BELAJAR ILMU EKONOMI AKUNTASI

Rabu, 25 Mei 2016

Diagnosa dan Pemecahan Kesulitan Belajar


CRITICAL BOOK REVIEW
DIAGNOSA DAN  PEMECAHAN KESULITAN BELAJAR
Drs.H. KOESTOER PARTOWISASTRO – Drs.A.HADISUPARTO




Di Susun


O L E H :



NAZLAH HANIM NASUTION
7133341034
B EKSTENSI PENDIDIKAN EKONOMI



 








JURUSAN PENDIDIKAN EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
T.A. 2013/2014

PELAJARAN I
KERANGKA KERJA DIAGNOSA DAN PEMECAHAN
KESULITAN BELAJAR
            Salah satu diantara tugas yang paling sulit bagi seorang guru dan penyuluh Pendidikan ialah  tugas untuk mengadakan diagnosa dan membantu memecahkan kesulitan – kesulitan (treatment) belajar yang dihadapi para siswa. Banyak hal  yang menyebabkan kesulitan tugas ini: 
  1. Karena penyebab kesulitan belajar yang dihadapi  para siswa itu sangat beraneka ragam.
  2. Karena penyebab kesulitan belajar itu sangat kompleks, sehingga penyebab tersebut tidak  dapat dipahami secara sempurna, meskipun oleh seorang  ahli berpengalaman sekalipun.
  3. Karena suatu usaha pemecahan kesulitan belajar, mungkin dapat dialakukan dengan baik dan berhasil untuk membantu seorang siswa, akan tetapi belum tentu dapat dilakukan dengan berhasil pula apabila usaha yang sama itu diterapkan untuk membantu seorang siswa yang lain. Dengan demikian  kita tidak dapat mengetahui dengan pasti apakah suatu cara pemecahan kesulitan itu dapat  dipergunakan untuk menolong memecahkan kesulitan setiap siswa.
Kita menyadari bahwa banyak guru dan penyuluh bahkan  mungkin sebagian terbesar dari mereka belum efisien dalam mempergunakan  pendekatan untuk melakukan tugas diagnosa dan pemecahan kesulitan belajar ini. Akibatnya ialah bahwa banyak kesulitan belajar yang dihadapi para siswa itu tetap tidak terpecahkan. Atau paling untung, kesulitan – kesulitan itu dapat dipecahkan, tetapi memakan waktu yang sangat lama dan disertai kesalahan – kesalahan yang menjengkelkan di sana – sini.
Dan paling celaka ialah, apabila suatu cara pemecahan yang salah dipergunakan untuk menolong siswa dalam pemecahan kesulitan yang lebih besar dari yang telah dideritanyya semula.
Tujuan Pelajaran – pelajaran yang disajikan ini ialah:
Untuk memperkenalkan suatu sisem diagnosa dan pemecahan kesulitan belajar yang dihadapi para siswa.
Sebuah Contoh Pemecahan Tidak Efisien
Telah dikemukakan bahwa guru dan penyuluh dapat melakukan kesalahan dalam diagnosa kesulitan belajar yang dihadapi siswa. Tetapi belum dijelaskan secara khusus tentang jenis – jenis kesalahan tersebut. Untuk menjelaskan hal ini kami dapat memberikan daftar tipe pemecahan kesulitan yang kurang efisien yang sering dilakukan oleh guru dan penyuluh, dan diberikan contoh pula untuk setiap tipe pembicaraan sekarang ini mungkin akan membosankan dan mengacaukan saja. Oleh karena itu dalam pembahasan selanjutnya hanya akan dikemukakan sbuah contoh ilustrasi umum mengenai apa yang dimaksudkan dengan teknik diagnosa yang kurang efisien. Kemudian, penjelasannya secara khusus dan mendalam akan ditangguhkan sampai pelajaran selanjutnya, dan juga akan dijelaskan cara – cara untuk menghindari kesalahan – kesalahan yang tidak perlu itu.
Akan tetapi, sebelum diberikan contoh yang dimaksud terlebih dahulu akan dijelaskan susunan seluruh pelajaran yang akan disajikan, dengan maksud supaya anda tergugah untuk turut serta secara aktif dalam mempelajari hal – hal yang akan disajikan nanti. Dalam hal ini, ditulis juga pelajaran – pelajaran dalam bentuk yang memberikan kesempatan secara berkala kepada anda untuk membuat keputusan tentang beberapa pertanyaan atau maslah yang diajukan. Diharapkan bahwa kesempatan tersebut dapat menimbulkan minat bagi anda, dan pelajaran itu sendiri akan lebih berguna bagi anda sendiri. Sebagai tambahan terhadap  pengajuan pertanyaan dan masalah tersebut, yang dianggap sebagai pemecahan atau jawaban yang baik untuk pertanyaan  atau masalah tersebut.
Lain dari pada itu akan diterangkan juga, mengapa pemacahan tersebut lebih baik  dibandingkan dengan pemecahan – pemecahan lain yang dapat dipilih..
Secara singkat dapat dikatakan bahwa pelajaran – pelajaran yang disajikan ini akan memberikan banyak kesempatan bagi anda untuk :
1.      Mencobakan keputusan – keputusan anda sendiri tentang diagnosa dan pemecahan masalah kesulitan belajar, dan
2.      Menilai sampai dimana mutu penguasaan anda tentang pelajaran yang  disajikan
Sekarang marilah kita kembali kepada contoh pendekatan yang tidak efesien  dalam tugas diagnosa kesulitan belajar itu. Misalnya seorang guru kelas enam telah meminta kepada seorang penyuluh pendidikan di sekolah itu, untuk menentukan dan menjelaskan  mengapa dua orang murid dikelasnya, Ahmad dan Karna tidak dapat membaca lebih baik dari rata – rata murid kelas tiga. Dengan hanya keterangan yang diberikan oleh guru kelas tadi, penyuluh tersebu langsung memulai tugas dignosanya. Dalam keadaan seperti ini, diberikan kesempatan yang sama kepada anda, ialah bahwa anda diminta untuk menentukan bagaimana cara memulai tugas ini  apabila anda sendiri menjadi penyuluh tersebut. Dengan perkataan lain, hal ini merupakan pembuatan keputusan pertama yang memberikan kesempatan kepada anda untuk turut serta aktif dalam pembelajaran ini.
Dibawah ini kita akan mendapatkan empat macam kemungkinan tindakan yang dapat dilakukan oleh penyuluh
1.       Kedua murid itu diberi test dengan “Revan Matrices Test” untuk memperoleh keterangan apakah mereka memiliki intelegensi yang rendah
2.      Meneliti hasil belajar kedua murid tersebut dalam bidang pengajaran lain disamping pelajaran membaca utuk mempelajari sampai dimana keberhasilan mereka dalam  bidang pegajaran tersebut
3.      Memberikan saran kepada guru tadi untuk menyajikan buku  yang lebih mudah dibaca oleh kedua orang tua tersebut ialah buku – buku yang dipergunakan di kelas tiga daripada menyuruh mereka untuk terus mencoba membaca buku untuk kelas enam.
4.      Membuat daftar yang praktis tentang kata – kata yang biasa dipergunakan dalam buku pelajaran membaca dikelas empat dan lima, dan meminta ornag tua kedua murid tersebut menyuruh anaknya untuk menghafalkan kata – kata dalam daftar tersebut dirumah, sehigga mereka dapat membacanya dengan mudah disekolah.
Kita akan memulainya dengan menelaah hasil yang diperoleh kedua murid itu dalam bidang - bidang pengajaran lain disamping pelajaran membaca, untuk mengetahui keberhasilan mereka dalam masing – masing pengajaran itu. Mengapa kita memilih kemungkinan kedua, dan tidak memilih yang lain? Hal ini dapat dijelaskan, bahwa dengan mengadakan penelaahan kepada bidang – bidang pengajaran yang lain itu, kita akan memperoleh gambaran yang lebih jelas tentang kedua murid tersebut, dengan mengetahui keberadaan mereka dalam berbagai bidang pengajaran itu.
Misalnya:
1.      Kita memperhatikan nilai kedua murid tersebut dalam test yang telah mereka tempuh dalam pelajaran Matematika, IPA, IPS dan Pendidikan Kesehatan
2.      Kita juga berbicara dengan guru mereka untuk memperoleh kesan guru tersebut tentang sejauh manakah kemampuan mereka dalam diskusi mengenai IPS, IPS, dan Matematika, demikian juga tentang kemampuan mereka untuk berbicara dalam Bahasa Indonesia dan dalam Bahasa Daerah.
3.      Kita menanyakan pula kepada guru tersebut sejauh manakah Ahmad dan Karna melaksanakan kegiatan – kegiatan dalam pelajaran kesenian, musik, dan olah raga
4.      Bagaimana mereka itu bergaul dengan teman – teman sekelasnya serta kebiasaan mereka dalam belajar pada umumnya.
Dengan demikian  kita mempergunakan nilai – nilai test hasil belajar yang telah ditempuh murid tersebut, sampai dari hasil pekerjaanya (seperti karangan,hasil seni) dan wawancara dengan gurunya, untuk meneliti dan menilai kekuatan – kekuatan dan kelemahan – kelemahan kedua murid tersebut dalam bidang – bidang pengajaran disamping pelajaran membaca.
Kita menamakan proses penelahaan semacam ini sebagai penilaian status. Kita menilai status kedua murid itu, tidak hanya dalam pelajaran membaca, akan tetapi dalam setiap bidang pengajaran yang lainnya. Hal ini memberikan gambaran menyeluruh tentang kesulitan mereka dalam belajar.
Kita telah melakukan proses penelahaan tersebut dan kita mencatat hasil penelahaan mengenai Ahmad dan Karma,  sebagai ilustrasi, dirangkumkan hasil penelahaan tersebut dalam daftar dibawah ini. Dalam lajur sebelah kiri dari daftar tersebut dicantumkan:
1.      Tujuan umum dari mata – mata pelajaran yang diberikan
Tujuan – tujuan itu merupakan hal – hal  yang diharapkan dapat dipelajari Ahmad dan Karna sebagai murid kelas enam
2.      Dalam lajur kedua
Mencantumkan metode – metode penilaian yang dipergunakan untuk mengumpulkan keterangan tentang keberhasilan kedua murid tersebut dalam setiap pelajaran.
Kemudian dalam lajur ketiga dan keempat:
3.      Mencatat hasil penilaian tentang keadaan kedua murid tersebut, ialah pertanyaan apakah kedua murid itu:
a.        Berhasil lebih baik daripada apa yang diharapkan
b.      Tepat mencapai dengan  memadai tujuan yang diharapkan, atau
c.       Gagal mencapai tujuan – tujuan itu dengan kata lain menempati kedudukan dibawah hasil yang seharusnyya mereka capai
TUJUAN                                METODE                               STATUS                     STATUS
BELAJAR                              PENILAIAN                          AHMAD                     KARNA
1.    Membaca bahan                 Mendengarkan murid              Baik untuk tingkat      Baik untuk
Bacaan Bahasa Indo          membaca dan menjawab         dibawah taraf yang     tingkat di
Nesia sebaik keba-              pertanyaan tentang isi             diharapkan (kira-         bawah taraf
Nyakan dari murid                         bacaan                                     kira kelas 3).                Yang diharap
Murid lain dikelas                                                                                                  kan(kira- kira
enam                                                                                                                       kelas 3)
      
2.    Menulis karangan dalam    Menganalisa karangan             Dibawah taraf yang    Pada taraf yg
Bahasa Indonesia sebaik    tertulis                                     diharapkan dalam        diharapkan
Kebanyakan dari murid –                                                   menyusun gagasan      dalam menyu
Murid kelas enam                                                               dalam tata bahasa,       sun gagasan,
                                                                                           Dalam ejaan,tanda      dalam tata bah
                                                                                           baca. Pada taraf          asa,tanda baca
yang    diharapkan     sedikit dibawah
dalam tulisan tangan.  taraf yang
diharapkan dalam ejaan. Jauh dibawah taraf yang diharapkan dalam tulisan tangan.
           
3.    Berbicara dalam                 Wawancara dengan                 Dibawah taraf yang    Diatas taraf
Bahasa Indonesia               guru tentang kemampuan        diharapkan dalam        yang diharap
Selancar kebayakan            murid bercakap dalam             menyusun gagasan,     kan dalam
Murid dikelas enam            diskusi kelas, dalam                dalam tata bahasa,       menyusun ga
                                           Percakapan resmi didepan      dalam ucapan.             Gasan. Pada
                                           Kelas, dan dalam                    tidak memiliki             taraf yang di
                                           Percakapan biasa                     gagasan yang jelas       harapkan dlm
                                                                                           tentang apa yang         tata Bahasa,
                                                                                           ingin dinyatakan         ucapan.
Mudah berbicara dan
mendetail dalam membi
bercarakan berbagai pokok

4.    Berhasil sebaik                   Memeriksa pekerjaan              Jauh dibawah              Dibawah yang
Kebanyakan murid             rumah dan pekerjaan               yang diharapkan          diharapkan     
Kelas enam dalam              ulangan dalam                         dalam pemecahan        apabila soal
a.       Memecahkan soal         matematika                              soal. Sedikit                yang dipecah
b.      Matematika                                                                  dibawah yang di         kan menyangk
c.       Perhitungan matematika                                               harapkan dalam           ut kemampuan
perhitungan                 membaca.apa
bila masalah
disampaikan
secara lisan

5.    Menjelaskan faktor             Memeriksa hasil                      Agak dibawah             Pada taraf
Dan pengertian dalam        penyelesaian tugas                  taraf yang diharap       yang diharap
IPASebaik kebanyakan      tertulis dan test hasil               kan dalam mengingat kan dalam
Murid kelas enam               belajar. Wawancara                 fakta- fakta. Jauh di    pengetahuan
                                           guru tentang parti                    bawah taraf yang di    tentang fakta
                                           sipasi murid dalam                  harapkan dalam           dan pengguna
                                           diskusi tentang IPA                menjelaskan pengertian an pengerti
                                           dan dalam Proyek                   dalam menerapkannya an
                                           Kegiatan IPA                          dalam kehidupan
                                                                                           Sehari – hari

6.    Menjelaskan fakta              Jenis penilaian yang                Kira- kira sama            Pada taraf
dan pengertian dalam         sama dengan penilaian            dengan statusnya        yang diharap
IPS, menerapkannya          untuk IPA                               untuk IPA sedikit       kan dalam ma
untuk menafsirkan                                                              dibawah taraf yang     salah fakta
situasi kehidupan                                                                diharapkan dalam        dan pengertian
sebaik kebanyakan                                                             fakta, jauh dibawah    yang didiskusi
murid kelas enam                                                               yang diharapkan          kan dikelas.Di
                                                                                           dalam pemahaman      bawah taraf
                                                                                           pengertian                   yang diharap
                                                                                                                                    dalam fakta
                                                                                                                                    dan pengertian
                                                                                                            apabila
                                                                                                            menyangkut
                                                                                                            kemampuan
                                                                                                            membaca                                                                                                        
7.    Mengikuti praktek              Memperhatikan hasil               Pada taraf yang           Pada taraf
Untuk melaksanakan          test hasil belajar. Wawan        diharapkan dalam        yang diharap
hidup sehat sebaik              cara dengan guru untuk          kegiatan memelihara   kan pengetahu
kebanyakan murid              mengetahui pendapatnya        hidup sehat                  an tentang hid
kelas enam                          tentang kegiatan memeli                                             up sehat dalam
hara hidup sehat di Sekolah                                        kehidupan     sehari – hari

8.    Mempelihatkan tingkah      Wawancara dengan Guru       Pada umumnya           Agak dibawah
Laku sosial yang                                                                 terdapat pada              taraf yang di
 Konstruktif dalam                                                             taraf yang diharap       harapkan.
Kelas. Kerjasama dengan                                                   kan. Mengerjakan        kadang -
Orang lain secara baik                                                        hal  yang diperintah    kadang meng
                                                                                           Kan oleh guru,                        gangggu
                                                                                           Bersahabat dengan      teman. Tidak
                                                                                           teman sekelas              selalu adil
                                                                                                                               dalam melaku
                                                                                                                               kan tugas
                                                                                                                               kelompok

9.     Menyelesaikan proyek-     Wawancara dengan                Pada taraf yang           pada taraf
proyek kegiatan seni dan    guru. Memperhatikan              diharapkan                  yang diharap
pekerjaan tangan                hasil kerja murid                                                          kan.Dia sangat
ketrampilan kebanyakan     dalam seni                                                                   terampil dan
murid kelas enam                                                                                                   kreatif, tetapi
                                                                                                                               tidak selalu
                                                                                                                               menyelesaikan
                                                                                                                               proyeknya


10.    Bernyanyi sebaik              Wawancara dengan                 Diatas taraf                 Pada taraf
       kebanyakan murid            Guru                                        yang diharapkan          yang diharap
       kelas enam                                                                                                            kan

11.    Bermain olahraga             Wawancara dengan                 Pada taraf yang           Dibawah taraf
sebaik kebanyakan             guru. Mengamati                     diharapkan                  yang diharap
murid kelas enam               kegiatan olahraga                                                        kan bermain
                                                                                    agak jelek
                                                                                    dan tidak
                                                                        selalu mengikuti aturan

Kita melihat bahwa kedua murid tersebut memiliki tingkat kesulitan yang sama dalam membaca, dan mereka menghadapi masalah yang berbeda dalam hal ini. Misalnya, karena memperoleh hasil yang baik sekali dalam beberapa kegiatan kelas yang menuntut kemampuan intelektual dan akademis yang tinggi, menyusun bahan pembicaraan dalam susunan logis, memecahkan masalah matematik yang diberikan secara lisan, mempergunakan konsep – konsep IPA dan IPS. Sebaliknya Ahmad memiliki kekurangan – kekurangan dalam bidang – bidang ini. Lebih khusus lagi, dia lebih baik dalam menghafalkan fakta dan mengerjakan perhitungan matematis dibandingkan dengan kemampuannya dalam menangani masalah yang berhubungan dengan penggunaaan “proses mental yang lebih tinggi” seperti menerapkan konsep dan kaidah – kaidah dalam memecahkan masalah dalam kehidupan sehari – hari.

HIPOTESA
            Kemudian, gagasan apa yang timbul mengenai sebab – sebab yang mendasari kesulitan kedua murid tersebut dalam membaca, setelah kita memperhatikan pola kekuatan  dan kelemahan mereka?
  1. Mungkin dia menderita kesulitan dalam hal pengamatan visual. Hal ini berarti bahwa padanya tidak terdapat gangguan atau kelemahan mental, tetapi terdapat kesalahan khusus dalam hal siklus sistim/ saraf visual, sehingga dia memiliki kesulitan dalam menafsirkan bahan bacaan. Tetapi  dia dapat menafsirkan dengan baik sekali bahan – bahan yang didengarnya, sehingga dia dapat mengerjakan kegiatan dengan baik dalam diskusi kelas, dalam menyusun bahan percakapan, dan bahkan dalam menyusun bahan karangannya secara tertulis. Anak – anak yang menderita kesulitan dalam pengamatan visual semacam ini seringkali memperlihatkan kesalahan – kesalahan dalam kegiatan jasmani.
  2.  Bahwa karena tidak dapat melihat dengan teliti. Dengan perkataan lain, dia mungkin berpenglihatan jauh sehingga bahan bacaan yang terdapat dalam buku bacaanya tampak samar – samar dan kabur, sedangkan tulisan di papan tulis didepan kelas dapat dilihatnya dengan jelas. Kemungkinan penyebab ini merupakan gangguan penglihatan, atau gangguan dalam mata, dan tidak sama dengan kesulitan yang dijelaskan terdahulu ialah dalam hal gangguan pengamatan visual.
  3. Kemungkinan lain ialah bahwa ia tidak mendapat pelajaran yang efisien dikelas – kelasnya sebelumnya
  4. Atau mungkin dia mempunyai sikap yang negative terhadap pelajaran membaca, karena frustasi yang dhadapinya pada waktu dia mulai belajar membaca dikelas permulaan, sehingga sekarang dia menerima dirinya sebagai seorang “tidak sanggup membaca”
Jadi, dalam memperkirakan sebab yang paling mungkin mendasari ketidakmampuan membacanya, kita dapat menduga bahwa:
  1. Dia mungkin menderita keterbelakangan mental secara umum. Oleh karena itu kiranya akan berfaedah apabila kita member  test intelegensi kepada Ahmad, untuk memeriksa ketepatan perkiraan kita mengenai kemampuan dasarnya.
  2. Mungkin dia menderita gangguan mata. Mungkin pula dia memiliki ketidakmampuan dalam hal pengamatan, baik visual, pendengaran, atau kedua – duanya
Akan tetapi melihat kenyataan bahwa dia itu memiliki kelincahan jasmani, selincah teman – teman sekelasnya, membuktikan bahwa dia tidak menderita gangguan yang gawat, baik dalam hal mata ataupun dalam pengamatan visualnya.
  1. Mungkin pula terdapat faktor – faktor lain tentang latar belakang persekolahan atau latar belakang keluarga  yang turut menyebabkan kesulitan Ahmad dalam membaca pengajaran yang tidak memadai pada waktu yang lalu, keluarga yang tidak menghargai kegiatan akademis dan lebih suka apabila Ahmad memutuskan sekolahnya untuk bekerja bersama orang tuanya diladang, atau hal – hal lainnya.

LANGKAH DALAM DIAGNOSA DAN PEMECAHAN MASALAH
TAHAP 1       : PENELAHAAN STATUS (STATUS ASSESSMENT)

            Tahap ini merupakan tahap identifikasi hakekat dan luasnya dari pada kesulitan belajar yang dihadapi oleh murid. Pertanyaan pokok yang dapat dikemukakan dalam tahap ini ialah:”Kalau ada, perbedaan apakah yang terdapat antara:
  1. Hal yang diharapkan untuk dicapai oleh murid sehubungan dengan tujuan pendidikan sekolah
  2. Yang benar – benar telah dicapainya?
Secara umum, dapat dikatakan bahwa makin banyak bidang – bidang dimana murid yang bersangkutan memperlihatkan kekurangan (perbedaan antara apa yang diharapkan dengan apa yang dicapainya secara nyata), dan makin besar kekurangan itu, makin beratlah kesulitan belajar yang diderita murid tersebut.
Langkah 1.1    apakah tujuan khusus yang diharapkan  untuk dicapai oleh murid yang bersangkutan pada saat kesulitan itu tampak?
Langkah 1.2 Teknik – teknik penilaian manakah yang dapat dipergunakan untuk menentukan sejauh mana murid yang bersangkutan telah mencapai tujuan tersebut?
Langkah 1.3    Setelah teknik – teknik penilaian itu dipergunakan pola perbedaan apakah yang terdapat antara yang diharapkan dengan perbuatan yang nyata yang dimilki murid yang bersangkutan?

TAHAP 2       : PERKIRAAN SEBAB (CAUSE ESTIMATION)
            Tahap ini merupakan tahap perkiraan alasan atau sebab yang mendasari pola hasil belajar  yang diperlihatkan oleh murid yang bersangkutan seperti terungkap dalam TAHAP 1. Pertanyaan pokok dalam hal ini ialah:

Mengapa murid tersebut memperlihatkan pola kekuatan dan kelemahan yang khusus seperti itu?
Pada tahap inilah teori psikolog menjadi penting artinya. Kita ingin mengetahui faktor – faktor lingkungan dan faktor – faktor pribadi manakah yang telah menyebabkan kesulitan murid tersebut dalam belajar.
Langkah 2.1    Alasan – alasan yang tepat manakah yang menyebabkan murid tersebut mengalami kekurangan seperti diukiskan pada Tahap  1?
Langkah 2.2    Bagaimana kita dapat menilai dan menentukan alasan mana dari alasan – alasan yang diuraikan pada langkah 2.1 itu yang paling tepat atau yang paling kuat?
Langkah 2.3    Setelah menerapkan teknik – teknik penilaian tercantumkan pada langkah  2.2, kesimpulan apakah yang kita peroleh tentang sebab yang paling tepat itu?

TAHAP 3       : PEMECAHAN KESULITAN DAN PENILAIANNYA (TREATMENT   
  AND TREATMENT EVALUATION

Tahap ini merupakan tahap untuk berusaha menghilangkan sebab dari pada kesulitan yang dihadapi murid. Atau apabila sebab itu tidak dapat disembuhkan, hal ini menjadi tahap untuk memberikan bantuan kepada murid tersebut dalam belajar yang sesuai dengan sebabnya. Pertanyaan pokok dalam hal ini ialah: “Bagaimana kita dapat menolong murid sebaik – baiknya dalam mengatasi atau mengkompensasikan kesulitan – kesulitannya dalam belajar?
Langkah 3.1    Teknik – teknik manakah yang harus dipergunakan untuk membantu memecahkan kesulitan murid atau untuk merubah lingkungannya?
Langkah 3.2  Teknik penilaian manakah yang dapat kita gunakan untuk menentukan
sampai sejauh mana keberhasilan pemecahan kesulitan itu?
Langkah  3.3   Apa yang dihasilkan dari penilaian kita terhadap cara pemecahan kesulitan yang telah dilakukan itu? Haruskah kita melanjutkan cara  pemecahan tersebut, atau haruskah kita merubahnya dengan cara lain?





PELAJARAN II
MENELAAH STATUS SISWA

            Kalau kita ingat kembali dalam pelajaran I, kita akan menemukan 3 tahap, dengan para konselor dan guru dapat membuat diagnosa dan memecahkan masalah – masalah belajar siswa.
Terdapat 3 pertanyaan dasar dalam tahap 1 ini, yang harus dicarikan jawaban – jawabannya.
1.      Apakah  tujuan khusus yang diharapkan dapat dicapai oleh siswa pada saat ini? Ini berarti tidak hanya tujuan – tujuan formil dari kelas  yang ada, juga tujuan – tujuan informal yang ada dalam pikiran guru.
2.      Teknik – teknik evaluasi apa saja yang dapat digunakan untuk menentukan sejauh mana siswa telah mencapai tujuan – tujuan itu
3.      Setelah teknik – teknik evaluasi itu diterapkan terhadap siswa, pola perbedaan – perbedaan apa yang terdapat antara harapan dan hasil nyata yang telah dicapai oleh siswa
Untuk dapat member jawaban dari tiap – tiap pertanyaan itu secara tepat, diperlukan langkah – langkah tertentu:
Kita mulai dengan menelaah tiap pertanyaan:
  1. Tugas untuk mengidentifikasikan tujuan – tujuan:
a.       Aspek – aspek dari program sekolah manakah yang termasuk dalam tujuan – tujuan itu?
b.      Sejauh manakah taraf yang dicapai dari tiap – tiap aspek yang dapat diharapkan oleh siswa?
1.1   Aspek – aspek dari program sekolah:
Sebagian besar aspek – aspek dari program sekolah yang merupakan tujuan – tujuan itu dalam mata pelajaran, misalnya agama, matematika,, bahasa Indonesia, IPS.IPA, olahraga.
Yang berhubungan dengan perilaku sosial misalnya, siswa tidak diharapkan mengganggu guru atau teman sekelasnya. Juga tidak diharapkan dari siswa untuk menggunakan kata – kata kotor dan yang dapat menyinggung perasaan dari teman – temannya.
Jadi kita menyusun pembatasan kesukaran belajar atau masalah belajar itu dalam arti kata yang luas.
Defenisi I        : Suatu masalah belajar itu ada kalau seorang siswa itu jelas tidak memenuhi    harapan – harapan yang diisyaratkan kepadanya oleh sekolah, baik harapan – harapan yang tercantum sebagai tujuan tujuan formil dari kurikulum meupun harapan – harapan yang ada di dalam pandangan atau anggapan dari para guru dan kepala sekolah.
1.2  Taraf pencapaian yang diharapkan (The expected level of performance)
Setelah mengenal jenis – jenis tujuan yang dapat dimasukan dalam diagnose kita dari status siswa, maka kita telaah mana yang dapat diharapkan untuk dicapai oleh siswa. Dalam menilai apakah siswa itu mencapai perilaku yang memuaskan,standart perbandingan yang paling lazim digunakan ialah perilaku rata -  rata dari siswa yang sebaya atau yang seusia siswa tersebut.
Defenisi II       : Suatu masalah belajar itu timbul kalau seorang siswa itu jelas berada dibawah taraf perilaku dari sebagian besar teman – teman seusianya atau sekelasnya, baik matapelajaran formil dari kurikulum mapun dalam kebiasaan belajar dan perilaku social yang dianggap penting oleh guru.
Defenisi III     : Tidak hanya anak – anak yang hasil belajarnya jelas berada di bawah teman seusia – kelasnya dianggap mempunyai kesukaran belajar, tetapi juga anak – anak yang dianggap mempunyai kemampuan yang tinggi (misalnya intelligensinya tinggi) sering dianggap juga sudah mempunyai kesukaran belajar kalau mereka hanya mencapai sama dengan rata – rata kelasnya dan tidak dapat mencapai taraf kemampuannya sendiri yang telah didugakan kepadanya
                        Dari penelaah yang telah dilakukan dapat disimpulakan bahwa kesukaran belajar itu perdefenisi: perbedaan antara perilaku yang diharapkan dengan perilaku yang telah dicapai secara nyata. Juga harus dicatat, bahwa anak diharapkan  oleh sekolah supaya ia berhasil tidak hanya dalam berbagai jenis mata pelajarannya yang formil, tetapi juga dalam hal kebiasaan belajarnya dan perilaku sosialnya.
Sebagai rangkuman dapat dikatakan bahwa apabila seorang guru tidak dapat atau tidak mau menyatakan tujuan – tujuan belajar yang diharapkannya, maka ada kemungkinan dengan jalan observasi langkah – langkah mengajarnya untuk mengabstraksikan tingkah lakunya, macam – macam tujuannya, yang sebagian besar mungkin tidak disadarinya, yang diharapkannya agar para siswa mencapainya.
Oleh karena itu kita menarik kesimpulan bahwa bilamana kita akan membuat daftar hasil belajar yang dicapai oleh para siswa sebagaimana diharapkan oleh sekolah itu atau oleh guru kelas, maka kita dapat mencari tujuan – tujuan tersebut di dalam sumber – sumber berikut ini:
1.      Menanyakan kepada guru itu tujuan  tujuan setiap bidang kurikulum dan kebiasaan – kebiasaan belajar serta tingkah laku sosialnya
2.      Memberikan buku – buku pegangan yang dipakai sebagai inti pelajaran dan membaca tujuan – tujuan yang tercantum di dalam buku – buku itu atau jika tujuan – tujuan tidak dinyatakan secara langsung, maka kita dapat menduga bahwa tujuan itu bagi para siswa ialah menghapal bahan yang tercantum dalam buku – buku pegangan itu.
3.      Memeriksa jalannya pelajaran yang ditempuh oleh guru itu
4.      Memeriksa rencana pelajaran yang ditulis oleh guru itu
5.      Mengobservasi waktu guru mengajar untuk mengabstraksikan dari tingkahlakunya tujuan – tujuan apa yang hendaknya dicapai oleh para siswa. Untuk beberapa kelas hanyalah perlu menggunakan salah satu diantara sumber – sumber tersebut untuk mendapatkan sebuah gambaran yang jelas tentang apa yang diharapkan oleh guru. Bagi kelas –kelas lain dan guru – guru lain perlu menggunakan lebih dari satu sumber untuk memperoleh daftar tujuan – tujuan yang kita cari.
  1. Bagaimana tujuan – tujuan dapat dinyatakan dengan baik?
Setelah kita mempertimbangkan dimana mendapatkan tujuan- tujuan dari hasil – hasil belajar yang diharapkan, marilah sekarang kita mempertimbangkan dalam bentuk bagaimana tujuan – tujuan itu dapat ditulis sehingga merupakan petunjuk – petunjuk yang baik bagi tugas kita dalam mendiagnosa kesulitan – kesulitan belajar para siswa.
Ada empat cara yang biasanya dipakai oleh guru dalam mengatakan tujuan – tujuan, yakni empat macam fokus yang berbeda. Fokus pernyataan – pernyataan terletak pada :
1.      Tingkah laku yang dilakukan oleh  guru
2.      Topik belajar
3.      Pernyataan yang harus dijawab
4.      Tigkah laku yang pada akhirnya dimiliki oleh siswa
  1. Langkah – langkah manakah yang effisien untuk penelaahan status?
            Apabila anda merumuskan tujuan – tujuan untuk dipakai menelaah pola kesulitan belajar seorang  siswa, maka anda akan menghadapi masalah penentuan tentang kekhususan yang harus dimiliki tiap – tiap tujuan. Barangkali kita dapat menerangkan masalah pengkhususan tersebut dengan ilustrasi berikut:
            Umpamakan saja kita akan merumuskan tujuan – tujuan yang hendaknya dicapai oleh siswa SMA dalam pelajaran bahasa inggris. Kita sekarang harus menentukan apakah menyatakan tujuan – tujuan hanya sebagai satu tujuan menyeluruh yang menjadi sasaran seluruh kelas itu ataukah dalam banyak tujuan – tujuan kecil yang merupakan tujuan – tujuan setiap kali mengajar.
Jadi, tujuan umum yang menyeluruh itu tidak cukup spesifik sebagai pedoman dalam menelaah pola kekuatan dan kelemahan siswa itu dalam pelajaran bahasa inggris. Akibatnya, kita tidak dapat memperkirakan sebab – sebab kesulitannya ataupun menyarankan suatu metode yang baik untuk memecahkan masalahnya. Oleh karena itu tujuan tujuan itu perlu lebih spesifik.
Cara – cara Pencatatan hasil penelaahan
1.      Test hasil belajar yang ter standart
Mempunyai ciri – ciri:
·         Test yang dicetak, dan disebarkan oleh instansi pemerintah atau badan swasta, untuk digunakan secara nasional
·         Mengukur sejauh mana siswa pada kelas tertentu dan sekolah tertentu telah belajar dalam matapelajaran tertentu.
·         Telah diberikan kepada beribu – ribu siswa, sukses dari siswa – siswa pada test itu telah dianalisis untuk berbagai tujuan:
Ø  Untuk menentukan test item yang mana yang lemah dan membingungkan, agar supaya dapat diganti dengan test item yang lebih  tepat
Ø  Untuk mendapatkan skor rata – rata dan penyebarannya, untuk siswa – siswa pada usia yang berbeda dan pada kelas yang berbeda
Ø  Untuk mempublisir statistic ini sebagai norma
Norma : statistik digunakan oleh guru atau konselor sebagai stanndart perbandingan dengan skor yang dicapai oleh siswa – siswanya sendiri.
            Di Indonesia tidak banyak test yang memenuhi semua kriteria itu, namun ada beberapa test yang tersedia dan yang dapat digunakan untuk mengukur sejauh mana siswa itu mencapai hasil belajar yang diharapkan dalam membaca Bahasa Indonesia, dan dalam Matematika. Akan tetapi, sedikit sekali ada test ter standart yang cocok untuk mengukur hasil belajar dalam bidang IPA dan IPS. Ini disebabkan karena Matematik dan membaca itu sudah lebih uniform diseluruh Negara daripada ajaran – ajaran IPA dan IPS.
            Test semacam ini hanya dapat digunakan kalau siswa – siswa yang diberikan test itu telah belajar materi matapelajaran yang diukur dengan test items itu. Cara yang mudah untuk mengetahui apakah suatu test itu benar – benar mengukur hasil belajarnya ialah dengan membandingkan tes items itu dengan tujuan – tujuan khususnya atau ringkasan dari materi mata pelajaran itu yang telah dipelajari oleh siswa, maka test hasil belajar yang terstandart itu tidak mengukur sejauh mana ia mempelajari mata pelajaran itu.

2.      Test yang dibuat/ disusun oleh guru/ konselor
Guru / konselor membuat daftar tujuan belajar untuk suatu mata pelajaran tertentu, yang telah diajarkan kepada siswa. Kemudian guru/ konselor menyusun test items untuk mengukur tujuan – tujuan itu. Misalnya, misalnya untuk mengukur kemampuan membaca dari siswa, test dapat terdiri atas perilaku siswa yang telah didapat dari pengamatan guru. Contoh : untuk siswa kelas VI.
Cara sederhana untuk mengukur kemampunan membaca siswa ialah dengan memberikan buku bacaan untuk kelas VI dan menyuruh siswa membaca dengan suara, sambil guru mengikutinya dengan buku yang sama sehingga guru dapat mengetahui dengan segera dimana letak kesalahan – kesalahan yang dibuat siswa
3.      Lembaran kerja dan pemberian tugas – tugas teratur kepada siswa
Sebagian besar informasi yang berguna dalam status assessment  tidak bergantung pada test yang disusun secara khusus, tetapi lebih banyak bergantung pada penelahaan sejauh mana siswa dapat mencapai dalam mengerjakan tugas – tugas yang teratur di kelas maupun pekerjaan – pekerjaan rumahnya.
Oleh karena itu, terutama dalam bidang matematika, IPA,IPS, menyusun kalimat, ejaan,tulisannyadan kesenian, guru dapat mengukur dengan tepat sejauh mana siswa dapat mencapai yang diharapkan daripadanya dengan menganalisa segi – segi kekuatan dan kelemahan siswa dalam tugas – tugas sehari – harinya.
4.      Observasi guru yang tak tercatat
Alat penilaian yang paling sering digunakan di kelas ialah dengan observasi guru yang hanya tercatat dalam otaknya sejauh mana siswa itu mencapai tujuan – tujuannya. Adalah benar bahwa kemajuan – kemajuan siswa itu dapat ditampakan paling jelas dalam perilaku yang apat diobservasi, misalnyakegiatan – kegiatan kesenian, ertunjukan music, kebiasaan belajar, mematuhi tata tertib dan olahraga. Kalau konselor sedang mempelajari kasus siswa tertentu yang mengalami kesukaran belajar, maka ia sering membuat catatan – catatan kecil tentang peristiwa – peristiwa yang berkesan itu.
5.      Observasi yang terdapat dalam bentuk skala
Dalam beberapa hal Guru/ Konselor ingin lebih sistematis dalam observasi dan mencatat perilaku siswa, maka mereka menggunakan skala penilaian atau checklist. Alat – alat ini jelas dapat meningkatkan kualitas dan obyektifitas dari observasi dan merupakan cara pencatatan yang lebih baik dari pada observasi- observasi tanpa tercatat.
6.      Wawasan
Kalau konselor mempelajari siswa tertentu, biasana ia mewaancarai guru – guru untuk mengumpulkan impresi- impresinya berdasarkan informasi informilnya. Maka dalam sebagian besar bidang – bidang yang diidentifikasikan oleh daftar tujuan – tujuan dari kelas VI itu, salah satu informasi yang sangat berguna  ialah hasil observasi – obervasi oleh guru, yang dikumpulkan oleh Konselor dengan cara wawancara. Dalam mempelajari kasus siswa, Guru/ Konselor menggunakan teknik – teknik yang dianggap paling valid dan praktis untuk situasi itu. Kemudian ia membuat kesimpulan – kesimpulan dari hasil evaluasinya.





















PELAJARAN III
MEMPERKIRAKAN SEBAB – SEBAB KESULITAN BELAJAR

Dalam Pelajaran ke 2 telah disarankan bahwa tahap pertama yang paling efisien dalam mendiagnosa kesulitan – kesulitan belajar yakni menemukan sampai sejauh mana siswa dapat mencapai berbagai tujuan yang diharapkan oleh sekolah. Dengan perkataan lain kita menentukan pola kekuatan dan kelemahannya dalam belajar. Tahap ini disebut penelaah status
Tahap diagnosa berikutnya ialah menduga apa menyebabkan pola kekuatan dan kelemahan siswa itu. Tahap ini berdasarkan asumsi bahwa kita tidak dapat mengambil keputusan secara biijaksana bagaimana membantu siswa mengatasi kesulitannya, bila kita tidak mempunyai gambaran yang jelas tentang apa yang menjadi sebab kesulitannya. Sekurang – kurangnya ada dua hal pokok yang menyebabkan seorang guru atau konseler tidak baik dalam menentukan diagnosanya. Salah satu sebab itu yakni karena ia hanya sedikit sekali memilki gambaran tentang sebab - sebab yang memungkinkan pola kesultan belajar tertentu. Sebab lainnya karena tidak memiliki  cara yang efektif dalam menentukan manakah yang sebenarnya diantara beberapa kemungkinan sebab atau sekurang – kurangnya sebab yang paling kuat atau berpengaruh. Secara positif kita kemukakan bahwa pendiagnosa yang bijaksana dan efisien ialah seseorang yang 1. Mengetahui berbagai kemungkinan yang beralasan. 2. Mengetahui cara menemukan secara efisien manakah faktor – faktor yang sebenarnya atau yang paling pennting diantara kemungkina – kemungkinan tersebut
1.      Banyak sebab – sebab yang menimbulkan pola gejala yang sama
Seringkali gejala – gejala kesulitan belajar yang Nampak pada seorang anak disebabkan oleh faktor – faktor yang berlainan dengan anak lain yang mmemperlihatkan gejala – gejala yang sama. Misalnya: dua orang anak kelas tiga selalu merepotkan guru dan teman – teman sekelas mereka, karena seringkali berbicara di dalam kelas, berjalan  - jalan di dalam kelas. Kedua anak itu dikenal  sebagai “hyperactive”, mereka jarang duduk tenang. Tetapi apabila kedua kasus itu diperiksa secara teliti, maka akan nyata bahwa yang menyebabkan tingkah laku itu berbeda bagi seorang anak dengan yang lain.
 Anak pertama itu, bila diperiksa secara seksama akan terdapat bahwa ia menderita alergi fisik (Physical allergy). Ia alergi terhadap bahan – bahan kimia tertentu. Misalnya pewarna dan gula adalah bahan yang menimbulkan anak itu reaksi alergi. Kadar gulanya menjadi sangat tinggi setelah dia mengkonsumsinya. Tetapi kemudian gula darah itu habi dan kadar gulanya menurun banyak, sehingga anak tersebut enjadi cepat tersinggung (marah), ia tidak dapat memusatkan perhatiannya terhadap pelajaran. Karena itu dai lalu berbuat gaduh dalam kelas, mengganggu anak – anak lain dan mondar- mandir di dalam kelas.
            Sebaliknya, anak kedua yang sama menampakan gejala “hyperactive” mempunyai alas an yang berlainan. Anak ini mempunyai 6 orang bersaudara. Anatar ayah dan ibunya tidak terdapat keserasihan. Ibu marah terhadap ayah, karena tidak mau mencari kerja yang menghasilkan uang banyak. Sebaliknya ayah mencela ibu, karena tidak memelihara kebersihan rumah dan anak – anak hanya tenang jika ia ada di rumah.  Pertentangan  antara orang tua menyebabkan anak – anak tidak merasa aman dan tidak mengetahui apa yang terjadi pada hari esok. Maka anak – anak itu sering berkelahi satu sama lain. Suasana rumah demikianlah yang dibawa oleh anak tersebut kesekolah. Selama sekolah dia sulit untuk memusatkan perhatiannya terhadap pelajaran seperti mathematic dan IPS disebabkan ia terus – menerus merasa cemas kalau orang tuanya berkelahi bila ia pulang, atau kalau ayahnya pergi terus tidak pulanng lagi. Sehingga anak tersebut terus – menerus tertekan akan pikiranya, tidak mau tetap ditempat duduknya, tetapi mondar – mandir di dalam kelas. Kadang – kadangrasa tidak aman itu diekspresikan dalam bentuk mengganggu atau mencela teman – teman sekelasnya..
  1. Banyak pola – pola gejala yang ditimbulkan oleh sebab yang sama
Beberapa puluh tahun yang lalu dalam bidang sosiologi dan kriminologi terdapat suatu kegiatan yang popular, yakni mencari korelasi antara (A) kondisi – kondisi rumah atau keluarga (B) kenakalan anak dan remaja. Dengan memelajari riwayat yang menjadi latar belakang anak – anak muda yang tertangkap polisi karena tersangkut kejahatan, para ahli sosiologi melaporkan baha mereka menemukan sejumlah besar kenakalan berasal dari keluarga yang “broken home “. Anak – anak itu biasanya mengikuti  ibunya, mungkin pula ikut kakaknya atau neneknya. Seringkali anak – anak nakal itu dari berasal dari keluarga miskin. Jadi para ahli sosiologi dan physikology tertentu berkeismpulan, kenakalan itu disebabkan oleh bronken home ddan kemiskinan.
Para peneliti  tersebut menemukan bahwa banyak anak – anak yang berhasil itu juga berasal dari “broken home” atau keluarga yang miskin. Jelaslah bahwa sebab yang sama, yakni keluarga yang orang tuanya berpisah, tidaklah sellau menimbulkan akibat – akibat atau gejala – gejala yang sama. Kadang – kadang anak  anak nakal berasal dari keluarga demikian itu, tetapi kadang – kadang juga siswa – siswa yang mematuhi hokum dan berhasil mempunyai latar belakang keluarga semacam itu. Ini berari bahwa pendiagnosa hendaklah menyelidiki lebih mendalam pola – pola sebab yang kompleks pada latar belakang anak – anak seperti itu utuk mempertimbangkan tingkah laku mereka.
Oleh karena itu hal – hal tersebut diatas maka konselor yang bijsaksana tidak beranggapan bahwa sebab yang jelas yang melatarbelakangi seorang ana, seperti penglihatan buruk, akan selalu mengakibatkan gejala – gejala atau efek yang serupa, yakni kemampuan membacanya buruk. Faktor – faktor penyebab tertentu, seperti penglihatan buruk bergabung dengan faktor – faktor penyebab lain mungkin akam berakibat sangat berbeda bagi kehidupan seorang seorang siswwa dari pada siswa lain.
  1. Sebab – sebab yang saling bergantung satu sama lain
Merupakan hal yang sangat lazim bagi seorang anak pada permulaan sekolah mengalami kesuitan yang ditumbulkan oleh satu sebab. Kemudian kesulitan – kesulitannya. Kemudian kesulitan – kesulitannya menimbulkan reaksi dari orang – orang sekelilingnya atau menyebabkan ia bereaksi terhadap dirinya sendiri dngan cara yang selanjutnya menyebabkan kesulitan – kesulitan. Masalah – masalah tersebut selanjutnya membangkitkan lebih banyak lagi kesulitan – kesulitan, sehingga tidak lama berlangsungnya sebab yang tunggal yang mengakibatkan suatu persoalan belajar tertentu. Sebaliknya kita mempunyai sebab – sebab yang semakin kompleks yang mengakibatkan kesulitan – kesulitan yang semakin saling berhubungan satu sama lain.
Untuk lebih jelasnya maka kemungkinan – kemungkinan tersebut dikelompokkan menjadi 4 kategori:
1.      Kondisi – kondisi fisiologis yang permanen
  1. Intelegensi yang terbatas 
Kemampuan intelektualnya kurang, untuk dapat menguasai konsep – konsep aljabar yang abstrak dengan kecepatan yang sama seperti teman – teman sekelasnya
  1. Hambatan penglihatan dan pendengaran
Apa bila ini terjadi maka isa bisa salah menafsirkan bahan bacaan dan tidak dapat mendemgar semua yang diterangkan oleh guru.
  1. Masalah persepsi
Barang kali ia dapat melihat dan mendengar secara jelas, tetapi ketika perangsang penglihatan atau pendengaran sampai pada otaknya terganggu oleh mekanisme penafsiran atau persepsi “images” itu, sehingga ia salah menafsirkan informasi yang diperolehnya. Suatu gangguan yang ringan saja dalam hal ini sudah cukup untuk mempertimbangkan taraf kesulitan belajarnya.

2.      Kondisi – kondisi fisiologis temporer
Masalah makanan. Kemungkinan hal ini terjadi karena kekurangan vitamin, kurang cukup protein, mineral atau substansi lain yang diperlukan
Kecanduan, Hal ini  dapat terjadi karena ia pernah mencoba “candu” atau minuman keras yang beraasl dari teman- temannya, seehingga sekarang ia merasa   ketagihan. Dalam minggu – minggu terakhir rasa ketagihannya itu bertambah besar, sehingga dia tidak dapat memusatkan perhatiannya, tidak dapat menyelesaikan pekerjaaan rumah dan sulit untuk memahami konsep – konsep baru.
Kecapaian, anak ini kemungkinan hanya kurang istirahat atau kurang tidur waktu malam
3.      Kondisi = kondisi lingkungan sosial yang permanen
Harapan orang tua tinggi
Setiap orang tua jelas mengharapkan agar anaknya itu berhasil sekolahnya. Tetapi kenyataannya ada sebagian anak tergolong anak yang taraf intelegensinya mendekati rata – rata. Mungkin anak tersebut telah berusaha agar berhasil, tetapi hal tersebut tidak memusakan orang tuanya, orang tuanya ( ayah) menakut – nakutiya dan mendesaknya agar ia berusaha lebih kuat lagi yang sebenarnya ia tidak mampu. Karena tekanan yang diberikan ayahnya secara terus menerus ia menjadi benci terhadap ayahnya. Akibat lain karena tekanan ayahnya, ia mungkin memandang dirinya sendiri semakin tidak cerah, yakni zebagai seseorang yang tidak pandai. Ia mugkin hanya berasa malu karena tidak dapat memenuhi keinginan – keinginan ayahnya dank arena sekarang ia menganggap dirinya sedemikian bodohnya, sehingga jauh dari  keadaan sebenarnya
Konflik Keluarga
Anak itu mungkin tidak dapat memperoleh ketenangan untuk memikirkan kehidupannya sendiri, yang bebas dari pertengkaran – pertengkaran, agar dapat memusatkan perhatian dengan tenang terhadap mata pelajaran aljabar yang sulit itu.
4.      Kondisi – kondisi lingkungan sosial yang temporer
Ada bagian – bagian dalam urutan belajar yang belum dipahami. Seperti bidang matematik, dimana sebuah konsep diperlukan sebagai dasar konsep berikutnya. Bila anda kehilangan konsep yang penting,boleh jadi anda tidak dapat menangkap konsep – konsep berikutnya. Kehilangan satu satu pembendaharaan kata atau satu kata kerja dalam pelajaran bahasa itu secara memadai.
Suatu strategi untuk memperoleh sebab – sebab yang mungkin
            Kiranya akan berguna bila pertama – tama kita mempertimbangkan dua kategori besar mengenai sebab – sebab
1.      Yang berhubungan dengan kondisi fisiologis seorang siswa
2.      Yang berhubungan dengan apa yang telah dipelajarinya waktu lampau,yakni  lingkungan sosial yang mempengaruhinya. Selanjutnya di dalam tiap - tiap kategori itu kita pikirkan kondisi – kondisi yang  mempengaruhi siswa yang relatif permanen dan yang bersifat temporer. Kemudian di dalam tiap – tiap bagian itu akan kita sarankan suatu pola pikir, yakni daftar pengecekan mental, yang akan lebih memungkinkan kita untuk menemukan sebab dari pada bila kita memandang dengan cara lain. Akan kita mulai dengan sebab – sebab fisiologis.
Sebab  - sebab fisiologis
            Langkah pertama ditujukan pada kesan – kesan yang diperoleh dari dunia luar seorang untuk mendapatkan “images” mengenai alat – alat inderanya.  Alat indera terpenting untuk belajar disekolah ialah penglihatan dan pendengaran. Karena itu kita akan membatasi perrhatian kita pada kedau alat indera itu. Apabila mekanisme mata atau telinga kurang berfungsi, maka kesan yang diperoleh seorang anak dari dunia luar, umpanyanya dari guru, akan menyimpang atau bahkan tidak memperolehya. Jadi, setelah guru menyajikan pelajaran terdpat siswa yang gagal mempelajarinya, maka sebabnya mungkin dari indrra penglihatan dan pendengarannya yang bermasalah. Ia tidak menerima dalam otaknya suatu “ image” yang benar mengenai penglihatan – penglihatan dan suara – suara sewaktu guru mengajar. Oleh karena itu bila waktu menilai pengetahua dan ketrampilan seorang siswa, kita menemui penyimpangan atau ternyata hasilnya jauh berkurang dari pada apa yang kita harapkan, maka kesalahan itu mungkin terletak pada alat – alat inderanya.
Setelah “ image” itu ternyata diterima dengan baik oleh mata dan telinga, langkah berikutnya adalh pengiriman “images” tersebut ke otak, sehingga “image” itu dapat ditafsirkan. Langkah ini disebut persepsi. Apa yang sebenarnya terjadi dalam persepsi ini ialah bahwa siswa itu membandingkan “images” yang diterimanya melalui indera itu dengan ingatannya tentang “images” waktu lampau. Dengan perkataan lain ia memiliki sebuah gudang ingatan – ingatan tentang pengalaman masa lampau yang digunakannya untuk menentukan dalam hal apa “images” yang baru itu sama atau berbeda dengan “images” yang sudah dimilikinya. Proses membandingkan dan penafsiran itu “ member arti” kepada pengalaman. Tetapi kadang – kadang perseepsi ini salah. Ada gunanya kita membagi kesalahan persepsi itu menjadi dua macam, walaupun kejadian itu jauh lebih kompleks dari pada kedua bagian yang disarankan itu.
Dua macam bagian ini kita sebut
  1. Kepastian yang tidak memadai dan intelegensi yang rendah
Yang dimaksud dengan kapasitas intelektual yang tidak memadai ialah bahwasistem syaraf siswa, terutama otaknya tidakmemiliki kemampuan sebanyak siswa – siswa, terutama otaknya tidak memiliki kemampuan sebanyak siswa – siiswa lain yang sebayabuntuk menafsirkan atau mengingat “images”. Jadi, seorang anak yang berumur 12 tahun mungkin hanya memiliki kemampuan untuk menafsirkan dengan mengingat pengalaman – pengalaman sebanyak yang dimiliki oleh anak  rata – rata yang berumur 8 tahun. Inilah yang secara tradisional disebut intelegensi rendah atau anak itu mengalami hambatan mental. Sebab – sebab hambatan mental yang sebenarnya belum seluruhnya dapat dimengerti. Barangkari anak sejak lahir membawa kapasitas mental yang tidak memadai. Dalam kasus lain, ibu yang sedang mengandung tiga bulan menderitta sakit campak dan penyakit itu terus – menerus tiga bulan menderita sakit campak dan penyakit itu ters menerus merusak perkembangan sistim saraf anak yang  masih dalam kandungan itu. Kerusakan – kerusakan di dalam di dalam kepala sesudah lahir atau menderita penyakit ang mempengaruhi otak dapat juga menyebabkan hambatan mental anak yang sedang berrkembang dan belum ada yang dapat  diperbuat untuk memperbaiki kerusakan itu yang mejadikan anak itu normal.
Jadi, salah  satu kemungkinan bagi suatu kesulitan belajar pada proses persepsi  atau penafsiran  “images” ini ialah hambatan mental. Anak tersebut tidak dapat secara mudah mengingat kejadian – kejadian dan tidka pula siap sedia mengingat kembali kejadian – kejadian  itu agar dapat membandingkannya dengan pengalaman baru. Dibandingkan dengan anak normalatau diatas rata – rata intelegensinya, maka anak yang terhambat mentalnya membutuhkan guru dan orang tua yang lebih rendahtuntutannya dari pada yang diharapkan dari anak – anak seusia yang normal  atau pandai, dan mengajar secara berangsur – angsur dengan langkah – langkah sederhana dan lebih banyak mengulang dari pada apa yang diperlukan oleh anak – anak yang normal mentalnya.
  1. Kekacauan – kekacauan dalam persepsi psikomotor
Istilah Kekacauan persepsi psikomotor dipakai untuk anak – anak yang kesulitan belajarnya tidak disebabkan oleh intelegensi rendah atau oleh gangguan – gangguan emosioanal karena ada konflik – konflik dalam lingkungan social mereka. Umpamanya ada iswa – siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar membaca, tetapi apabila diberikan keterangan secara lisan, maka mereka dapat menafsirkan dan mengingatnya dengan sangat memadai. Dengan perkataan lain mereka tidak mengalami hambatan mental, tetapi mereka tidak dapat membaca. Anak – anak lain membaca sangat memadai, tidak dapat memahami dengan baik apa yang mereka dengar. Apabila telinga mereka diperiksa, ternyata mereka dapat menangkap suara dengan baik, tetapi mereka salah menafsirkan artinya. Mereka mendengar informasi cukup terang, tetapi mereka kacau tentang apa artinya. Diantara anak – anak tersebut tidak ada yang dapat digolongkan mengalami hambatan mental. Dari hasil pemeriksaan terhadap kehidupan mereka di rumah dan cara mereka bergaul dengan orang – orang lain ternyata bahwa mereka tidak mengalami gangguan emosional. Demikianlah,  dengan mengabaikan hambatan mental, maslah penglihatan dan pendengaran serta ketegangan emosional, maka kita menarik kesimpulan bahwa ada sesuatu yang tidak beres pada syaraf otak yang berhubungan dengan persepsi. Maka kita katakan bahwa mereka mengalami hambatan persepsi.
Pendekatan tersebut diatas menekankan pada pengabaian kemungkinan sebab yang lain. Marilah kita sekarang mulai memakaii cara yang positif dan mencoba untuk membatasi gejala – gejala yang sering diperlihatkan oleh anak yang mengalami hambatan persepsi. Tidak semua anak yang memiliki masalah persepsi psikomotor memperlihatkan bahwa semua gejala itu, tetai sering sekali mereka memperlihatkan lebih dari satu gejala.
Gejala – gejala yang pada umumnya terdapat pada kasus – kasus siswa yang mengalami hambatan persepsi, yakni:
1.      Tingkah laku yang aneh dan tidak berguna tanpa sebab yang sangat jelas sehingga berbuat dengan cara demikian.
2.      Bereaksi lebh kasar dari pada yang biasanya diperlukan dalam situasi stimulus itu.
3.      Tidak mengorganisasi kegiatan – kegiatannya secara baik.
4.      Mudah tersinggung oleh segala macam perangsang, kemarahan itu melebihi taraf kemarahan dalam keadaan biasa.
5.      Membuat persepsi – persepsi yang salah, sering saalah melihat atau mendengar sesuatu.
6.      Terlalu banyak bergerak (hyperactive) sering berpindah tempat, mencolek – colek orang lain, menggerak – gerakkan badan dan banyak bicara.
7.      Gerakan – gerakannya kaku, buruk, mengetok – ngetok bangku dan sebagainya yang ada di dalam ruangan kelas, sering terbentur waktu berjalan.
8.      Menunjukan kekacauan waktu bicara, membaca atau mendengar.
Bagi anak yang mengalami kesukaran persepsi ada harapan untuk maju seperti teman – teman seusianya. Tujuan akhir yang akan kita capai mengenai kemampuan mereka untuk belajar secara memadai adalah lebih tinggi dari pada bagi anak yang mengalami hambatan mental. Tetapi siswa yang mengalami kesukaran persepsi tidak dapat belajar dengan memadai menggunakan metode- metode yang biasa dipakai disekolah, yakni metode – metode yang dapat diterapkan terhadap sebagian besar siswa. Dengan menggunakan teknik – teknik dan materi – materi  belajar yang khusus ada harapan bagi kita bahwa siswa yang mengalami hambatan persepsi itu dapat menghindari kesukarannya dan mencapai tujuannya dengan menempuh jalan intruksional yang berbeda.
Catatan
Terhadap  gangguan – gangguan kesulitan belajar ini telah banyak dilakukan usaha untuk menyembuhkan, antara lain bidang teknologi medis. Berkat kemajuan teknik dalam mencari penemuan – penemuan baru dalam bidang biokimia, penelitian –penelitian medis maka penyimpangan – penyimpangan mental itu dapat dikurangi dengan “medical curing” untuk merangsang dalam mengurangi ketidak seimbangan fungsi – fungsi organis, sehingga dapat menormalisasikan kekurangan “intellectual make up”nya.













PELAJARAN IV
PENGGUNAAN SKALA PENILAIAN DAN DAFTAR CEK

Makna Skala dan daftar cek
            Dalam pengajaran dengan modul, test tertulis merupakan alat penilaian yang paling banyak dipakai dalam rangka menilai kemajuan belajar murid. Akan tetapi, pencapaian dari pada tujuan – tujuan belajar tertentu, tidak dapat dinilai dengan menggunakan test sebagai alat penilaiannya. Misalnya suatu test tidak dapat menunjukan sampai dimana seorang murid dapat menerangkan pendapatnya secara lisan dengan jelas. Suatu test tidak dapat menunjukan sejauh mana kesulitan seorang murid dalam menggambar peta pulau Sumatera. Demikian pula sebuah test tertulis tidak akan dapat menjelaskan sampai dimana kemampan murid dalam mengumpulkan bunga, dalam rangka karya wisata dalam pelajaran biologi. Dari pada menggunakan test tertulis, guru lebih baik melakukan pengamatan langsung dalam kegiatan itu untuk memberikan penilaian terhadap kemajuan murid – murid utuk mencapai tujuan – tujuan belajar yang berupa kecakapan berbicara, menggambar peta, dan mengumpulkan bunga.
            Biasanya, apabila guru telah selesai mengamati kegiatan atau hasil kerja murid – muridnya.Mereka sangat tergantung kepada kemampuan mereka untuk mengingat kembali hasil pengamatannya. Dikemudian hari, mungkin guru itu ingin membicarakan kemampuan menggambar peta atau kemampuan berbicara dengan murid – muridnya. Guru itu biasanya ingin pula menggunakan hasil pengamatannya itu untuk memberI angka kepada murid – muridnya pada akhir semester.  Akan tetapi apabila guru itu ingin memberikan nasihat atau memberikan angka tentang hal – hal yang diamati dalam kegiatan belajar murid – murid tersebut, ternyata penilainnya yang asli telah terganggu kemurniannya akibat waktu yang lama. Dengan demikian guru akan menyadari bahwa sebaiknya ia membuat catatan tertulis mengenai hasil pengamatannya yang asli tadi. Catatan – catatan tertulis itu akan menyegarkan ingatannya.
            Akan tetapi guru – guru jarang sekali membuat catatan semacam itu.  Hal ini mungkin disebabkan oleh hal – hal berikut
  1. Untuk menulis catatan semacam itu terlalu banyak memerlukan waktu disamping tugas – tugas yang harus dikerjakannya
  2. Guru itu mempunyai keyakinan bahwa ia akan selalu mengingat hasil pengamatannya
  3. Guru mungkin tidak mempunyai gambaran yang jelas mengenai cirri – cirri tingkah laku murid atau hasil kerja murid yang sesungguhnya, yang ingin diilai sehingga dia hanya mencoba mengingat “kesan umum” mengenai kegiatan atau pekerjaan murid tersebut
Sesungguhnya catatan tertulis itu bukan merupakan kemungkinan satu – satunya mengatasi masalah kaburnya ingatan guru tentang hasil pengamatannya. Kemungkinan laian ialah dengan menggunakan skala penilaian atau daftar cek, yang dapat diisi engan cepat dan merupakan suatu catatan tertulis yang diteliti, untuk hasil pengamatannya itu. Kemungkinan lain ialah dengan mengunakan skala penilaian atau daftar cek, yang dapat diisi dengan cepat dan merupakan catatan tertulis yang diteliti, untuk hasil pengamatan.
Oleh karena itu, dalam beberaapa modul kita mendapatkan skala penilaian dan daftar cek sebagai perlengkapan modul tersebut yang akan mengarahkan pengamatan saudara dan sekaligus mencatat tingkah laku murid – murid (misalnya keterangan lisan, pengumpulan bunga, dan sebagainya) dan hasil kerja mereka (misalnya peta, dan sebagainya)
Dan selanjutnya akan dibahas  hal  hal sebagai berikut:
  1. Tujuan – tujuan belajar yang khas yang cocok untuk dinilai dengan menggunakan skala penilaian dan daftar cek
  2. Berbagai cara penggunaan skala penilaian dan daftar cek
  3. Cara – cara untuk menghindarkan kesalahan – kesalahan yng kadang – kadang dilakukan oleh guru – guru dalam menggunakan  skala penilaian dan daftar cek
Daftar cek berisi serangkaian cirri – cirri, baik tentang tingkah laku ataupun hasil kerja. Guru menilai hasil kerja murid dengan memberikan tanda crk(√) atau tanda lain (X) disamping cirri yang diamati  dalam rangka tingkah laku atau hasil kerja yang sedang dinilai.
Apabila ciri tersebut tidak ditemukan dalam rangka tingkah laku atau hasil kerja itu, maka ciri tersebut dibiarkan kosong. Dengan perkataan lain daftar cek menunjukan apakah suatu cirri tertentu itu ada atau tidak ada dalam rangka suatu pekerjaan murid.
Sebuah skala penilaian  berbeda dari sebuah daftar cek dalam  hal bahwa skala penilaian tidak hanya menunjukan apakah cirri tertentu itu ada atau tidak ada, tetapi juga menunjukan tentang sampai dimana tingkat atau jumlah yang telah dicapai murid yang bersangkutan berkenaan dengan cirri yang ada itu.
Dalam hal ini skala penilaian disusun untuk mencetak hasil pengamatan mengenai sampai dimana baiknya seorang murid turut serta dala permainan kelompok, seperti sepak bola, bola volley, bola keranjang, kasti dan lain sebagainya.
DAFTAR CEK KEGIATAN DALAM PELAJARAN KESENIAN
Nama Murid    : Ani R Munari                                                            Tanggal 4 Oktober
Petunjuk          : Tulislah tanda X disamping setiap ungkapan yang menjelaskan tingkah laku  murid yang diamati
  1. Daya Cipta
Menyalin pekerjaan orang lain
X         Mencurahkan idena sendiri yang asli dalam pekerjaan yang sedang diciptakannya
  1. Penggunaan alat – alat
X         Mempergunakan alat – alat hanya untuk tujuan tertentu saja
            Mempergunakan alat – alat secara terampil
            Sering merusak alat – alat
X         Ceroboh dalam menggunakan alat – alat
  1. Penggunaan Waktu Kerja
X         Berhenti bekerja untuk bercakap – cakap dengan teman sekelas
            Bekerja terus selama jam pelajaran
            Berjalan – jalan sekitar kelas
  1. Mengatur kebersihan setelah pelajaran selesai
X         Memmberi tangan dan lap pada akhir pelajaran
            Membiarkan tangan dan lap kotor dan basah
X         Membersihkan meja  dan antai pada akhir pelajaran
            Membiarkan meja dan lantai kotor pda akhir pelajaran
  1. Penyimpanan alat –alat kesenian pada akhir pelajaran
X         Menyimpan alat pelajaran  dengan tersusun rapi
            Mengajak teman – teman sekelasnya untuk menyimpan alat – alat
            Tidak meyimpan alat – alat pelajaran seluruhnya
  1. Kegairahan  dalam pelajaran
            Tempatnya sangat menyenangi pelajaran kesenian itu
            Berusaha untuk menghindari pekerjaan kesenian, menggerutu tentang kegiatan
            Kesenian
X         Kadang  - kadang seakan – akan menyenangi kesenian, kadang – kadang tidak

PARTISIPASI DALAM PERMAINAN KELOMPOK
Petunjuk : Pada setiap garis skala di bawah ini tulislah tanda X ditempat yang menurut pendapat
                 saudara menunjukan mutu kegiatan yang diperlihatkan oleh murid yang bersangkutan  
                 dalam permainan kelompok ini
Nama Murid : Kusman                                                                       Tanggal  7-4
Jumlah permainan yang diamati          : 4
Jenis permainan kelompok                  : Bolaa Volley
  1. Dedikasi         Apakah murid tersebut berusaha sebaik – baiknya dalam permainan ini?
Selalu berusaha keras              Berusaha sewajarnya               Tidak pernah berusaha
untuk memenangkan               tetapi kadang- kadang            dengan sungguh – sungguh,
pertandingan                           santai                                       malas
  1. Ketrampilan  Sampai dimana ketrampilan murid itu dalam bermain?
Ketrampilan yang                    Ketrampilannya rata – rata  Saat canggung terus- menerus
sempurna,Jarang membuat      untuk tingkat umurnya            membuat kesalahan
 kesalahan
  1. Pengetahuan tentang Peraturan      Sampai dimana murid yang bersangkutan mengetahui peraturan permainanan?
Tidak mengetahui hampir       Mengetahui sebagian dari       Mengetahui semua peraturan
semua peraturan                      peraturan


 

  1. Menghormati  Peraturan     Sampai dimana  seringnya murid tersebut mematuhi peraturan?
Setiap menit melanggar           3 atau 4 kali melanggar           tidak pernah melanggar
 Peraturan                                peraturan selama permainan    peraturan
 

  1. Kelompok  atau pribadi       Apakah murid tersebut menekankan kepentingan kelompok atau lebih mementingkan diri sendiri?
Selalu mendahulukan              Kadang – kadang menekankan           Selalu mencari
kepentingan kelompok            kepentingan kelompok, kadang          kemenangan untuk     
diatas kepentingan sendiri      kadang mementingkan diri                 diri sendiri, tidak
hirau tengtang apa yang akan terjadi dengan kelompok
  1. Sikap terhadap pemimpin    Bagaimana sikap murid tersebut terhadap keputusan wasit?
Tidak pernah mengeluh           Setengah dari keputusan -                   Sering marah dan
Tentang keputusan wasit        keputusan diterimanya,                       mengeluh  tentang
Meskipun bertentangan           setengahnya lagi dibantah                   wasit
 pendapatnya
 

Kadang – kadang daftar cek dan skala penilaian dapat dikombinasikan. Misalnya, daftar cek sering kali sangat berguna untuk menemukan masalah – masalah yang dialami oleh murid. Dengan demikian sebuah daftar cek masalah dapat dikombinasikan dengan skala penilaian untuk suatu ketrampilan tertentu, untuk memberikan penilaian dalam membantu kemajuan murid yang bersangkutan dalam ketrampilan itu. Atau sebuah daftar cek dpat dipergunakan untuk mengidentifiksikan dalam unsure – unsure manakah dari suatu tugas, seorang murid turut serta, dan dalam unsure manakah dia tidak turut serta.
Setelah kita membahas makna dari pada daftar cek dan skala penialian, kita lanjutkan dengan pembahasan mengenai jenis – jenis tujuan belajar yang khas yang dapat dinilai dengan mempergunakan kedua alat penilaian ini.

Hasil kerja dan Tingkah laku yang Khas
            Seringkali guru – guru yang untuk pertamakalinya mengenal daftar cek dan Skala penilaian menyangka bahwa alat – alat penilaian inti tidak terlalu banyak gunanya. Akan tetapi, apabila mereka memperhatikan semua bidang dalam mata – mata pelajaran yang terdapat dalam kurikulum sekolah mereka akan segera menyadari betapa luasnya penggunaan kedua jenis alat penilaian itu. Dalam daftar berikut ini kami mengemukakan luasnya penggunan ini dengan mencatat ketampilan – ketrampilan khas yang termasuk dalam berbagai bidang mata pelajaran, yang dapat dinilai secara efektif dengan menggunakan alat penilaian itu.
Hasil Kerja Murid                                                                 Tingkah Laku Murid
                                                Pelajaran Bahasa Indonesia
Essay, cerita pendek,sanjak. Menulis laporan tentang            Membaca keras dari buku, berbicara  
 IPS dan IPA. Riwayat hidup pengarang- pengarang            didepan suatu kelompok, turut serta
Indonesia. Koran Pelajar, Menulis lamaran kerja,                   dalam diskusi kelompok. Mendrama
Menulis surat – surat biasa dan surat – surat berharga            tisasikan Sandiwara. Melaksanakan
Sandiwara boneka. Laporan dan drama yang direkam

Pembagian Khas untuk Skala Penilaian dan Daftar cek
            Kegunaan yang paling jelas dari pada alat – alat penilaian dengan skala dan daftar cek ini ialah sebagai alat untuk melakukan penilaia akhir terhadap kemajuan murid pada akhir suatu modul dan satuan pelajaran. Dalam pelajaran musik guru mengajarkan teknik – teknik bernyayi yang benar kepada murid – murid, kemudian mengajarkan beberapa nyanyian. Pada akhir pelajarn ini guru  dapat mendengarkansetiap murid untuk menyanyikan sebagian dari nyanyian itu dan berdasarkan pendengarannya itu, dia mencatat pada skala penilaia, sampai dimana murid tersebut telah mencapai tujuan pembelajaran yang bersangkutan.
            Akan tetapi sebagai tambahan terhadap penggunaan alat – alat penilaian dengan skala dan daftar cek tersebut untuk penilaian terakhir ada akhir pelajaran, guru dapat pula menggunakan alat – alat tersebut pada permulaan pelajaran, misalnya murid – murid dapat dinilai dengan skala pada permulaan pelajaran. Misalnya, murid – murid dapat dinilai dengan skala pada permulaan pelajaran olahraga untuk menentukan sampai dimana kemampuannya dalam sepak bola. Berdasarkan hasil penelitian ini, guru mengetahui murid – murid mana yang telah dapat melakukan ketrampilan sesuai dengan tujuan pelajaran itu, dan murid – murid mana yang masih memerlukan latihan dan praktek yang insentif.
            Dengan perkataan lain, skala penilaian dapat membantu guru untuk mengadakan diagnose kekuatan – kekuatan dan kelemahan – kelemahan murid – murid pada permulaan suatu modul atau suatu mata pelajaran tertentu. Kegiatan lain dari alat – alat penilaian dengan skala dan cek ini  ialah dalam memperjelas tujuan – tujuan suatu tugas yang harus diselesikan oleh murid – murid.  Alat – alat penilaian ini dapat pula dipergunakan untu membuat laporan kemajuan kepada muird – murid pada waktu mereka mengerjakan suatu proyek
            Sebagai rangkuman dapat dikemukakan, bahwa guru dapat mempergunakan skala penilaian dan daftar cek dalam 4 hal penting, yaitu :
  1.  Sebagai alat penilaian awal untuk menentukan kemampuan murid dalam hubungannya dengan tujuan pelajaran, yang dimilikinya sebelum dia mengerjakan modul dan satuan pelajaran
  2. Sebagai alat untuk menjelaskan suatu tugas yang diberikan keada murid untuk diselesaikan
  3. Sebagai alat penilaian kemajuan berkala untuk memberitahukan kepada murid  mengenai sampai dimana suatu pekerjaan yang dilaksanakan dalam suatu proyek
  4. Sebagai alat penilaian akhir mengenai pencapaian tujuan pelajaran pada akhir pengerjaan modul atau satuan pelajaran atau suatu semester.
Selanjutnya, murid sendiri dapat mempergunakan  alat penilaian ini untuk melakukan penilaian terhadap diri sendiri, ialah:
1.      Untuk menentukan sampai dimana ketrampilannya pada permulaan suatu unit pelajaran
2.      Untuk memperoleh pedoman tentang bagaimana dia akan menyelesaikan tugas
3.      Untuk secara berkala mengetahui sampai dimana pekerjaanya telah mencapai mutu tertentu pada waktu – waktu tertentu
4.      Untuk membuat penilaian akhir atas dirinya sendri yang dapat dibandingkan dengan hasil penilaian guru dan mungkin mendiskusikannya dengan guru
Kesalahan – kesalahan Umum dalam mempergunakan skala penilaian
            Dua kesalahan utama yang banyak dilakukan guru – guru dalam mempergunakan skala penilaian adalah dalam hal
  1. Tidak dapat menilai setiap unsure pada lembaran penilian tersebut terlepas dari unsur – unsur yang lainnya
Guru – guru seringkali mempunyai kesan umum tentang seorang murid tertentu. Ialah bahwa seorang guru mungkin menganggap seorang murid biasanya baik atau mampu dan menggangap mrid lain tidak baik atau mampu. Dalam memberikan tanda pada garis skala seringkali guru itu terpengaruh oleh kesan umum tersebut. Akibatnya guru mungkin memberikan penilian tinggi untuk setiap unsure kepada murid yang dianggapnya baik dan mampu tadi, dan menilai sangat rendah untuk semua unsure bagi murid yang dianggapnya tidak baik dan tidak mampu itu.
Kecenderungan ini tampak jelas pada alat penilaian yang garis –garis skalanya dibuat dengan meletakkan ciri – ciri yang paling diinginkan disebelah kiri yang paling tidak diinginkan disebelah kanan
  1.  Mendasarkan penilaiannya atas fakta – fakta yang terlalu sedikit jumlahnya
Kadang – kadang guru memberikan tanda tanpa mengadakan pengamatan yang cukup terhadap tingkah laku murid. Berapa skala penilaian menyediakan tempat untuk menunjukan bahwa guru telah kekurangan fakta baik. Akan tetapi, beberapa skala yang lainnya tidak memilikinya, sehingga guru cenderung untuk memberikan tanda dalam skala hanya untuk membuat lengakapnya catatan.
Akan tetapi sebenarnya akan lebih baik apabila dia memberikan saja item – item itu kosong, atau memberikan suatu penjelasan singkat pada skala itu yang menerangkan bahwa guru tidak cukup mempunyai fakta untuk memberikan penilian dalam item tertentu itu. Ungkapan – ungkapan seperti “ terlalu sedikit keterangan” atau”  saya belum mengamati hal ini”, akan cukup untuk menjelaskan catatn yang dimaksud.
Ternyata bahwa memberikan tanda pada suatu item tanpa fakta yang cukup banyak akan merusak gambaran yang sebenarnya tentang kemampuan murid yang bersangkutan. Karena tanda inilah beberapa guru tidak memberikan tanda pada skala seperti Daftar Cek Kesenian atau Skala Penilaian untuk partisipasi dalam kelompok, karena hanya mengadakan pengamatan satu kali saja. Sebaliknya, mereka memperhatikan murid untuk beberapa hari dalam pelajaran kesenian atau pelajaran olahraga sebelum guru tersebut untuk memberikan penilaiannya terhadap kemampuan murid yang diamatinya.
Dalam hal ini, evaluasi tersebut memberikan gambaran tentang tingkah laku yang biasa atau yang khas atau merupakan kebiasaan dari pada murid yang bersangkutan, dalam beberapa kesempatan dalam hal ini meruapakan penilian yang lebih dapat dipercaya terhadap keberhasilan belajar murid tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Koestoer Partowisastro dan A. Hadisuparto. (1998) Diagnosis dan Pemecahan Kesulitan Belajar: Jilid 1. Jakarta : Erlangga. 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

AKUNTANSI PERUSAHAAN JASA

SOAL AKUNTANSI PERUSAHAAN JASA Rio sentosa merupakan sebuah perusahaan yang bergerak dibidang jasa pembersih dan pengecatan gedung. Saldo...