CRITICAL BOOK REVIEW
“DIAGNOSA DAN PEMECAHAN KESULITAN
BELAJAR
Drs.H. KOESTOER PARTOWISASTRO – Drs.A.HADISUPARTO”
Di Susun
O L E
H :
NAZLAH
HANIM NASUTION
7133341034
B
EKSTENSI PENDIDIKAN EKONOMI
![]() |
JURUSAN PENDIDIKAN
EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI
MEDAN
T.A. 2013/2014
PELAJARAN I
KERANGKA KERJA DIAGNOSA DAN
PEMECAHAN
KESULITAN BELAJAR
Salah satu diantara tugas yang
paling sulit bagi seorang guru dan penyuluh Pendidikan ialah tugas untuk mengadakan diagnosa dan membantu
memecahkan kesulitan – kesulitan (treatment) belajar yang dihadapi para siswa.
Banyak hal yang menyebabkan kesulitan
tugas ini:
- Karena penyebab kesulitan belajar yang dihadapi para siswa itu sangat beraneka ragam.
- Karena penyebab kesulitan belajar itu sangat kompleks, sehingga penyebab tersebut tidak dapat dipahami secara sempurna, meskipun oleh seorang ahli berpengalaman sekalipun.
- Karena suatu usaha pemecahan kesulitan belajar, mungkin dapat dialakukan dengan baik dan berhasil untuk membantu seorang siswa, akan tetapi belum tentu dapat dilakukan dengan berhasil pula apabila usaha yang sama itu diterapkan untuk membantu seorang siswa yang lain. Dengan demikian kita tidak dapat mengetahui dengan pasti apakah suatu cara pemecahan kesulitan itu dapat dipergunakan untuk menolong memecahkan kesulitan setiap siswa.
Kita
menyadari bahwa banyak guru dan penyuluh bahkan
mungkin sebagian terbesar dari mereka belum efisien dalam
mempergunakan pendekatan untuk melakukan
tugas diagnosa dan pemecahan kesulitan belajar ini. Akibatnya ialah bahwa
banyak kesulitan belajar yang dihadapi para siswa itu tetap tidak terpecahkan.
Atau paling untung, kesulitan – kesulitan itu dapat dipecahkan, tetapi memakan
waktu yang sangat lama dan disertai kesalahan – kesalahan yang menjengkelkan di
sana – sini.
Dan
paling celaka ialah, apabila suatu cara pemecahan yang salah dipergunakan untuk
menolong siswa dalam pemecahan kesulitan yang lebih besar dari yang telah
dideritanyya semula.
Tujuan Pelajaran – pelajaran yang
disajikan ini ialah:
Untuk
memperkenalkan suatu sisem diagnosa dan pemecahan kesulitan belajar yang
dihadapi para siswa.
Sebuah
Contoh Pemecahan Tidak Efisien
Telah
dikemukakan bahwa guru dan penyuluh dapat melakukan kesalahan dalam diagnosa
kesulitan belajar yang dihadapi siswa. Tetapi belum dijelaskan secara khusus tentang
jenis – jenis kesalahan tersebut. Untuk menjelaskan hal ini kami dapat
memberikan daftar tipe pemecahan kesulitan yang kurang efisien yang sering
dilakukan oleh guru dan penyuluh, dan diberikan contoh pula untuk setiap tipe
pembicaraan sekarang ini mungkin akan membosankan dan mengacaukan saja. Oleh
karena itu dalam pembahasan selanjutnya hanya akan dikemukakan sbuah contoh
ilustrasi umum mengenai apa yang dimaksudkan dengan teknik diagnosa yang kurang
efisien. Kemudian, penjelasannya secara khusus dan mendalam akan ditangguhkan sampai
pelajaran selanjutnya, dan juga akan dijelaskan cara – cara untuk menghindari
kesalahan – kesalahan yang tidak perlu itu.
Akan
tetapi, sebelum diberikan contoh yang dimaksud terlebih dahulu akan dijelaskan
susunan seluruh pelajaran yang akan disajikan, dengan maksud supaya anda
tergugah untuk turut serta secara aktif dalam mempelajari hal – hal yang akan
disajikan nanti. Dalam hal ini, ditulis juga pelajaran – pelajaran dalam bentuk
yang memberikan kesempatan secara berkala kepada anda untuk membuat keputusan
tentang beberapa pertanyaan atau maslah yang diajukan. Diharapkan bahwa kesempatan
tersebut dapat menimbulkan minat bagi anda, dan pelajaran itu sendiri akan
lebih berguna bagi anda sendiri. Sebagai tambahan terhadap pengajuan pertanyaan dan masalah tersebut,
yang dianggap sebagai pemecahan atau jawaban yang baik untuk pertanyaan atau masalah tersebut.
Lain
dari pada itu akan diterangkan juga, mengapa pemacahan tersebut lebih baik dibandingkan dengan pemecahan – pemecahan
lain yang dapat dipilih..
Secara
singkat dapat dikatakan bahwa pelajaran – pelajaran yang disajikan ini akan
memberikan banyak kesempatan bagi anda untuk :
1. Mencobakan
keputusan – keputusan anda sendiri tentang diagnosa dan pemecahan masalah
kesulitan belajar, dan
2. Menilai
sampai dimana mutu penguasaan anda tentang pelajaran yang disajikan
Sekarang
marilah kita kembali kepada contoh pendekatan yang tidak efesien dalam tugas diagnosa kesulitan belajar itu.
Misalnya seorang guru kelas enam telah meminta kepada seorang penyuluh
pendidikan di sekolah itu, untuk menentukan dan menjelaskan mengapa dua orang murid dikelasnya, Ahmad dan
Karna tidak dapat membaca lebih baik dari rata – rata murid kelas tiga. Dengan
hanya keterangan yang diberikan oleh guru kelas tadi, penyuluh tersebu langsung
memulai tugas dignosanya. Dalam keadaan seperti ini, diberikan kesempatan yang
sama kepada anda, ialah bahwa anda diminta untuk menentukan bagaimana cara
memulai tugas ini apabila anda sendiri
menjadi penyuluh tersebut. Dengan perkataan lain, hal ini merupakan pembuatan
keputusan pertama yang memberikan kesempatan kepada anda untuk turut serta
aktif dalam pembelajaran ini.
Dibawah
ini kita akan mendapatkan empat macam kemungkinan tindakan yang dapat dilakukan
oleh penyuluh
1. Kedua murid itu diberi test dengan “Revan
Matrices Test” untuk memperoleh keterangan apakah mereka memiliki intelegensi
yang rendah
2. Meneliti
hasil belajar kedua murid tersebut dalam bidang pengajaran lain disamping
pelajaran membaca utuk mempelajari sampai dimana keberhasilan mereka dalam bidang pegajaran tersebut
3. Memberikan
saran kepada guru tadi untuk menyajikan buku
yang lebih mudah dibaca oleh kedua orang tua tersebut ialah buku – buku yang
dipergunakan di kelas tiga daripada menyuruh mereka untuk terus mencoba membaca
buku untuk kelas enam.
4. Membuat
daftar yang praktis tentang kata – kata yang biasa dipergunakan dalam buku
pelajaran membaca dikelas empat dan lima, dan meminta ornag tua kedua murid
tersebut menyuruh anaknya untuk menghafalkan kata – kata dalam daftar tersebut
dirumah, sehigga mereka dapat membacanya dengan mudah disekolah.
Kita
akan memulainya dengan menelaah hasil yang diperoleh kedua murid itu dalam
bidang - bidang pengajaran lain disamping pelajaran membaca, untuk mengetahui
keberhasilan mereka dalam masing – masing pengajaran itu. Mengapa kita memilih
kemungkinan kedua, dan tidak memilih yang lain? Hal ini dapat dijelaskan, bahwa
dengan mengadakan penelaahan kepada bidang – bidang pengajaran yang lain itu,
kita akan memperoleh gambaran yang lebih jelas tentang kedua murid tersebut,
dengan mengetahui keberadaan mereka dalam berbagai bidang pengajaran itu.
Misalnya:
1. Kita
memperhatikan nilai kedua murid tersebut dalam test yang telah mereka tempuh
dalam pelajaran Matematika, IPA, IPS dan Pendidikan Kesehatan
2. Kita
juga berbicara dengan guru mereka untuk memperoleh kesan guru tersebut tentang
sejauh manakah kemampuan mereka dalam diskusi mengenai IPS, IPS, dan
Matematika, demikian juga tentang kemampuan mereka untuk berbicara dalam Bahasa
Indonesia dan dalam Bahasa Daerah.
3. Kita
menanyakan pula kepada guru tersebut sejauh manakah Ahmad dan Karna
melaksanakan kegiatan – kegiatan dalam pelajaran kesenian, musik, dan olah raga
4. Bagaimana
mereka itu bergaul dengan teman – teman sekelasnya serta kebiasaan mereka dalam
belajar pada umumnya.
Dengan
demikian kita mempergunakan nilai –
nilai test hasil belajar yang telah ditempuh murid tersebut, sampai dari hasil
pekerjaanya (seperti karangan,hasil seni) dan wawancara dengan gurunya, untuk
meneliti dan menilai kekuatan – kekuatan dan kelemahan – kelemahan kedua murid
tersebut dalam bidang – bidang pengajaran disamping pelajaran membaca.
Kita
menamakan proses penelahaan semacam ini sebagai penilaian status. Kita menilai
status kedua murid itu, tidak hanya dalam pelajaran membaca, akan tetapi dalam
setiap bidang pengajaran yang lainnya. Hal ini memberikan gambaran menyeluruh
tentang kesulitan mereka dalam belajar.
Kita
telah melakukan proses penelahaan tersebut dan kita mencatat hasil penelahaan
mengenai Ahmad dan Karma, sebagai
ilustrasi, dirangkumkan hasil penelahaan tersebut dalam daftar dibawah ini.
Dalam lajur sebelah kiri dari daftar tersebut dicantumkan:
1. Tujuan
umum dari mata – mata pelajaran yang diberikan
Tujuan
– tujuan itu merupakan hal – hal yang
diharapkan dapat dipelajari Ahmad dan Karna sebagai murid kelas enam
2. Dalam
lajur kedua
Mencantumkan
metode – metode penilaian yang dipergunakan untuk mengumpulkan keterangan
tentang keberhasilan kedua murid tersebut dalam setiap pelajaran.
Kemudian
dalam lajur ketiga dan keempat:
3. Mencatat
hasil penilaian tentang keadaan kedua murid tersebut, ialah pertanyaan apakah
kedua murid itu:
a. Berhasil lebih baik daripada apa yang
diharapkan
b. Tepat
mencapai dengan memadai tujuan yang diharapkan,
atau
c. Gagal
mencapai tujuan – tujuan itu dengan kata lain menempati kedudukan dibawah hasil
yang seharusnyya mereka capai
TUJUAN METODE STATUS STATUS
BELAJAR PENILAIAN AHMAD KARNA
1.
Membaca
bahan Mendengarkan murid Baik untuk tingkat Baik untuk
Bacaan Bahasa Indo membaca dan menjawab dibawah taraf yang tingkat di
Nesia sebaik
keba- pertanyaan tentang isi diharapkan (kira- bawah taraf
Nyakan dari
murid bacaan kira kelas
3). Yang diharap
Murid lain
dikelas kan(kira-
kira
enam kelas
3)
2.
Menulis
karangan dalam Menganalisa karangan Dibawah taraf yang Pada taraf yg
Bahasa Indonesia
sebaik tertulis diharapkan dalam diharapkan
Kebanyakan dari
murid – menyusun
gagasan dalam menyu
Murid kelas enam dalam
tata bahasa, sun gagasan,
Dalam
ejaan,tanda dalam tata bah
baca.
Pada taraf asa,tanda baca
yang diharapkan sedikit dibawah
dalam
tulisan tangan. taraf yang
diharapkan dalam
ejaan. Jauh dibawah taraf yang diharapkan dalam tulisan tangan.
3.
Berbicara
dalam Wawancara
dengan Dibawah taraf yang Diatas taraf
Bahasa Indonesia guru tentang kemampuan diharapkan dalam yang diharap
Selancar
kebayakan murid bercakap dalam menyusun gagasan, kan dalam
Murid dikelas
enam diskusi kelas, dalam dalam tata bahasa, menyusun ga
Percakapan
resmi didepan dalam ucapan. Gasan. Pada
Kelas,
dan dalam tidak
memiliki taraf yang di
Percakapan
biasa gagasan yang
jelas harapkan dlm
tentang
apa yang tata Bahasa,
ingin
dinyatakan ucapan.
Mudah berbicara
dan
mendetail
dalam membi
bercarakan
berbagai pokok
4.
Berhasil sebaik Memeriksa pekerjaan Jauh dibawah Dibawah
yang
Kebanyakan
murid rumah dan pekerjaan yang diharapkan diharapkan
Kelas
enam dalam ulangan dalam dalam pemecahan apabila soal
a.
Memecahkan soal matematika soal.
Sedikit yang dipecah
b.
Matematika dibawah
yang di kan menyangk
c.
Perhitungan matematika harapkan
dalam ut kemampuan
perhitungan membaca.apa
bila
masalah
disampaikan
secara
lisan
5.
Menjelaskan faktor Memeriksa hasil Agak dibawah Pada taraf
Dan
pengertian dalam penyelesaian tugas taraf yang diharap yang diharap
IPASebaik
kebanyakan tertulis dan test hasil kan dalam mengingat kan dalam
Murid
kelas enam belajar.
Wawancara fakta- fakta.
Jauh di pengetahuan
guru
tentang parti bawah
taraf yang di tentang fakta
sipasi
murid dalam harapkan
dalam dan pengguna
diskusi
tentang IPA menjelaskan
pengertian an pengerti
dan
dalam Proyek dalam
menerapkannya an
Kegiatan
IPA dalam
kehidupan
Sehari
– hari
6.
Menjelaskan fakta Jenis penilaian yang Kira-
kira sama Pada taraf
dan
pengertian dalam sama dengan
penilaian dengan statusnya yang diharap
IPS,
menerapkannya untuk IPA untuk IPA sedikit kan dalam ma
untuk
menafsirkan dibawah
taraf yang salah fakta
situasi
kehidupan diharapkan
dalam dan pengertian
sebaik
kebanyakan fakta,
jauh dibawah yang didiskusi
murid
kelas enam yang
diharapkan kan dikelas.Di
dalam
pemahaman bawah taraf
pengertian yang diharap
dalam
fakta
dan
pengertian
apabila
menyangkut
kemampuan
membaca
7.
Mengikuti praktek Memperhatikan hasil Pada
taraf yang Pada taraf
Untuk
melaksanakan test hasil belajar.
Wawan diharapkan dalam yang diharap
hidup
sehat sebaik cara dengan guru
untuk kegiatan memelihara kan pengetahu
kebanyakan
murid mengetahui pendapatnya hidup sehat an tentang hid
kelas
enam tentang
kegiatan memeli up
sehat dalam
hara
hidup sehat di Sekolah kehidupan sehari – hari
8.
Mempelihatkan tingkah Wawancara dengan Guru Pada umumnya Agak dibawah
Laku
sosial yang terdapat
pada taraf yang di
Konstruktif dalam taraf
yang diharap harapkan.
Kelas.
Kerjasama dengan kan.
Mengerjakan kadang -
Orang
lain secara baik hal yang diperintah kadang meng
Kan
oleh guru, gangggu
Bersahabat
dengan teman. Tidak
teman
sekelas selalu adil
dalam
melaku
kan
tugas
kelompok
9.
Menyelesaikan
proyek- Wawancara dengan Pada
taraf yang pada taraf
proyek
kegiatan seni dan guru. Memperhatikan diharapkan yang diharap
pekerjaan
tangan hasil kerja murid kan.Dia
sangat
ketrampilan
kebanyakan dalam seni terampil
dan
murid
kelas enam kreatif,
tetapi
tidak
selalu
menyelesaikan
proyeknya
10. Bernyanyi
sebaik Wawancara dengan Diatas taraf Pada taraf
kebanyakan
murid Guru yang
diharapkan yang diharap
kelas enam kan
11. Bermain
olahraga Wawancara dengan Pada taraf yang Dibawah taraf
sebaik
kebanyakan guru. Mengamati diharapkan yang diharap
murid
kelas enam kegiatan olahraga kan
bermain
agak
jelek
dan
tidak
selalu
mengikuti aturan
Kita
melihat bahwa kedua murid tersebut memiliki tingkat kesulitan yang sama dalam
membaca, dan mereka menghadapi masalah yang berbeda dalam hal ini. Misalnya,
karena memperoleh hasil yang baik sekali dalam beberapa kegiatan kelas yang
menuntut kemampuan intelektual dan akademis yang tinggi, menyusun bahan pembicaraan
dalam susunan logis, memecahkan masalah matematik yang diberikan secara lisan,
mempergunakan konsep – konsep IPA dan IPS. Sebaliknya Ahmad memiliki kekurangan
– kekurangan dalam bidang – bidang ini. Lebih khusus lagi, dia lebih baik dalam
menghafalkan fakta dan mengerjakan perhitungan matematis dibandingkan dengan
kemampuannya dalam menangani masalah yang berhubungan dengan penggunaaan
“proses mental yang lebih tinggi” seperti menerapkan konsep dan kaidah – kaidah
dalam memecahkan masalah dalam kehidupan sehari – hari.
HIPOTESA
Kemudian,
gagasan apa yang timbul mengenai sebab – sebab yang mendasari kesulitan kedua
murid tersebut dalam membaca, setelah kita memperhatikan pola kekuatan dan kelemahan mereka?
- Mungkin dia menderita kesulitan dalam hal pengamatan visual. Hal ini berarti bahwa padanya tidak terdapat gangguan atau kelemahan mental, tetapi terdapat kesalahan khusus dalam hal siklus sistim/ saraf visual, sehingga dia memiliki kesulitan dalam menafsirkan bahan bacaan. Tetapi dia dapat menafsirkan dengan baik sekali bahan – bahan yang didengarnya, sehingga dia dapat mengerjakan kegiatan dengan baik dalam diskusi kelas, dalam menyusun bahan percakapan, dan bahkan dalam menyusun bahan karangannya secara tertulis. Anak – anak yang menderita kesulitan dalam pengamatan visual semacam ini seringkali memperlihatkan kesalahan – kesalahan dalam kegiatan jasmani.
- Bahwa karena tidak dapat melihat dengan teliti. Dengan perkataan lain, dia mungkin berpenglihatan jauh sehingga bahan bacaan yang terdapat dalam buku bacaanya tampak samar – samar dan kabur, sedangkan tulisan di papan tulis didepan kelas dapat dilihatnya dengan jelas. Kemungkinan penyebab ini merupakan gangguan penglihatan, atau gangguan dalam mata, dan tidak sama dengan kesulitan yang dijelaskan terdahulu ialah dalam hal gangguan pengamatan visual.
- Kemungkinan lain ialah bahwa ia tidak mendapat pelajaran yang efisien dikelas – kelasnya sebelumnya
- Atau mungkin dia mempunyai sikap yang negative terhadap pelajaran membaca, karena frustasi yang dhadapinya pada waktu dia mulai belajar membaca dikelas permulaan, sehingga sekarang dia menerima dirinya sebagai seorang “tidak sanggup membaca”
Jadi, dalam
memperkirakan sebab yang paling mungkin mendasari ketidakmampuan membacanya,
kita dapat menduga bahwa:
- Dia mungkin menderita keterbelakangan mental secara umum. Oleh karena itu kiranya akan berfaedah apabila kita member test intelegensi kepada Ahmad, untuk memeriksa ketepatan perkiraan kita mengenai kemampuan dasarnya.
- Mungkin dia menderita gangguan mata. Mungkin pula dia memiliki ketidakmampuan dalam hal pengamatan, baik visual, pendengaran, atau kedua – duanya
Akan
tetapi melihat kenyataan bahwa dia itu memiliki kelincahan jasmani, selincah
teman – teman sekelasnya, membuktikan bahwa dia tidak menderita gangguan yang
gawat, baik dalam hal mata ataupun dalam pengamatan visualnya.
- Mungkin pula terdapat faktor – faktor lain tentang latar belakang persekolahan atau latar belakang keluarga yang turut menyebabkan kesulitan Ahmad dalam membaca pengajaran yang tidak memadai pada waktu yang lalu, keluarga yang tidak menghargai kegiatan akademis dan lebih suka apabila Ahmad memutuskan sekolahnya untuk bekerja bersama orang tuanya diladang, atau hal – hal lainnya.
LANGKAH
DALAM DIAGNOSA DAN PEMECAHAN MASALAH
TAHAP
1 : PENELAHAAN STATUS (STATUS
ASSESSMENT)
Tahap
ini merupakan tahap identifikasi hakekat dan luasnya dari pada kesulitan
belajar yang dihadapi oleh murid. Pertanyaan pokok yang dapat dikemukakan dalam
tahap ini ialah:”Kalau ada, perbedaan apakah yang terdapat antara:
- Hal yang diharapkan untuk dicapai oleh murid sehubungan dengan tujuan pendidikan sekolah
- Yang benar – benar telah dicapainya?
Secara
umum, dapat dikatakan bahwa makin banyak bidang – bidang dimana murid yang
bersangkutan memperlihatkan kekurangan (perbedaan antara apa yang diharapkan
dengan apa yang dicapainya secara nyata), dan makin besar kekurangan itu, makin
beratlah kesulitan belajar yang diderita murid tersebut.
Langkah 1.1 apakah
tujuan khusus yang diharapkan untuk
dicapai oleh murid yang bersangkutan pada saat kesulitan itu tampak?
Langkah 1.2 Teknik – teknik penilaian manakah yang
dapat dipergunakan untuk menentukan sejauh mana murid yang bersangkutan telah
mencapai tujuan tersebut?
Langkah 1.3 Setelah
teknik – teknik penilaian itu dipergunakan pola perbedaan apakah yang terdapat
antara yang diharapkan dengan perbuatan yang nyata yang dimilki murid yang
bersangkutan?
TAHAP
2 : PERKIRAAN SEBAB (CAUSE
ESTIMATION)
Tahap ini
merupakan tahap perkiraan alasan atau sebab yang mendasari pola hasil
belajar yang diperlihatkan oleh murid
yang bersangkutan seperti terungkap dalam TAHAP 1. Pertanyaan pokok dalam hal
ini ialah:
Mengapa murid tersebut memperlihatkan
pola kekuatan dan kelemahan yang khusus seperti itu?
Pada tahap inilah teori
psikolog menjadi penting artinya. Kita ingin mengetahui faktor – faktor
lingkungan dan faktor – faktor pribadi manakah yang telah menyebabkan kesulitan
murid tersebut dalam belajar.
Langkah 2.1 Alasan
– alasan yang tepat manakah yang menyebabkan murid tersebut mengalami
kekurangan seperti diukiskan pada Tahap
1?
Langkah 2.2 Bagaimana
kita dapat menilai dan menentukan alasan mana dari alasan – alasan yang
diuraikan pada langkah 2.1 itu yang paling tepat atau yang paling kuat?
Langkah 2.3 Setelah
menerapkan teknik – teknik penilaian tercantumkan pada langkah 2.2, kesimpulan apakah yang kita peroleh
tentang sebab yang paling tepat itu?
TAHAP
3 : PEMECAHAN KESULITAN DAN
PENILAIANNYA (TREATMENT
AND TREATMENT EVALUATION
Tahap ini merupakan
tahap untuk berusaha menghilangkan sebab dari pada kesulitan yang dihadapi
murid. Atau apabila sebab itu tidak dapat disembuhkan, hal ini menjadi tahap
untuk memberikan bantuan kepada murid tersebut dalam belajar yang sesuai dengan
sebabnya. Pertanyaan pokok dalam hal ini ialah: “Bagaimana kita dapat menolong
murid sebaik – baiknya dalam mengatasi atau mengkompensasikan kesulitan –
kesulitannya dalam belajar?
Langkah 3.1 Teknik
– teknik manakah yang harus dipergunakan untuk membantu memecahkan kesulitan
murid atau untuk merubah lingkungannya?
Langkah 3.2 Teknik penilaian manakah yang dapat kita
gunakan untuk menentukan
sampai sejauh mana keberhasilan pemecahan kesulitan
itu?
Langkah 3.3 Apa yang dihasilkan dari penilaian kita
terhadap cara pemecahan kesulitan yang telah dilakukan itu? Haruskah kita
melanjutkan cara pemecahan tersebut,
atau haruskah kita merubahnya dengan cara lain?
PELAJARAN
II
MENELAAH
STATUS SISWA
Kalau kita ingat kembali dalam
pelajaran I, kita akan menemukan 3 tahap, dengan para konselor dan guru dapat
membuat diagnosa dan memecahkan masalah – masalah belajar siswa.
Terdapat
3 pertanyaan dasar dalam tahap 1 ini, yang harus dicarikan jawaban –
jawabannya.
1. Apakah tujuan khusus yang diharapkan dapat dicapai
oleh siswa pada saat ini? Ini berarti tidak hanya tujuan – tujuan formil dari
kelas yang ada, juga tujuan – tujuan
informal yang ada dalam pikiran guru.
2. Teknik
– teknik evaluasi apa saja yang dapat digunakan untuk menentukan sejauh mana
siswa telah mencapai tujuan – tujuan itu
3. Setelah
teknik – teknik evaluasi itu diterapkan terhadap siswa, pola perbedaan –
perbedaan apa yang terdapat antara harapan dan hasil nyata yang telah dicapai
oleh siswa
Untuk
dapat member jawaban dari tiap – tiap pertanyaan itu secara tepat, diperlukan
langkah – langkah tertentu:
Kita
mulai dengan menelaah tiap pertanyaan:
- Tugas untuk mengidentifikasikan tujuan – tujuan:
a. Aspek
– aspek dari program sekolah manakah yang termasuk dalam tujuan – tujuan itu?
b. Sejauh
manakah taraf yang dicapai dari tiap – tiap aspek yang dapat diharapkan oleh
siswa?
1.1 Aspek – aspek dari program sekolah:
Sebagian besar aspek – aspek dari
program sekolah yang merupakan tujuan – tujuan itu dalam mata pelajaran,
misalnya agama, matematika,, bahasa Indonesia, IPS.IPA, olahraga.
Yang berhubungan dengan perilaku sosial
misalnya, siswa tidak diharapkan mengganggu guru atau teman sekelasnya. Juga
tidak diharapkan dari siswa untuk menggunakan kata – kata kotor dan yang dapat
menyinggung perasaan dari teman – temannya.
Jadi
kita menyusun pembatasan kesukaran belajar atau masalah belajar itu dalam arti
kata yang luas.
Defenisi I : Suatu masalah belajar itu ada kalau seorang siswa itu jelas
tidak memenuhi harapan – harapan yang
diisyaratkan kepadanya oleh sekolah, baik harapan – harapan yang tercantum
sebagai tujuan tujuan formil dari kurikulum meupun harapan – harapan yang ada
di dalam pandangan atau anggapan dari para guru dan kepala sekolah.
1.2 Taraf pencapaian yang diharapkan
(The expected level of performance)
Setelah
mengenal jenis – jenis tujuan yang dapat dimasukan dalam diagnose kita dari
status siswa, maka kita telaah mana yang dapat diharapkan untuk dicapai oleh
siswa. Dalam menilai apakah siswa itu mencapai perilaku yang memuaskan,standart
perbandingan yang paling lazim digunakan ialah perilaku rata - rata dari siswa yang sebaya atau yang seusia
siswa tersebut.
Defenisi II : Suatu masalah belajar itu timbul kalau seorang siswa itu
jelas berada dibawah taraf perilaku dari sebagian besar teman – teman seusianya
atau sekelasnya, baik matapelajaran formil dari kurikulum mapun dalam kebiasaan
belajar dan perilaku social yang dianggap penting oleh guru.
Defenisi III : Tidak hanya anak – anak yang hasil belajarnya jelas berada di
bawah teman seusia – kelasnya dianggap mempunyai kesukaran belajar, tetapi juga
anak – anak yang dianggap mempunyai kemampuan yang tinggi (misalnya
intelligensinya tinggi) sering dianggap juga sudah mempunyai kesukaran belajar
kalau mereka hanya mencapai sama dengan rata – rata kelasnya dan tidak dapat
mencapai taraf kemampuannya sendiri yang telah didugakan kepadanya
Dari
penelaah yang telah dilakukan dapat disimpulakan bahwa kesukaran belajar itu
perdefenisi: perbedaan antara perilaku yang diharapkan dengan perilaku yang
telah dicapai secara nyata. Juga harus dicatat, bahwa anak diharapkan oleh sekolah supaya ia berhasil tidak hanya
dalam berbagai jenis mata pelajarannya yang formil, tetapi juga dalam hal
kebiasaan belajarnya dan perilaku sosialnya.
Sebagai
rangkuman dapat dikatakan bahwa apabila seorang guru tidak dapat atau tidak mau
menyatakan tujuan – tujuan belajar yang diharapkannya, maka ada kemungkinan
dengan jalan observasi langkah – langkah mengajarnya untuk mengabstraksikan
tingkah lakunya, macam – macam tujuannya, yang sebagian besar mungkin tidak
disadarinya, yang diharapkannya agar para siswa mencapainya.
Oleh
karena itu kita menarik kesimpulan bahwa bilamana kita akan membuat daftar
hasil belajar yang dicapai oleh para siswa sebagaimana diharapkan oleh sekolah
itu atau oleh guru kelas, maka kita dapat mencari tujuan – tujuan tersebut di
dalam sumber – sumber berikut ini:
1. Menanyakan
kepada guru itu tujuan tujuan setiap
bidang kurikulum dan kebiasaan – kebiasaan belajar serta tingkah laku sosialnya
2. Memberikan
buku – buku pegangan yang dipakai sebagai inti pelajaran dan membaca tujuan –
tujuan yang tercantum di dalam buku – buku itu atau jika tujuan – tujuan tidak
dinyatakan secara langsung, maka kita dapat menduga bahwa tujuan itu bagi para
siswa ialah menghapal bahan yang tercantum dalam buku – buku pegangan itu.
3. Memeriksa
jalannya pelajaran yang ditempuh oleh guru itu
4. Memeriksa
rencana pelajaran yang ditulis oleh guru itu
5. Mengobservasi
waktu guru mengajar untuk mengabstraksikan dari tingkahlakunya tujuan – tujuan
apa yang hendaknya dicapai oleh para siswa. Untuk beberapa kelas hanyalah perlu
menggunakan salah satu diantara sumber – sumber tersebut untuk mendapatkan
sebuah gambaran yang jelas tentang apa yang diharapkan oleh guru. Bagi kelas
–kelas lain dan guru – guru lain perlu menggunakan lebih dari satu sumber untuk
memperoleh daftar tujuan – tujuan yang kita cari.
- Bagaimana tujuan – tujuan dapat dinyatakan dengan baik?
Setelah
kita mempertimbangkan dimana mendapatkan tujuan- tujuan dari hasil – hasil
belajar yang diharapkan, marilah sekarang kita mempertimbangkan dalam bentuk
bagaimana tujuan – tujuan itu dapat ditulis sehingga merupakan petunjuk –
petunjuk yang baik bagi tugas kita dalam mendiagnosa kesulitan – kesulitan
belajar para siswa.
Ada
empat cara yang biasanya dipakai oleh guru dalam mengatakan tujuan – tujuan,
yakni empat macam fokus yang berbeda. Fokus pernyataan – pernyataan terletak
pada :
1. Tingkah
laku yang dilakukan oleh guru
2. Topik
belajar
3. Pernyataan
yang harus dijawab
4. Tigkah
laku yang pada akhirnya dimiliki oleh siswa
- Langkah – langkah manakah yang effisien untuk penelaahan status?
Apabila anda merumuskan tujuan –
tujuan untuk dipakai menelaah pola kesulitan belajar seorang siswa, maka anda akan menghadapi masalah
penentuan tentang kekhususan yang harus dimiliki tiap – tiap tujuan. Barangkali
kita dapat menerangkan masalah pengkhususan tersebut dengan ilustrasi berikut:
Umpamakan saja kita akan merumuskan
tujuan – tujuan yang hendaknya dicapai oleh siswa SMA dalam pelajaran bahasa
inggris. Kita sekarang harus menentukan apakah menyatakan tujuan – tujuan hanya
sebagai satu tujuan menyeluruh yang menjadi sasaran seluruh kelas itu ataukah
dalam banyak tujuan – tujuan kecil yang merupakan tujuan – tujuan setiap kali
mengajar.
Jadi,
tujuan umum yang menyeluruh itu tidak cukup spesifik sebagai pedoman dalam menelaah
pola kekuatan dan kelemahan siswa itu dalam pelajaran bahasa inggris.
Akibatnya, kita tidak dapat memperkirakan sebab – sebab kesulitannya ataupun
menyarankan suatu metode yang baik untuk memecahkan masalahnya. Oleh karena itu
tujuan tujuan itu perlu lebih spesifik.
Cara
– cara Pencatatan hasil penelaahan
1. Test
hasil belajar yang ter standart
Mempunyai
ciri – ciri:
·
Test yang dicetak, dan disebarkan oleh
instansi pemerintah atau badan swasta, untuk digunakan secara nasional
·
Mengukur sejauh mana siswa pada kelas
tertentu dan sekolah tertentu telah belajar dalam matapelajaran tertentu.
·
Telah diberikan kepada beribu – ribu
siswa, sukses dari siswa – siswa pada test itu telah dianalisis untuk berbagai
tujuan:
Ø Untuk
menentukan test item yang mana yang lemah dan membingungkan, agar supaya dapat
diganti dengan test item yang lebih
tepat
Ø Untuk
mendapatkan skor rata – rata dan penyebarannya, untuk siswa – siswa pada usia
yang berbeda dan pada kelas yang berbeda
Ø Untuk
mempublisir statistic ini sebagai norma
Norma : statistik
digunakan oleh guru atau konselor sebagai stanndart perbandingan dengan skor
yang dicapai oleh siswa – siswanya sendiri.
Di Indonesia tidak banyak test yang
memenuhi semua kriteria itu, namun ada beberapa test yang tersedia dan yang
dapat digunakan untuk mengukur sejauh mana siswa itu mencapai hasil belajar
yang diharapkan dalam membaca Bahasa Indonesia, dan dalam Matematika. Akan
tetapi, sedikit sekali ada test ter standart yang cocok untuk mengukur hasil
belajar dalam bidang IPA dan IPS. Ini disebabkan karena Matematik dan membaca
itu sudah lebih uniform diseluruh Negara daripada ajaran – ajaran IPA dan IPS.
Test semacam ini hanya dapat
digunakan kalau siswa – siswa yang diberikan test itu telah belajar materi
matapelajaran yang diukur dengan test items itu. Cara yang mudah untuk
mengetahui apakah suatu test itu benar – benar mengukur hasil belajarnya ialah
dengan membandingkan tes items itu dengan tujuan – tujuan khususnya atau
ringkasan dari materi mata pelajaran itu yang telah dipelajari oleh siswa, maka
test hasil belajar yang terstandart itu tidak mengukur sejauh mana ia
mempelajari mata pelajaran itu.
2. Test
yang dibuat/ disusun oleh guru/ konselor
Guru
/ konselor membuat daftar tujuan belajar untuk suatu mata pelajaran tertentu,
yang telah diajarkan kepada siswa. Kemudian guru/ konselor menyusun test items
untuk mengukur tujuan – tujuan itu. Misalnya, misalnya untuk mengukur kemampuan
membaca dari siswa, test dapat terdiri atas perilaku siswa yang telah didapat
dari pengamatan guru. Contoh : untuk siswa kelas VI.
Cara
sederhana untuk mengukur kemampunan membaca siswa ialah dengan memberikan buku
bacaan untuk kelas VI dan menyuruh siswa membaca dengan suara, sambil guru
mengikutinya dengan buku yang sama sehingga guru dapat mengetahui dengan segera
dimana letak kesalahan – kesalahan yang dibuat siswa
3. Lembaran
kerja dan pemberian tugas – tugas teratur kepada siswa
Sebagian
besar informasi yang berguna dalam status assessment tidak bergantung pada test yang disusun
secara khusus, tetapi lebih banyak bergantung pada penelahaan sejauh mana siswa
dapat mencapai dalam mengerjakan tugas – tugas yang teratur di kelas maupun
pekerjaan – pekerjaan rumahnya.
Oleh
karena itu, terutama dalam bidang matematika, IPA,IPS, menyusun kalimat, ejaan,tulisannyadan
kesenian, guru dapat mengukur dengan tepat sejauh mana siswa dapat mencapai
yang diharapkan daripadanya dengan menganalisa segi – segi kekuatan dan
kelemahan siswa dalam tugas – tugas sehari – harinya.
4. Observasi
guru yang tak tercatat
Alat
penilaian yang paling sering digunakan di kelas ialah dengan observasi guru
yang hanya tercatat dalam otaknya sejauh mana siswa itu mencapai tujuan –
tujuannya. Adalah benar bahwa kemajuan – kemajuan siswa itu dapat ditampakan
paling jelas dalam perilaku yang apat diobservasi, misalnyakegiatan – kegiatan
kesenian, ertunjukan music, kebiasaan belajar, mematuhi tata tertib dan
olahraga. Kalau konselor sedang mempelajari kasus siswa tertentu yang mengalami
kesukaran belajar, maka ia sering membuat catatan – catatan kecil tentang
peristiwa – peristiwa yang berkesan itu.
5. Observasi
yang terdapat dalam bentuk skala
Dalam
beberapa hal Guru/ Konselor ingin lebih sistematis dalam observasi dan mencatat
perilaku siswa, maka mereka menggunakan skala penilaian atau checklist. Alat –
alat ini jelas dapat meningkatkan kualitas dan obyektifitas dari observasi dan
merupakan cara pencatatan yang lebih baik dari pada observasi- observasi tanpa
tercatat.
6. Wawasan
Kalau
konselor mempelajari siswa tertentu, biasana ia mewaancarai guru – guru untuk
mengumpulkan impresi- impresinya berdasarkan informasi informilnya. Maka dalam
sebagian besar bidang – bidang yang diidentifikasikan oleh daftar tujuan –
tujuan dari kelas VI itu, salah satu informasi yang sangat berguna ialah hasil observasi – obervasi oleh guru,
yang dikumpulkan oleh Konselor dengan cara wawancara. Dalam mempelajari kasus
siswa, Guru/ Konselor menggunakan teknik – teknik yang dianggap paling valid
dan praktis untuk situasi itu. Kemudian ia membuat kesimpulan – kesimpulan dari
hasil evaluasinya.
PELAJARAN III
MEMPERKIRAKAN SEBAB – SEBAB KESULITAN BELAJAR
Dalam
Pelajaran ke 2 telah disarankan bahwa tahap pertama yang paling efisien dalam
mendiagnosa kesulitan – kesulitan belajar yakni menemukan sampai sejauh mana siswa
dapat mencapai berbagai tujuan yang diharapkan oleh sekolah. Dengan perkataan
lain kita menentukan pola kekuatan dan kelemahannya dalam belajar. Tahap ini
disebut penelaah status
Tahap
diagnosa berikutnya ialah menduga apa menyebabkan pola kekuatan dan kelemahan
siswa itu. Tahap ini berdasarkan asumsi bahwa kita tidak dapat mengambil
keputusan secara biijaksana bagaimana membantu siswa mengatasi kesulitannya,
bila kita tidak mempunyai gambaran yang jelas tentang apa yang menjadi sebab
kesulitannya. Sekurang – kurangnya ada dua hal pokok yang menyebabkan seorang
guru atau konseler tidak baik dalam menentukan diagnosanya. Salah satu sebab
itu yakni karena ia hanya sedikit sekali memilki gambaran tentang sebab - sebab
yang memungkinkan pola kesultan belajar tertentu. Sebab lainnya karena tidak
memiliki cara yang efektif dalam
menentukan manakah yang sebenarnya diantara beberapa kemungkinan sebab atau
sekurang – kurangnya sebab yang paling kuat atau berpengaruh. Secara positif
kita kemukakan bahwa pendiagnosa yang bijaksana dan efisien ialah seseorang
yang 1. Mengetahui berbagai kemungkinan yang beralasan. 2. Mengetahui cara
menemukan secara efisien manakah faktor – faktor yang sebenarnya atau yang
paling pennting diantara kemungkina – kemungkinan tersebut
1.
Banyak
sebab – sebab yang menimbulkan pola gejala yang sama
Seringkali
gejala – gejala kesulitan belajar yang Nampak pada seorang anak disebabkan oleh
faktor – faktor yang berlainan dengan anak lain yang mmemperlihatkan gejala –
gejala yang sama. Misalnya: dua orang anak kelas tiga selalu merepotkan guru
dan teman – teman sekelas mereka, karena seringkali berbicara di dalam kelas,
berjalan - jalan di dalam kelas. Kedua
anak itu dikenal sebagai “hyperactive”,
mereka jarang duduk tenang. Tetapi apabila kedua kasus itu diperiksa secara
teliti, maka akan nyata bahwa yang menyebabkan tingkah laku itu berbeda bagi
seorang anak dengan yang lain.
Anak pertama itu, bila diperiksa secara
seksama akan terdapat bahwa ia menderita alergi fisik (Physical allergy). Ia
alergi terhadap bahan – bahan kimia tertentu. Misalnya pewarna dan gula adalah
bahan yang menimbulkan anak itu reaksi alergi. Kadar gulanya menjadi sangat
tinggi setelah dia mengkonsumsinya. Tetapi kemudian gula darah itu habi dan
kadar gulanya menurun banyak, sehingga anak tersebut enjadi cepat tersinggung
(marah), ia tidak dapat memusatkan perhatiannya terhadap pelajaran. Karena itu
dai lalu berbuat gaduh dalam kelas, mengganggu anak – anak lain dan mondar-
mandir di dalam kelas.
Sebaliknya, anak kedua yang sama
menampakan gejala “hyperactive” mempunyai alas an yang berlainan. Anak ini
mempunyai 6 orang bersaudara. Anatar ayah dan ibunya tidak terdapat
keserasihan. Ibu marah terhadap ayah, karena tidak mau mencari kerja yang
menghasilkan uang banyak. Sebaliknya ayah mencela ibu, karena tidak memelihara
kebersihan rumah dan anak – anak hanya tenang jika ia ada di rumah. Pertentangan
antara orang tua menyebabkan anak – anak tidak merasa aman dan tidak
mengetahui apa yang terjadi pada hari esok. Maka anak – anak itu sering
berkelahi satu sama lain. Suasana rumah demikianlah yang dibawa oleh anak
tersebut kesekolah. Selama sekolah dia sulit untuk memusatkan perhatiannya
terhadap pelajaran seperti mathematic dan IPS disebabkan ia terus – menerus
merasa cemas kalau orang tuanya berkelahi bila ia pulang, atau kalau ayahnya
pergi terus tidak pulanng lagi. Sehingga anak tersebut terus – menerus tertekan
akan pikiranya, tidak mau tetap ditempat duduknya, tetapi mondar – mandir di
dalam kelas. Kadang – kadangrasa tidak aman itu diekspresikan dalam bentuk mengganggu
atau mencela teman – teman sekelasnya..
- Banyak pola – pola gejala yang ditimbulkan oleh sebab yang sama
Beberapa
puluh tahun yang lalu dalam bidang sosiologi dan kriminologi terdapat suatu
kegiatan yang popular, yakni mencari korelasi antara (A) kondisi – kondisi
rumah atau keluarga (B) kenakalan anak dan remaja. Dengan memelajari riwayat
yang menjadi latar belakang anak – anak muda yang tertangkap polisi karena
tersangkut kejahatan, para ahli sosiologi melaporkan baha mereka menemukan
sejumlah besar kenakalan berasal dari keluarga yang “broken home “. Anak – anak
itu biasanya mengikuti ibunya, mungkin
pula ikut kakaknya atau neneknya. Seringkali anak – anak nakal itu dari berasal
dari keluarga miskin. Jadi para ahli sosiologi dan physikology tertentu
berkeismpulan, kenakalan itu disebabkan oleh bronken home ddan kemiskinan.
Para
peneliti tersebut menemukan bahwa banyak
anak – anak yang berhasil itu juga berasal dari “broken home” atau keluarga
yang miskin. Jelaslah bahwa sebab yang sama, yakni keluarga yang orang tuanya
berpisah, tidaklah sellau menimbulkan akibat – akibat atau gejala – gejala yang
sama. Kadang – kadang anak anak nakal
berasal dari keluarga demikian itu, tetapi kadang – kadang juga siswa – siswa
yang mematuhi hokum dan berhasil mempunyai latar belakang keluarga semacam itu.
Ini berari bahwa pendiagnosa hendaklah menyelidiki lebih mendalam pola – pola
sebab yang kompleks pada latar belakang anak – anak seperti itu utuk
mempertimbangkan tingkah laku mereka.
Oleh
karena itu hal – hal tersebut diatas maka konselor yang bijsaksana tidak
beranggapan bahwa sebab yang jelas yang melatarbelakangi seorang ana, seperti
penglihatan buruk, akan selalu mengakibatkan gejala – gejala atau efek yang
serupa, yakni kemampuan membacanya buruk. Faktor – faktor penyebab tertentu,
seperti penglihatan buruk bergabung dengan faktor – faktor penyebab lain
mungkin akam berakibat sangat berbeda bagi kehidupan seorang seorang siswwa
dari pada siswa lain.
- Sebab – sebab yang saling bergantung satu sama lain
Merupakan
hal yang sangat lazim bagi seorang anak pada permulaan sekolah mengalami
kesuitan yang ditumbulkan oleh satu sebab. Kemudian kesulitan – kesulitannya.
Kemudian kesulitan – kesulitannya menimbulkan reaksi dari orang – orang
sekelilingnya atau menyebabkan ia bereaksi terhadap dirinya sendiri dngan cara
yang selanjutnya menyebabkan kesulitan – kesulitan. Masalah – masalah tersebut
selanjutnya membangkitkan lebih banyak lagi kesulitan – kesulitan, sehingga
tidak lama berlangsungnya sebab yang tunggal yang mengakibatkan suatu persoalan
belajar tertentu. Sebaliknya kita mempunyai sebab – sebab yang semakin kompleks
yang mengakibatkan kesulitan – kesulitan yang semakin saling berhubungan satu
sama lain.
Untuk
lebih jelasnya maka kemungkinan – kemungkinan tersebut dikelompokkan menjadi 4
kategori:
1.
Kondisi
– kondisi fisiologis yang permanen
- Intelegensi yang terbatas
Kemampuan
intelektualnya kurang, untuk dapat menguasai konsep – konsep aljabar yang
abstrak dengan kecepatan yang sama seperti teman – teman sekelasnya
- Hambatan penglihatan dan pendengaran
Apa
bila ini terjadi maka isa bisa salah menafsirkan bahan bacaan dan tidak dapat
mendemgar semua yang diterangkan oleh guru.
- Masalah persepsi
Barang
kali ia dapat melihat dan mendengar secara jelas, tetapi ketika perangsang
penglihatan atau pendengaran sampai pada otaknya terganggu oleh mekanisme
penafsiran atau persepsi “images” itu, sehingga ia salah menafsirkan informasi
yang diperolehnya. Suatu gangguan yang ringan saja dalam hal ini sudah cukup
untuk mempertimbangkan taraf kesulitan belajarnya.
2.
Kondisi
– kondisi fisiologis temporer
Masalah makanan. Kemungkinan
hal ini terjadi karena kekurangan vitamin, kurang cukup protein, mineral atau
substansi lain yang diperlukan
Kecanduan, Hal
ini dapat terjadi karena ia pernah
mencoba “candu” atau minuman keras yang beraasl dari teman- temannya, seehingga
sekarang ia merasa ketagihan. Dalam
minggu – minggu terakhir rasa ketagihannya itu bertambah besar, sehingga dia
tidak dapat memusatkan perhatiannya, tidak dapat menyelesaikan pekerjaaan rumah
dan sulit untuk memahami konsep – konsep baru.
Kecapaian, anak
ini kemungkinan hanya kurang istirahat atau kurang tidur waktu malam
3.
Kondisi
= kondisi lingkungan sosial yang permanen
Harapan orang tua
tinggi
Setiap
orang tua jelas mengharapkan agar anaknya itu berhasil sekolahnya. Tetapi
kenyataannya ada sebagian anak tergolong anak yang taraf intelegensinya
mendekati rata – rata. Mungkin anak tersebut telah berusaha agar berhasil,
tetapi hal tersebut tidak memusakan orang tuanya, orang tuanya ( ayah) menakut
– nakutiya dan mendesaknya agar ia berusaha lebih kuat lagi yang sebenarnya ia
tidak mampu. Karena tekanan yang diberikan ayahnya secara terus menerus ia
menjadi benci terhadap ayahnya. Akibat lain karena tekanan ayahnya, ia mungkin
memandang dirinya sendiri semakin tidak cerah, yakni zebagai seseorang yang
tidak pandai. Ia mugkin hanya berasa malu karena tidak dapat memenuhi keinginan
– keinginan ayahnya dank arena sekarang ia menganggap dirinya sedemikian
bodohnya, sehingga jauh dari keadaan
sebenarnya
Konflik Keluarga
Anak
itu mungkin tidak dapat memperoleh ketenangan untuk memikirkan kehidupannya
sendiri, yang bebas dari pertengkaran – pertengkaran, agar dapat memusatkan
perhatian dengan tenang terhadap mata pelajaran aljabar yang sulit itu.
4.
Kondisi
– kondisi lingkungan sosial yang temporer
Ada
bagian – bagian dalam urutan belajar yang belum dipahami. Seperti bidang
matematik, dimana sebuah konsep diperlukan sebagai dasar konsep berikutnya.
Bila anda kehilangan konsep yang penting,boleh jadi anda tidak dapat menangkap
konsep – konsep berikutnya. Kehilangan satu satu pembendaharaan kata atau satu
kata kerja dalam pelajaran bahasa itu secara memadai.
Suatu strategi untuk memperoleh
sebab – sebab yang mungkin
Kiranya
akan berguna bila pertama – tama kita mempertimbangkan dua kategori besar
mengenai sebab – sebab
1. Yang
berhubungan dengan kondisi fisiologis seorang siswa
2. Yang
berhubungan dengan apa yang telah dipelajarinya waktu lampau,yakni lingkungan sosial yang mempengaruhinya.
Selanjutnya di dalam tiap - tiap kategori itu kita pikirkan kondisi – kondisi
yang mempengaruhi siswa yang relatif
permanen dan yang bersifat temporer. Kemudian di dalam tiap – tiap bagian itu
akan kita sarankan suatu pola pikir, yakni daftar pengecekan mental, yang akan
lebih memungkinkan kita untuk menemukan sebab dari pada bila kita memandang
dengan cara lain. Akan kita mulai dengan sebab – sebab fisiologis.
Sebab - sebab fisiologis
Langkah pertama ditujukan pada kesan
– kesan yang diperoleh dari dunia luar seorang untuk mendapatkan “images”
mengenai alat – alat inderanya. Alat
indera terpenting untuk belajar disekolah ialah penglihatan dan pendengaran.
Karena itu kita akan membatasi perrhatian kita pada kedau alat indera itu.
Apabila mekanisme mata atau telinga kurang berfungsi, maka kesan yang diperoleh
seorang anak dari dunia luar, umpanyanya dari guru, akan menyimpang atau bahkan
tidak memperolehya. Jadi, setelah guru menyajikan pelajaran terdpat siswa yang
gagal mempelajarinya, maka sebabnya mungkin dari indrra penglihatan dan
pendengarannya yang bermasalah. Ia tidak menerima dalam otaknya suatu “ image”
yang benar mengenai penglihatan – penglihatan dan suara – suara sewaktu guru
mengajar. Oleh karena itu bila waktu menilai pengetahua dan ketrampilan seorang
siswa, kita menemui penyimpangan atau ternyata hasilnya jauh berkurang dari
pada apa yang kita harapkan, maka kesalahan itu mungkin terletak pada alat –
alat inderanya.
Setelah
“ image” itu ternyata diterima dengan baik oleh mata dan telinga, langkah
berikutnya adalh pengiriman “images” tersebut ke otak, sehingga “image” itu
dapat ditafsirkan. Langkah ini disebut persepsi.
Apa yang sebenarnya terjadi dalam persepsi ini ialah bahwa siswa itu
membandingkan “images” yang diterimanya melalui indera itu dengan ingatannya
tentang “images” waktu lampau. Dengan perkataan lain ia memiliki sebuah gudang
ingatan – ingatan tentang pengalaman masa lampau yang digunakannya untuk
menentukan dalam hal apa “images” yang baru itu sama atau berbeda dengan
“images” yang sudah dimilikinya. Proses membandingkan dan penafsiran itu “
member arti” kepada pengalaman. Tetapi kadang – kadang perseepsi ini salah. Ada
gunanya kita membagi kesalahan persepsi itu menjadi dua macam, walaupun kejadian
itu jauh lebih kompleks dari pada kedua bagian yang disarankan itu.
Dua
macam bagian ini kita sebut
- Kepastian yang tidak memadai dan intelegensi yang rendah
Yang
dimaksud dengan kapasitas intelektual yang tidak memadai ialah bahwasistem
syaraf siswa, terutama otaknya tidakmemiliki kemampuan sebanyak siswa – siswa,
terutama otaknya tidak memiliki kemampuan sebanyak siswa – siiswa lain yang
sebayabuntuk menafsirkan atau mengingat “images”. Jadi, seorang anak yang
berumur 12 tahun mungkin hanya memiliki kemampuan untuk menafsirkan dengan
mengingat pengalaman – pengalaman sebanyak yang dimiliki oleh anak rata – rata yang berumur 8 tahun. Inilah yang
secara tradisional disebut intelegensi rendah atau anak itu mengalami hambatan
mental. Sebab – sebab hambatan mental yang sebenarnya belum seluruhnya dapat
dimengerti. Barangkari anak sejak lahir membawa kapasitas mental yang tidak
memadai. Dalam kasus lain, ibu yang sedang mengandung tiga bulan menderitta
sakit campak dan penyakit itu terus – menerus tiga bulan menderita sakit campak
dan penyakit itu ters menerus merusak perkembangan sistim saraf anak yang masih dalam kandungan itu. Kerusakan –
kerusakan di dalam di dalam kepala sesudah lahir atau menderita penyakit ang
mempengaruhi otak dapat juga menyebabkan hambatan mental anak yang sedang
berrkembang dan belum ada yang dapat
diperbuat untuk memperbaiki kerusakan itu yang mejadikan anak itu
normal.
Jadi,
salah satu kemungkinan bagi suatu
kesulitan belajar pada proses persepsi
atau penafsiran “images” ini
ialah hambatan mental. Anak tersebut tidak dapat secara mudah mengingat
kejadian – kejadian dan tidka pula siap sedia mengingat kembali kejadian –
kejadian itu agar dapat membandingkannya
dengan pengalaman baru. Dibandingkan dengan anak normalatau diatas rata – rata
intelegensinya, maka anak yang terhambat mentalnya membutuhkan guru dan orang
tua yang lebih rendahtuntutannya dari pada yang diharapkan dari anak – anak
seusia yang normal atau pandai, dan
mengajar secara berangsur – angsur dengan langkah – langkah sederhana dan lebih
banyak mengulang dari pada apa yang diperlukan oleh anak – anak yang normal
mentalnya.
- Kekacauan – kekacauan dalam persepsi psikomotor
Istilah
Kekacauan persepsi psikomotor dipakai untuk anak – anak yang kesulitan
belajarnya tidak disebabkan oleh intelegensi rendah atau oleh gangguan –
gangguan emosioanal karena ada konflik – konflik dalam lingkungan social
mereka. Umpamanya ada iswa – siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar
membaca, tetapi apabila diberikan keterangan secara lisan, maka mereka dapat
menafsirkan dan mengingatnya dengan sangat memadai. Dengan perkataan lain
mereka tidak mengalami hambatan mental, tetapi mereka tidak dapat membaca. Anak
– anak lain membaca sangat memadai, tidak dapat memahami dengan baik apa yang
mereka dengar. Apabila telinga mereka diperiksa, ternyata mereka dapat
menangkap suara dengan baik, tetapi mereka salah menafsirkan artinya. Mereka
mendengar informasi cukup terang, tetapi mereka kacau tentang apa artinya.
Diantara anak – anak tersebut tidak ada yang dapat digolongkan mengalami
hambatan mental. Dari hasil pemeriksaan terhadap kehidupan mereka di rumah dan
cara mereka bergaul dengan orang – orang lain ternyata bahwa mereka tidak
mengalami gangguan emosional. Demikianlah,
dengan mengabaikan hambatan mental, maslah penglihatan dan pendengaran
serta ketegangan emosional, maka kita menarik kesimpulan bahwa ada sesuatu yang
tidak beres pada syaraf otak yang berhubungan dengan persepsi. Maka kita
katakan bahwa mereka mengalami hambatan persepsi.
Pendekatan
tersebut diatas menekankan pada pengabaian kemungkinan sebab yang lain. Marilah
kita sekarang mulai memakaii cara yang positif dan mencoba untuk membatasi
gejala – gejala yang sering diperlihatkan oleh anak yang mengalami hambatan
persepsi. Tidak semua anak yang memiliki masalah persepsi psikomotor
memperlihatkan bahwa semua gejala itu, tetai sering sekali mereka
memperlihatkan lebih dari satu gejala.
Gejala
– gejala yang pada umumnya terdapat pada kasus – kasus siswa yang mengalami
hambatan persepsi, yakni:
1. Tingkah
laku yang aneh dan tidak berguna tanpa sebab yang sangat jelas sehingga berbuat
dengan cara demikian.
2. Bereaksi
lebh kasar dari pada yang biasanya diperlukan dalam situasi stimulus itu.
3. Tidak
mengorganisasi kegiatan – kegiatannya secara baik.
4. Mudah
tersinggung oleh segala macam perangsang, kemarahan itu melebihi taraf
kemarahan dalam keadaan biasa.
5. Membuat
persepsi – persepsi yang salah, sering saalah melihat atau mendengar sesuatu.
6. Terlalu
banyak bergerak (hyperactive) sering berpindah tempat, mencolek – colek orang
lain, menggerak – gerakkan badan dan banyak bicara.
7. Gerakan
– gerakannya kaku, buruk, mengetok – ngetok bangku dan sebagainya yang ada di
dalam ruangan kelas, sering terbentur waktu berjalan.
8. Menunjukan
kekacauan waktu bicara, membaca atau mendengar.
Bagi
anak yang mengalami kesukaran persepsi ada harapan untuk maju seperti teman –
teman seusianya. Tujuan akhir yang akan kita capai mengenai kemampuan mereka
untuk belajar secara memadai adalah lebih tinggi dari pada bagi anak yang
mengalami hambatan mental. Tetapi siswa yang mengalami kesukaran persepsi tidak
dapat belajar dengan memadai menggunakan metode- metode yang biasa dipakai
disekolah, yakni metode – metode yang dapat diterapkan terhadap sebagian besar
siswa. Dengan menggunakan teknik – teknik dan materi – materi belajar yang khusus ada harapan bagi kita
bahwa siswa yang mengalami hambatan persepsi itu dapat menghindari kesukarannya
dan mencapai tujuannya dengan menempuh jalan intruksional yang berbeda.
Catatan
Terhadap gangguan – gangguan kesulitan belajar ini
telah banyak dilakukan usaha untuk menyembuhkan, antara lain bidang teknologi
medis. Berkat kemajuan teknik dalam mencari penemuan – penemuan baru dalam
bidang biokimia, penelitian –penelitian medis maka penyimpangan – penyimpangan
mental itu dapat dikurangi dengan “medical curing” untuk merangsang dalam
mengurangi ketidak seimbangan fungsi – fungsi organis, sehingga dapat
menormalisasikan kekurangan “intellectual make up”nya.
PELAJARAN IV
PENGGUNAAN SKALA PENILAIAN DAN
DAFTAR CEK
Makna
Skala dan daftar cek
Dalam pengajaran dengan modul, test
tertulis merupakan alat penilaian yang paling banyak dipakai dalam rangka
menilai kemajuan belajar murid. Akan tetapi, pencapaian dari pada tujuan –
tujuan belajar tertentu, tidak dapat dinilai dengan menggunakan test sebagai
alat penilaiannya. Misalnya suatu test tidak dapat menunjukan sampai dimana
seorang murid dapat menerangkan pendapatnya secara lisan dengan jelas. Suatu
test tidak dapat menunjukan sejauh mana kesulitan seorang murid dalam
menggambar peta pulau Sumatera. Demikian pula sebuah test tertulis tidak akan
dapat menjelaskan sampai dimana kemampan murid dalam mengumpulkan bunga, dalam
rangka karya wisata dalam pelajaran biologi. Dari pada menggunakan test
tertulis, guru lebih baik melakukan pengamatan langsung dalam kegiatan itu
untuk memberikan penilaian terhadap kemajuan murid – murid utuk mencapai tujuan
– tujuan belajar yang berupa kecakapan berbicara, menggambar peta, dan
mengumpulkan bunga.
Biasanya, apabila guru telah selesai
mengamati kegiatan atau hasil kerja murid – muridnya.Mereka sangat tergantung
kepada kemampuan mereka untuk mengingat kembali hasil pengamatannya. Dikemudian
hari, mungkin guru itu ingin membicarakan kemampuan menggambar peta atau
kemampuan berbicara dengan murid – muridnya. Guru itu biasanya ingin pula
menggunakan hasil pengamatannya itu untuk memberI angka kepada murid – muridnya
pada akhir semester. Akan tetapi apabila
guru itu ingin memberikan nasihat atau memberikan angka tentang hal – hal yang
diamati dalam kegiatan belajar murid – murid tersebut, ternyata penilainnya
yang asli telah terganggu kemurniannya akibat waktu yang lama. Dengan demikian
guru akan menyadari bahwa sebaiknya ia membuat catatan tertulis mengenai hasil
pengamatannya yang asli tadi. Catatan – catatan tertulis itu akan menyegarkan
ingatannya.
Akan tetapi guru – guru jarang
sekali membuat catatan semacam itu. Hal
ini mungkin disebabkan oleh hal – hal berikut
- Untuk menulis catatan semacam itu terlalu banyak memerlukan waktu disamping tugas – tugas yang harus dikerjakannya
- Guru itu mempunyai keyakinan bahwa ia akan selalu mengingat hasil pengamatannya
- Guru mungkin tidak mempunyai gambaran yang jelas mengenai cirri – cirri tingkah laku murid atau hasil kerja murid yang sesungguhnya, yang ingin diilai sehingga dia hanya mencoba mengingat “kesan umum” mengenai kegiatan atau pekerjaan murid tersebut
Sesungguhnya
catatan tertulis itu bukan merupakan kemungkinan satu – satunya mengatasi
masalah kaburnya ingatan guru tentang hasil pengamatannya. Kemungkinan laian
ialah dengan menggunakan skala penilaian atau daftar cek, yang dapat diisi
engan cepat dan merupakan suatu catatan tertulis yang diteliti, untuk hasil
pengamatannya itu. Kemungkinan lain ialah dengan mengunakan skala penilaian
atau daftar cek, yang dapat diisi dengan cepat dan merupakan catatan tertulis
yang diteliti, untuk hasil pengamatan.
Oleh
karena itu, dalam beberaapa modul kita mendapatkan skala penilaian dan daftar
cek sebagai perlengkapan modul tersebut yang akan mengarahkan pengamatan
saudara dan sekaligus mencatat tingkah laku murid – murid (misalnya keterangan
lisan, pengumpulan bunga, dan sebagainya) dan hasil kerja mereka (misalnya
peta, dan sebagainya)
Dan
selanjutnya akan dibahas hal hal sebagai berikut:
- Tujuan – tujuan belajar yang khas yang cocok untuk dinilai dengan menggunakan skala penilaian dan daftar cek
- Berbagai cara penggunaan skala penilaian dan daftar cek
- Cara – cara untuk menghindarkan kesalahan – kesalahan yng kadang – kadang dilakukan oleh guru – guru dalam menggunakan skala penilaian dan daftar cek
Daftar
cek berisi serangkaian cirri – cirri, baik tentang tingkah laku ataupun hasil
kerja. Guru menilai hasil kerja murid dengan memberikan tanda crk(√) atau tanda
lain (X) disamping cirri yang diamati
dalam rangka tingkah laku atau hasil kerja yang sedang dinilai.
Apabila
ciri tersebut tidak ditemukan dalam rangka tingkah laku atau hasil kerja itu,
maka ciri tersebut dibiarkan kosong. Dengan perkataan lain daftar cek
menunjukan apakah suatu cirri tertentu itu ada atau tidak ada dalam rangka
suatu pekerjaan murid.
Sebuah
skala penilaian berbeda dari sebuah
daftar cek dalam hal bahwa skala
penilaian tidak hanya menunjukan apakah cirri tertentu itu ada atau tidak ada,
tetapi juga menunjukan tentang sampai dimana tingkat atau jumlah yang telah
dicapai murid yang bersangkutan berkenaan dengan cirri yang ada itu.
Dalam
hal ini skala penilaian disusun untuk mencetak hasil pengamatan mengenai sampai
dimana baiknya seorang murid turut serta dala permainan kelompok, seperti sepak
bola, bola volley, bola keranjang, kasti dan lain sebagainya.
DAFTAR CEK KEGIATAN DALAM PELAJARAN
KESENIAN
Nama Murid : Ani R Munari Tanggal 4
Oktober
Petunjuk
: Tulislah tanda X disamping
setiap ungkapan yang menjelaskan tingkah laku
murid yang diamati
- Daya Cipta


- Penggunaan alat – alat




- Penggunaan Waktu Kerja



- Mengatur kebersihan setelah pelajaran selesai




- Penyimpanan alat –alat kesenian pada akhir pelajaran



- Kegairahan dalam pelajaran


Kesenian

PARTISIPASI
DALAM PERMAINAN KELOMPOK
Petunjuk : Pada setiap
garis skala di bawah ini tulislah tanda X ditempat yang menurut pendapat
saudara
menunjukan mutu kegiatan yang diperlihatkan oleh murid yang bersangkutan

Nama Murid : Kusman Tanggal 7-4
Jumlah permainan yang
diamati : 4

- Dedikasi Apakah murid tersebut berusaha sebaik – baiknya dalam permainan ini?
Selalu
berusaha keras Berusaha
sewajarnya Tidak pernah berusaha
untuk
memenangkan tetapi kadang-
kadang dengan sungguh –
sungguh,

- Ketrampilan Sampai dimana ketrampilan murid itu dalam bermain?
Ketrampilan
yang Ketrampilannya
rata – rata Saat canggung terus- menerus
sempurna,Jarang
membuat untuk tingkat umurnya membuat kesalahan

- Pengetahuan tentang Peraturan Sampai dimana murid yang bersangkutan mengetahui peraturan permainanan?
Tidak
mengetahui hampir Mengetahui
sebagian dari Mengetahui semua peraturan
semua
peraturan peraturan
![]() |
- Menghormati Peraturan Sampai dimana seringnya murid tersebut mematuhi peraturan?
Setiap
menit melanggar 3 atau 4 kali
melanggar tidak pernah melanggar
Peraturan peraturan
selama permainan peraturan

- Kelompok atau pribadi Apakah murid tersebut menekankan kepentingan kelompok atau lebih mementingkan diri sendiri?
Selalu
mendahulukan Kadang – kadang menekankan Selalu mencari
kepentingan
kelompok kepentingan kelompok,
kadang kemenangan untuk
diatas
kepentingan sendiri kadang
mementingkan diri diri
sendiri, tidak

- Sikap terhadap pemimpin Bagaimana sikap murid tersebut terhadap keputusan wasit?
Tidak
pernah mengeluh Setengah dari
keputusan - Sering marah
dan
Tentang
keputusan wasit keputusan
diterimanya, mengeluh tentang
Meskipun
bertentangan setengahnya lagi
dibantah wasit
pendapatnya

Kadang
– kadang daftar cek dan skala penilaian dapat dikombinasikan. Misalnya, daftar
cek sering kali sangat berguna untuk menemukan masalah – masalah yang dialami
oleh murid. Dengan demikian sebuah daftar cek masalah dapat dikombinasikan
dengan skala penilaian untuk suatu ketrampilan tertentu, untuk memberikan
penilaian dalam membantu kemajuan murid yang bersangkutan dalam ketrampilan
itu. Atau sebuah daftar cek dpat dipergunakan untuk mengidentifiksikan dalam
unsure – unsure manakah dari suatu tugas, seorang murid turut serta, dan dalam
unsure manakah dia tidak turut serta.
Setelah
kita membahas makna dari pada daftar cek dan skala penialian, kita lanjutkan
dengan pembahasan mengenai jenis – jenis tujuan belajar yang khas yang dapat
dinilai dengan mempergunakan kedua alat penilaian ini.
Hasil kerja dan Tingkah laku yang
Khas
Seringkali
guru – guru yang untuk pertamakalinya mengenal daftar cek dan Skala penilaian
menyangka bahwa alat – alat penilaian inti tidak terlalu banyak gunanya. Akan
tetapi, apabila mereka memperhatikan semua bidang dalam mata – mata pelajaran
yang terdapat dalam kurikulum sekolah mereka akan segera menyadari betapa
luasnya penggunaan kedua jenis alat penilaian itu. Dalam daftar berikut ini
kami mengemukakan luasnya penggunan ini dengan mencatat ketampilan –
ketrampilan khas yang termasuk dalam berbagai bidang mata pelajaran, yang dapat
dinilai secara efektif dengan menggunakan alat penilaian itu.
Hasil Kerja Murid Tingkah Laku Murid
Pelajaran
Bahasa Indonesia
Essay,
cerita pendek,sanjak. Menulis laporan tentang Membaca
keras dari buku, berbicara
IPS dan IPA. Riwayat hidup pengarang- pengarang
didepan suatu kelompok, turut
serta
Indonesia.
Koran Pelajar, Menulis lamaran kerja, dalam
diskusi kelompok. Mendrama
Menulis
surat – surat biasa dan surat – surat berharga tisasikan
Sandiwara. Melaksanakan
Sandiwara
boneka. Laporan dan drama yang direkam
Pembagian Khas untuk Skala
Penilaian dan Daftar cek
Kegunaan
yang paling jelas dari pada alat – alat penilaian dengan skala dan daftar cek
ini ialah sebagai alat untuk melakukan penilaia akhir terhadap kemajuan murid
pada akhir suatu modul dan satuan pelajaran. Dalam pelajaran musik guru
mengajarkan teknik – teknik bernyayi yang benar kepada murid – murid, kemudian
mengajarkan beberapa nyanyian. Pada akhir pelajarn ini guru dapat mendengarkansetiap murid untuk
menyanyikan sebagian dari nyanyian itu dan berdasarkan pendengarannya itu, dia
mencatat pada skala penilaia, sampai dimana murid tersebut telah mencapai
tujuan pembelajaran yang bersangkutan.
Akan tetapi sebagai tambahan
terhadap penggunaan alat – alat penilaian dengan skala dan daftar cek tersebut
untuk penilaian terakhir ada akhir pelajaran, guru dapat pula menggunakan alat
– alat tersebut pada permulaan pelajaran, misalnya murid – murid dapat dinilai
dengan skala pada permulaan pelajaran. Misalnya, murid – murid dapat dinilai
dengan skala pada permulaan pelajaran olahraga untuk menentukan sampai dimana
kemampuannya dalam sepak bola. Berdasarkan hasil penelitian ini, guru
mengetahui murid – murid mana yang telah dapat melakukan ketrampilan sesuai
dengan tujuan pelajaran itu, dan murid – murid mana yang masih memerlukan
latihan dan praktek yang insentif.
Dengan perkataan lain, skala
penilaian dapat membantu guru untuk mengadakan diagnose kekuatan – kekuatan dan
kelemahan – kelemahan murid – murid pada permulaan suatu modul atau suatu mata
pelajaran tertentu. Kegiatan lain dari alat – alat penilaian dengan skala dan
cek ini ialah dalam memperjelas tujuan –
tujuan suatu tugas yang harus diselesikan oleh murid – murid. Alat – alat penilaian ini dapat pula
dipergunakan untu membuat laporan kemajuan kepada muird – murid pada waktu
mereka mengerjakan suatu proyek
Sebagai rangkuman dapat dikemukakan,
bahwa guru dapat mempergunakan skala penilaian dan daftar cek dalam 4 hal
penting, yaitu :
- Sebagai alat penilaian awal untuk menentukan kemampuan murid dalam hubungannya dengan tujuan pelajaran, yang dimilikinya sebelum dia mengerjakan modul dan satuan pelajaran
- Sebagai alat untuk menjelaskan suatu tugas yang diberikan keada murid untuk diselesaikan
- Sebagai alat penilaian kemajuan berkala untuk memberitahukan kepada murid mengenai sampai dimana suatu pekerjaan yang dilaksanakan dalam suatu proyek
- Sebagai alat penilaian akhir mengenai pencapaian tujuan pelajaran pada akhir pengerjaan modul atau satuan pelajaran atau suatu semester.
Selanjutnya,
murid sendiri dapat mempergunakan alat
penilaian ini untuk melakukan penilaian terhadap diri sendiri, ialah:
1. Untuk
menentukan sampai dimana ketrampilannya pada permulaan suatu unit pelajaran
2. Untuk
memperoleh pedoman tentang bagaimana dia akan menyelesaikan tugas
3. Untuk
secara berkala mengetahui sampai dimana pekerjaanya telah mencapai mutu
tertentu pada waktu – waktu tertentu
4. Untuk
membuat penilaian akhir atas dirinya sendri yang dapat dibandingkan dengan
hasil penilaian guru dan mungkin mendiskusikannya dengan guru
Kesalahan – kesalahan Umum dalam
mempergunakan skala penilaian
Dua kesalahan utama yang banyak
dilakukan guru – guru dalam mempergunakan skala penilaian adalah dalam hal
- Tidak dapat menilai setiap unsure pada lembaran penilian tersebut terlepas dari unsur – unsur yang lainnya
Guru – guru seringkali mempunyai kesan
umum tentang seorang murid tertentu. Ialah bahwa seorang guru mungkin
menganggap seorang murid biasanya baik atau mampu dan menggangap mrid lain
tidak baik atau mampu. Dalam memberikan tanda pada garis skala seringkali guru
itu terpengaruh oleh kesan umum tersebut. Akibatnya guru mungkin memberikan
penilian tinggi untuk setiap unsure kepada murid yang dianggapnya baik dan
mampu tadi, dan menilai sangat rendah untuk semua unsure bagi murid yang dianggapnya
tidak baik dan tidak mampu itu.
Kecenderungan ini tampak jelas pada alat
penilaian yang garis –garis skalanya dibuat dengan meletakkan ciri – ciri yang
paling diinginkan disebelah kiri yang paling tidak diinginkan disebelah kanan
- Mendasarkan penilaiannya atas fakta – fakta yang terlalu sedikit jumlahnya
Kadang – kadang guru memberikan tanda
tanpa mengadakan pengamatan yang cukup terhadap tingkah laku murid. Berapa
skala penilaian menyediakan tempat untuk menunjukan bahwa guru telah kekurangan
fakta baik. Akan tetapi, beberapa skala yang lainnya tidak memilikinya,
sehingga guru cenderung untuk memberikan tanda dalam skala hanya untuk membuat
lengakapnya catatan.
Akan tetapi sebenarnya akan lebih baik
apabila dia memberikan saja item – item itu kosong, atau memberikan suatu
penjelasan singkat pada skala itu yang menerangkan bahwa guru tidak cukup
mempunyai fakta untuk memberikan penilian dalam item tertentu itu. Ungkapan –
ungkapan seperti “ terlalu sedikit keterangan” atau” saya belum mengamati hal ini”, akan cukup
untuk menjelaskan catatn yang dimaksud.
Ternyata bahwa memberikan tanda pada
suatu item tanpa fakta yang cukup banyak akan merusak gambaran yang sebenarnya
tentang kemampuan murid yang bersangkutan. Karena tanda inilah beberapa guru tidak
memberikan tanda pada skala seperti Daftar Cek Kesenian atau Skala Penilaian
untuk partisipasi dalam kelompok, karena hanya mengadakan pengamatan satu kali
saja. Sebaliknya, mereka memperhatikan murid untuk beberapa hari dalam
pelajaran kesenian atau pelajaran olahraga sebelum guru tersebut untuk
memberikan penilaiannya terhadap kemampuan murid yang diamatinya.
Dalam hal ini, evaluasi tersebut
memberikan gambaran tentang tingkah laku yang biasa atau yang khas atau
merupakan kebiasaan dari pada murid yang bersangkutan, dalam beberapa
kesempatan dalam hal ini meruapakan penilian yang lebih dapat dipercaya
terhadap keberhasilan belajar murid tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Koestoer Partowisastro dan A.
Hadisuparto. (1998) Diagnosis dan Pemecahan Kesulitan Belajar: Jilid 1. Jakarta
: Erlangga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar