sebesar 10,32% dengan nilai minimum sebesar 6,5% dan nilai maksimum sebesar 17,62%. Tingkat suku bunga (BI rate) Indonesia selama tahun 2000-2010 menunjukkan tren yang menurun. Hal ini menunjukkan adanya upaya pemerintah untuk menurunkan tingkat suku bunga bank sebagai upaya meningkatkan pembangunan masyarakat melalui suku bunga yang rendah. Dengan tingkat suku bunga bank yang rendah, maka masyarakat diharapkan dapat menggunakan kredit bank untuk mengembangkan kegiatan usahanya. Dengan suku bunga yang rendah, juga memacu masyarakat untuk menggunakan dananya untuk kegiatan ekonomi, dibandingkan hanya menyimpan dalam bentuk deposito.

4.      BOP (Balance of payment)
BOP (Balance of Payment) merupakan posisi neraca pembayaran internasional indonesia. Posisi BOP akan sangat berpengaruh terhadap pergerakan nilai tukar mata uang domestik terhadap mata uang asing. BOP (Balance of Payment) dan BOT (Balance of Trading) mencerminkan arus uang masuk dan keluar dari suatu negara. Penelitian menunjukkan bahwa nilai rata-rata BOP selama tahun 2000 sampai 2010 sebesar 6,19 juta dollar, dengan nilai minimum sebesar -2,95 juta dollar yang terjadi pada tahun 2005 dan nilai tertinggi sebesar 13,5 juta dollar yang terjadi pada tahun 2009. Nilai BOP yang negate pada tahun 2005, yaitu sebesar -2,95 menunjukkan menunjukkan BOP yang defisit. BOP yang defisit menandakan telah terjadinya aliran dana keluar neto keluar negeri sehingga terjadi exsess demand terhadap valuta asing dan hal inilah yang mengakibatkan melemahnya mata uang domestik. Sedangkan nilai BOP yang positif menunjukkan BOP surplus. Artinya adanya aliran valuta asing yang masuk dalam perekonomian negara Indonesia baik melalui transaksi barang dan jasa maupun asset, sehingga menyebabkan bertambahnya valuta asing dinegara tersebut dan mengakibatkan terjadinya apresiasi mata uang domestik terhadap mata uang asing. Nilai BOP selama tahun 2000-2010 mengalami fluktuasi., bahkan pada tahun 2004 dan 2005 terjadi defisit BOP. BOP surplus menggambarkan keadaan ekspor yang lebih besar dibandingkan dengan impor, ketika ekspor meningkat maka arus uang yang masuk dalam bentuk valuta asing kedalam negeri semakin besar. Sesuai dengan teori, ketika penawaran meningkat melebihi permintaan terhadap mata uang asing maka nilai tukar mata uang asing melemah dan mata uang domestik menjadi menguat begitupun sebaliknya. (Rusniar, 2009)

5.      Pengaruh Nilai Tukar terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)
Pengujian parsial terhadap variabel nilai tukar diperoleh hasil bahwa terdapat pengaruh yang signifikan dari inflasi terhadap IHSG dengan arah negatif. Hasil dari penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian yang telah dilakukan Maulino (2009) yang berjudul Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pergerakan IHSG di Bursa Efek Indonesia. Berdasarkan hasil uji parsial didapatkan bahwa nilai tukar US $ berpengaruh terhadap Indeks Harga Saham Sektor Keuangan. Dengan demikian hipotesis keempat penelitian ini atau H3 diterima. Penelitian ini tidak dapat membuktikan teori bahwa terdepresiasinya nilai tukar Rupiah dapat meningkatkan nilai-nilai barang yang di ekspor, karena melemahnya nilai Rupiah akan menyebabkan harga-harga barang ekspor dari dalam negeri cenderung mengalami penurunan di luar negeri, penurunan harga ini akan menyebabkan meningkatnya permintaan akan barang-barang ekspor. Sebalikya apabila nilai rupiah terapresiasi akan menurunkan nilai barang ekspor, dan meningkatkan harga barang-barang impor. Selanjutnya Octavia (2007), mengemukakan bahwa hubungan atau pengaruh nilai tukar rupiah terhadap harga saham itu sendiri sangat erat. Apabila nilai tukar menguat, maka secara tidak langsung Indeks Harga Saham juga akan naik, tapi bila nilai tukar itu melemah maka Indeks Harga Saham juga akan turun. Naik turunnya harga saham akan terjadi karena apresiasi rupiah terhadap mata uang asing menyebabkan naik turunnya permintaan saham di pasar modal oleh investor. Hal ini dikarenakan nilai tukar adalah salah satu faktor yang mempengaruhi Indeks Harga Saham. Sedangkan menurut Arifin (2007) mengemukakan bahwa hubungan antara tingkat kurs dengan indeks harga saham, adalah apabila tingkat bunga tinggi maka pemilik modal memilih menabung di bank. Sehingga penjualan secara serentak akan berdampak pada penurunan harga saham

6.      Pengaruh Suku Bunga SBI terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)
Suku bunga tidak akan selamanya dipatok di titik yang tinggi, juga pada titik yang rendah. Justru ini merupakan peluang bagi investor, untuk mendapatkan keuntungan optimal dari suku bunga bank. Ada saat ketika suku bunga harus dinaikkan, ada pula saat lain manakala suku bunga harus diturunkan. Kalau anda sanggup menebak dengan akurat, kapan suku bunga naik atau turun, maka kita dapat menikmati banyak keuntungan dari berbagai penempatan dana. Sebab, fluktuasi suku bunga memiliki korelasi erat dengan naik turunnya indeks pasar saham serta nilai tukar mata uang. Kenaikan tingkat suku bunga dapat meningkatkan beban perusahaan (emiten) yang lebih lanjut dapat menurunkan harga saham. Kenaikan ini juga potensial mendorong investor mengalihkan dananya ke pasar uang atau tabungan maupun deposito sehingga investasi di lantai bursa turun dan
selanjutnya dapat menurunkan harga saham. Hasil pengujian parsial terhadap variabel tingkat bunga SBI menghasilkan kesimpulan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan dari tingkat bunga SBI terhadap IHSG. Hasil ini tidak sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Thobarry (2009) yang berjudul Analisis Pengaruh, Nilai Tukar, Suku Bunga, Laju Inflasi dan Pertumbuhan GDP terhadap Indeks Harga Saham Sektor Properti (Periode Pengamatan Tahun 2000-  2008). Penelitiannya menggunakan regresi linier berganda dimana variabel suku bunga dan pertumbuhan GDP hanya signifikan bila diuji secara bersamaan dan tidak berpengaruh signifikan bila diuji secara parsial.

7.      Pengaruh Suku Bunga (Bi Rate)  Terhadap Nilai Tukar Rupiah Atau Dollar Amerika Serikat
BI Rate merupakan suku bunga yang di tentukan Bank Indonesia, menaikkan atau menurunkan BI rate merupakan salah satu kebijakan moneter. BI rate sangat penting perannya dalam mempengaruhi aliran modal. Karena investor akan mencari negara dengan tingkat suku bunga yang menguntungkan. Jika BI rate domestic rendah akan menyebabkan aliran modal dalam negeri mengalir keluar negeri dan jika BI rate tinggi akan menyebabkan modal luar negeri masuk ke dalam negeri. Apabila banyak modal yang mengalir ke Indonesia, maka penawaran akan dollar amerika akan meningkat. Hal ini menyebabkan penentuan dollar amerika meningkat sehingga harga untuk memperolehnya sedikit atas apresiasi rupiah.
Semangkin tinggi tingkat  BI rate akan menguatkan nilai tukar rupiah atau dollar amerika serikat. Menurut Krugman (dalam Oktavia dkk, 2013:111) menyatakan kenaikan suku bunga domestic akan menyebabkan apresiasi mata uang suatu negara dan kenaikan suku bunga luar negeri akan menyebabkan depresiasi mata uang domestic. Hasil penelitian menunjukkan adanya pengaruh suku bunga dengan pergerakan rupiah terhadap dolar Amerika, dengan pengaruh yang positif. Artinya setiap kenaikan tingkat suku bunga bank di Indonesia akan meningkatkan pergerakan rupiah terhadap dolar Amerika. Berpengaruhnya tingkat suku bunga terhadap pergerakan rupiah terhadap dolar Amerika karena ketika suku bunga dalam negeri meningkat sementara suku bunga luar negeri tetap, maka minat investor untuk menanamkan modalnya didalam negeri semakin tinggi karena return yang didapat juga diharapkan akan lebih tinggi sehingga arus modal masuk akan meningkat. Permintaan terhadap mata uang domestik meningkat sehingga akan direspon dengan menguatnya mata uang dalam negeri (Rusniar, 2009). Hasil peneliitan ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Triyono (2008), Yudha dan Hadi (2008) yang berhasil menunjukkan adanya pengaruh tingkat suku bunga dengan pergerakan rupiah terhadap dolar Amerika.

8.      Pengaruh Inflasi Terhadap Nilai Tukar Rupiah Atas Dollar Amerika
Inflasi merupakan kenaikan harga secara umum , misalnya jika laju inflasi di Indonesia meningkat ketika inflasi di Amerika relative tidak berubah akan mengakibatkan barang  Indonesia relative mahal dan barang amerika relative lebih murah. Hal ini mengakibatkan permintaan barang amerika akan meningkat yang juga di ikuti oleh peningkatan permintaan US dollar.  Semangkin tinggi permintaan US dollar dan jika tidak di barengi dengan penawaran yang cukup hal ini dapat menyebabkan semakin sedikitnya persediaan US dollar, Sehingga Harga memperolehnya akan semakin mahal. Jadi dapat disimpulkan tingkst inflasi yang tinggi dapat melemahkan nilai tukar mata uang suatu negara.
Salah satu cara pemerinth dalam menanggulangi inflasi adalah melakukan kebijakan menaikan tingkat suku bunga. Tingkat inflasi sebagai salah satu indicator fundamental ekonomi mencerminkan tingkat PDB dan PNB ke nilai yang sebenarnya. Nilai GDP dan GNP riil Merupakan indicator penting bagi seoarang investor dalam membandingkan peluang dan resiko invests di mancanegara. Nilai rata-rata kurs US$ untuk tahun 2000-2010 sebesar Rp9.638,45  dengan nilai terendah sebesar Rp8.875 yang terjadi pada  tahun 2003 dan nilai tertinggi sebesar Rp 10.950 yang terjadi pada tahun 2008. Untuk saat ini, Indonesia menganut sistem kurs mengambang secara penuh sejak 14 Agustus 1997. Sejak sistem mengambang penuh diberlakukan, kurs rupiah mengalami depresiasi terhadap Dollar Amerika yang sangat tajam (Anwary, 2011:17). Perkembangan nilai kurs US dollar selama tahun 2000-2010 berfluktuasi, dengan varian yang tidak terlalu besar. Hal ini menunjukkan bahwa perkerakan nilai kurs US dollar selama tahun 2000-2010 dapat dikatakan relatif stabil.




BAB IV
PENUTUP

Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan dapat di simpulkan bahwa:
1)      Inflasi berpengaruh positif terhadap pergerakan nilai tukar USD/IDR, yang berarti bahwa jika tingkat inflasi mengalami kenaikan maka arah pergerakan nilai tukar USD/IDR juga akan meningkat
2)       BI rate berpengaruh negative dan signifikan terhadap pergerakan nilai tukar USD/IDR, yang berarti bahwa jika tingkat BI rate mengalami kenaikan maka arah pergerakan nilai tukar USD/IDR akan menurun
3)      PDB beropengaruh positif dan tidak signifikasi terhadap pergerakan nilai tukar USD/IDR, yang berarti bahwa jika PDB mengalami kenaikan maka arah nilai tukar akan naik namun pengaruh sangat kecil
SARAN
1)      Perlu ada pengendalian inflasi oleh pemerintah agar tingkat inflasi tidak terlalu tinggi (rendah) yang dapat memengaruhi naiknya (turunynya) nilai tukar sehingga akan member dampak terhadap pelaku ekonomi dalam negeri maupun yang melakukan perdagangan internasional. Oleh karena itu perlu ada standar inflasi yang dipertimbangkan oleh pemerintah ( Bank Indonesia) sehingga dampak-dampak dari tinggi atau rendahnya inflasi ini tidak menjadi risiko yang harus diterima dari pelaku ekonomi domestic.
2)      Perlu ada standar nilai BI rate yang berimbang bagi pelaku ekonomi domestic sehingga akibat dari BI rate yang terlalu tinggi/ rendah yang berdampak pada nilai tukar rupiah tidak menjadi risiko yang bias merugikan pelaku ekonomi domestic.











DAFTAR PUSTAKA

Journal of International Economics 74 (2008) 341–361
The impact of foreign interest rates on the economy: The role of the exchange rate regime Julian di Giovanni a,, Jay C. Shambaugh ba Research Department, International Monetary Fund, 700 19th Street, N.W., Washington, DC 20431, United State Economics Department, Dartmouth College, 309 Rockefeller Hall Hanover, NH 03755, United States Received 2 March 2007; received in revised form 13 September 2007; accepted 14 September 2007

Journal of Economics and Development Studies June 2014, Vol. 2, No. 2, pp. 263-279 ISSN: 2334-2382 (Print), 2334-2390 (Online) Copyright © The Author(s). 2014. All Rights Reserved. Published by American Research Institute for Policy Development Exchange Rate, Inflation and Interest Rates Relationships: AnAutoregressive Distributed Lag Analysis Ebiringa, Oforegbunam Thaddeus1 and Anyaogu, Nnneka

Lenny, Handoyo, 2008, Pengaruh Harga Minyak Dunia, Tingkat Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia dan Kurs Rp./Usd Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Ekonomi Tahun XIII No.3 November
BPS.go.id
HadiWinata, Bob Sugeng. 2004. Politik Bisnis Internasional. Yogyakarta: Kanisiusa
Serfianto,R.dkk.2013. Pasar Uang dan Pasar Valas. Jakarta:  PT Gramedia Pustaka

Oktavia, Adek L, dkk. 2013. Analisis Kurs dan Money Supply di Indonesia. Jurnal kajian ekonomi. Vol.1.No.02. Padang: Universitas Negeri Padang

Thobarry, Ahcmad Ath. 2009. Analisis Penagaruh Nilai Tukar Suku Bunga, Laju inflasi dan Pertumbuhan GDP Terhadap Indeks Harga Saham Sektor Properti Tesis. Semarang: Universitas Diponegoro.
Sartono R, Agus, 2003. Manajemen Keuangan Internasioanal. Edisi ke 5. Jakarata: Erlangga
\Dauda, Paris. 2011. Analisis Pengaruh Fundamental Ekonomi dan Pegerakan Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dollar Amerika(USD/IDR). STIMNETRO Makasar. Vol 1 No.2 tahun 2011

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

AKUNTANSI PERUSAHAAN JASA

SOAL AKUNTANSI PERUSAHAAN JASA Rio sentosa merupakan sebuah perusahaan yang bergerak dibidang jasa pembersih dan pengecatan gedung. Saldo...