POKOK
PEMBAHASAN MENGENAI PERUBAHAN STRUKTURAL DALAM PROSES PEMBANGUNAN
SUBBAB MATERI :
o Perubahan
Berbagai Sektor: Tenaga Kerja, Industri
dan Jasa
o
Perubahan Struktur Industri Menurut Analisis Chenery
o Perubahan Struktur Perekonomian Negara Berkembang
o
Pandangan Pokok
Analisis Mikroekonomi dan Makroekonomi
o
Proses Multiplier
di Negara Berkembang
o
Kebijakan Moneter
dan Fiskal Negara Berkembang
o
Mekanisme Pasar di
Negara Berkembang
PEMBAHASAN
A. Perubahan Berbagai Sektor
Struktur
ekonomi akan mengalami perubahan dalam proses pembangunan ekonomi. Tulisan
A.G.B. Fisher dalam International Labour Review pada tahun 1935 telah
mengemukakan pendapat bahwa berbagai negara dapat dibedakan berdasarkan
persentase tenaga kerja yang berada di sektor primer, sekunder dan tersier.
Pendapat ini dibuktikan oleh Clark yang telah mengumpulkan data statistik mengenai
persentase tenaga kerja yang bekerja di sektor primer, sekunder dan tersier di
beberapa negara. Data yang dikumpulkannya itu menunjukkan bahwa makin tinggi
pendapatan per kapita suau negara, makin kecil peranan sektor pertanian dalam
menyediakan kesempatan kerja. Akan tetapi sebaliknya, sektor industri makin
penting peranannya dalam menampung tenaga kerja.
Kuznets
menunjukkan perubahan sumbangan berbagai sektor kepada produksi nasional,
sedangkan Chenery mengkhususkan analisisnya pada corak perubahan sumbangan
berbagai sektor dan industri-industri dalam sub-sektor industri pengolahan
kepada produksi nasional.
Ciri Perubahan yang Berlaku
Kuznets
mmbuat beberapa kesimpulan mengenai corak perubahan sumbangan berbagai sektor
dalam pembangunan ekonomi :
1. Sunbangan sektor pertanian kepada produksi nasinal
telah menurun
2. Peranan sektor industri dalam menghasilkan produksi
nasional meningkat
3. Sumbangan sektor jasa dalam menciptakan pendapatan
nasional tidak mengalami perubahan yang berarti dan perubahan itu tidak
konsisten sifatnya.
Faktor yang Menyebabkan Perubahan Struktur Ekonomi
1. Produksi sektor pertanian mengalami perkembangan
yang lebih lambat dibanding perkembangan produksi nasional;
2. Tingkat pertambahan produksi sektor industri lebih
cepat daripada tingkat pertambahan produksi nasional, dan
3. Tidak adanya perubahan dalam peranan sektor jasa
dalam produksi nasional berarti bahwa tingkat perkembangan sektor jasa adalah
sama dengan tingkat perkembangan produksi nasional.
Perubahan struktur ekonomi yang demikian coraknya
disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu:
1. Sifat manusia dalam kegiatan konsumsi
Hukum Engels mengatakan bahwa makin tinggi pendapatan
masyarakat, maka akan makin sedikit proporsi pendapatan yang digunakan untuk
membeli bahan pertanian, sedangkan proporsi pendapatan yang digunakan untuk
membeli produksi barang-barang industri menjadi bertambah besar.
2. Perubahan teknologi
Kemajuan teknologi akan mempertinggi produktivitas
kegiatan-kegiatan ekonomi yang akan memperluas pasar serta kegiatan
perdagangan.
Kemajuan teknologi juga menyebabkan perubahan dalam
struktur produksi nasional yang bersifat inducive, yaitu kemajuan tersebut
menciptakan barang-barang baru yang menambah pilihan barang-barang yang dapat
dikonsumsi masyarakat.
B. Perubahan Struktur Penggunaan Tenaga Kerja,
Industri dan Jasa
1.Perubahan struktur penggunaan tenaga kerja
Ciri Perubahan Penggunaan Tenaga Kerja, yaitu:
·
Peranan
sektor pertanian dalam menyediakan kesempatan kerja menurun.
·
Peranan sektor
industri dalam menyediakan kesempatan kerja menjadi bertambah penting, akan
tetapi kenaikan tersebut sangat kecil.
·
Peranan
sektor jasa dalam menyediakan kesempatan kerja tidak mempunyai pengaruh besar.
Faktor yang Menyebabkan Pola Perubahan yang Berbeda Pada
perubahan peranan masing-masing sektor dalam menciptakan produksi nasional
dengan peranan mereka dalam menampung tenaga kerja mempunyai sifat yang
berbeda, yaitu :
·
Di sektor
pertanian, secara relatif, perubahan yang terjadi dalam menciptakan produksi
nasional adalah hampir bersamaan dengan perubahan peranannya dalam menyediakan
pekerjaan.
·
Di sektor
industri, perubahan relatif dari peranannya dalam menciptakan produksi nasional
adalah lebih besar daripada perubahan relatif peranannya dalam menampung tenaga
kerja.
·
Di sektor
jasa, perubahan relatif dari peranannya dalam menciptakan produksi nasional
adalah lebih kecil dari perubahan relatif perananya dalam menampung tenaga
kerja.
Menurut Kuznets perbedaaan di atas disebabkan oleh
perbedaan dalam perkembangan tingkat produktivitas di masing-masing sektor
dalam proses pembangunan.
2.Perubahan Struktur Sektor Industri
Dalam
analisis Kuznets, sektor industri dibedakan menjadi 4 sub-sektor, yaitu
pertambangan, industri pengolahan (manufacturing), industri bangunan, dan
perhubungan serta pengangkutan. Perubahan peranan berbagai sub-sektor dalam
sektor industri dalam menghasilkan produksi nasional dan menciptakan kesempatan
kerja, sifat-sifat pokoknya adalah sebagai berikut :
1. Pada tingkat pembangunan yang rendah, sub-sektor
pertambangan pada umumnya selalu merupakan sub-sektor industri yang kecil
peranannya dalam menciptakan produksi nasional dan menampung tenaga kerja.
Dalam proses pembangunan, peranan tersebut menjadi
bertambah kecil lagi. Sub-sektor industri bangunan juga mengalami perubahan
yang sama sifatnya dengan sub-sektor pertambangan, yaitu di kebanyakan negara
yang diobservasi, peranannya dalam menciptakan produksi sektor industri dan
menampung tenaga kerja menjadi bertambah kecil apabila tingkat pembangunan
ekonomi bertambah tinggi.
2. Peranan sub-sektor industri pengolahan, termasuk
industri utilities (penyediaan air dan listrik), dalam menciptakan produksi sektor
industri dan menampung tenaga kerja pada umumnya bertambah besar apabila
tingkat pembangunan ekonomi menjadi bertambah tinggi.
3. Perubahan peranan sub-sektor perhubungan dan
pengangkutan dalam menciptakan produksi sektor industri dan menampung tenaga
kerja tidak emnunjukkan pola yang seragam.
4. Sub-sektor industri pengolahan, perhubungan dan
pengangkutan merupakan bidang kegiatan ekonomi yang mengalami perkembangan yang
sangat besar.
3. Perubahan Peranan Berbagai Kegiatan di Sektor Jasa
Sektor
jasa dibedakan menjadi lima sub-sektor, yaitu perdagangan, badan keuangan dan
real estate, pemilikan rumah, pemerintahan dan pertahanan, dan berbagai jasa
perseorangan. Pokok-pokok kesimpulannya :
1. Peranan sektor jasa dalam menciptakan produksi
nasional tidak mengalami perubahan atau penurunan.
2. Peranannya dalam menyediakan kesempatan kerja
menjadi bertambah besar.
Perkembangan sektor jasa yang bercorak seperti ini
dalam proses pembangunan ekonomi disebabkan olehkarena :
(i) Adanya spesialisasi secara kawasan dari kegiatan
ekonomi yang berkembang
(ii) Pertambahan pendapatan per kapita yang
diakibatkan oleh pembangunan ekonomi
(iii) Karena perkembangan produktivitas yang lambat di
sektor jasa.
Walaupun
peranan sektor jasa dalam menampung atau menyerap tenaga kerja yang terdapat
dalam perekonomian meningkat, peranan sektor tersebut dalam menciptakan
pendapatan nasional tidak mengalami perubahan atau menurun. Faktor yang
menimbulkan keadaan ini adalah karena tingkat produktivitas di sektor jasa
berkembang lebih lambat dari perkembangan tingkat produktivitas rata-rata yang
terjadi dalam leseluruuhan perekonomian.
C.Perubahan Struktur Industri Menurut Analisis Chenery
Aspek
yang paling penting dari analisis Chenery, dan yang menyebabkan analisisis
seperti itu menjadi lebih berguna sebagai usaha untuk menunjukkan ciri-ciri
proses pembangunan ekonomi, adalah bahwa analisis tersebut lebih ditekankan
kepada hubungan kuantitatif diantara pendapatan per kapita dengan persentase
sumbangan berbagai sektor ekonomi dan industri dalam sub-sektor industri
pengolahan terhadap produksi nasional.
Dengan
demikian analisis tersebut dapat digunakan untuk membuat ramalan mengenai
peranan berbagai sektor pada berbagai tingkat pembangunan ekonomi, dan
selanjutnya dapat digunakan sebagai landasan dalam menentukan sumber daya yang
yang perlu dialokasikan ke berbagai sektor ekonomi.
Analisa
Chenery menggunakan data di berbagai negara dalam suatu masa tertentu, atau
lebih lazim disebut data cross section dan bukan dengan mengumpulkan data
perubahan peranan berbagai sektor dalam perekonomian dari masa ke masa. Aspek
yang paling penting dari analisa Chenery, dan yang menyebabkan analisa seperti
itu menjadi lebih berguna sebagai usaha untuk menunjukkan ciri - ciri dari
proses pembangunan ekonomi adalah bahwa analisa tersebut lebih ditekankan
kepada menunjukkan hubungan kuantitatif di antara pendapatan perkapita dengan
persentasi sumbangan berbagai sektor ekonomi dan industri – industri dalam sub
– sektor industri pengolahan kepada produksi nasional.
Aspek
yang dianalisa oleh Chenery adalah mengenai faktor - faktor yang menyebabkan
peranan berbagai industri dalam suatu perekonomian adalah berbeda dengan
peranannya yang normal pada suatu tingkat pembangunan ekonomi tertentu yaitu
seperti yang ditentukan oleh persamaan regresi yang telah dijelaskan pada
permulaan dan keadaan yang demikian di akibatkan oleh adanya salah satu atau
gabungan dari faktor -faktor berikut:
·
Luasnya Pasar
Tingkat pendapatan dan jumlah penduduk
merupakan dua factor penting yang menentukan luas pasar suatu negara.
·
Bentuk Distribusi Pendapatan
Corak distribusi pendapatan di tiap – tiap
negara – negara berbeda. Di beberapa negara distribusi pendapatan penduduknya
sangat tidak merata. Perbedaan dalam distribusi pendapatan ini merupakan satu
faktor penting lainnya yang menyebabkan terdapatnya deviasi dalam peranan
sektor industri dari peranannya yang normal .
·
Kekayaan Alam
Kekayaan alam suatu negara juga dapat
mempengaruhi peranan industri – industri dalam sub sektor industri pengolahan
dalam keseluruhan kegiatan ekonomi.
·
Perbedaan Keadaan di Berbagai Negara
Perbedaan keadaan di berbagai negar
seperti perbedaan perbedaan iklim, kebijaksanaan pemerintah dan faktor – faktor
sosial dan budaya, merupakan faktor – faktor lain yang dapat mempengaruhi
tingkat produksi dan peranan sektor industri kepada produksi nasional.
D. Perubahan Struktur Perekonomian Negara - Negara Berkembang
Perhatian yang lebih besar terhadap pembangunan ekonomi negara
– negara berkembang telah menimbulkan dorongan untuk melakukan usaha -usaha
perbaikan dalam pengumpulan data kegiatan ekonomi di negara - negara itu.
Sebagai hasil dari usaha - usaha ini, dalam beberapa tahun saja telah lebih
banyak data dapat diperoleh mengenai berbagai aspek dari kegiatan - kegiatan
ekonomi negara - negara tersebut.
Semakin meluasnya jumlah dan jenis data yang tersedia
mengenai kegiatan - kegiatan ekonomi di negara berkembang tersebut memungkinkan
para penyelidik ekonomi untuk membuat amalisa mengenai perubahan struktur
kegiatan ekonomi dalam proses pembangunan yang telah terjadi di negara -negara
berkembang.Analisa yang dilakukan oleh Chenery tersebut mirip sekali dengan
analisa Chenery mengenai perubahan struktur ekonomi dalam proses pembangunan
yang terjadi dalam berbagai aspek kegiatan ekonomi apabila tingkat pembangunan
ekonomi menjadi bertambah tinggi. Chenery dan Syrquin menunjukkan corak dari
sepuluh jenis perubahan dalam struktur perekonomian yang berlaku dalam proses
pembangunan negara - negara berkembang.
Perubahan – perubahan tersebut dibedakan menjadi 3
golongan yaitu:
·
perubahan dalm struktur ekonomi yang dipandang sebagai perubahan dalam
proses akumulasi,
·
perubahan dalam struktur ekonomi yang dipandang sebagai perubahan dalam
proses alokasi sumber daya
·
perubahan dalam struktur ekonomi yang dipandang sebagai perubahan
demografis dan distributif.
Yang termasuk sebagai proses akumulasi adalah pembentukan
modal atau investasi, pengumpulan pendapatan pemerintah, dan kegiatan
menyediakan pendidikan kepada masyarakat. Yang tergolong sebagai alokasi sumber
daya adalah struktur permintaan domestik, struktur produksi, dan struktur
perdagangan.
Chenery mempunyai
ciri – ciri sebagai berikut, yaitu:
1. Tabungan dan pembentukan modal. Makin besar tingkat tabungan, maka makin
besar pula tingkat pembentukan modal.
2. Pendapatan pemerintah. Tingkat pendapatan yang dapat dikumpulkan oleh
pemerintah mengalami penigkatan yang sangat besar terutama disebabkan oleh
kenaikan dalam tingkat penerimaan pemerintah dari perpajakan.
3. Pendidikan. Perkembangan yang dicapai dalam bidang pendidikan sepanjang
proses pembangunan digunakan 2 macam indicator. Yaitu besarnya pengeluaran
untuk pendidikan dan banyaknya anak dalam menutut ilmu.
4. Urbanisasi, tingkat kelahiran dan tingkat kematian. Pembangunan Ekonomi
akan diikuti oleh perubahan dalam proporsi penduduk yang tinggal di daerah
urban, dan penurunan dalam tingkat kelahiran dan kematian.
5. Struktur Produksi. Struktur ini dalam proses pembangunan dalam penyelidikan
yang baru ini memperkuat kesimpulan hasil-hasil yang telah diperoleh mengenai
ciri-ciri perubahan struktur ekonomi dalam pembangunan.
6. Distribusi Pendapatn. Untuk melihat perubahan dalam distribusi pendapatan,
diperhatikan perubahan bagian pendapatan yang diterima oleh 40 persen dari
keseluruhan penduduk yang tergolong sebagai penerima-penerima pendapatan
terendah dan (perubahan bagian dari pendapatan nasional yang diterima 20 persen
dari seluruh jumlah penduduk.
E. Pandangan Pokok Analisis Mikroekonomi dan
Makroekonomi
1. Pandangan Pokok Analisis Mikroekonomi
Ilmu
ekonomi mikro mempelajari variabel-variabel ekonomi dalam lingkup kecil
misalnya perusahaan, rumah tangga. Dalam ekonomi mikro ini dipelajari tentang
bagaimana individu menggunakan sumber daya yang dimilikinya sehingga tercapai
tingkat kepuasan yang optimum. Secara teori, tiap individu yang melakukan
kombinasi konsumsi atau produksi yang optimum bersama dengan individu-individu
lain akan menciptakan keseimbangan dalam skala makro dengan asumsi ceteris
paribus.
Isu
pokok yang dianalisis dalam teori mokroekonomi adalah: bagaimanakah caranya
menggunakan faktor-faktor produksi yang tersedia secra efisien agar kemakmuran
masyarakat dapat dimaksimumkan? Analisis
seperti ini dibuat berdasarkan kapada pemikiran bahwa (i) kebutuhan dan
keinginan manusia tidak terbatas, sedsngkan (ii) kemampuan faktor-faktor
produksi menghasilakan barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan
masyarakat adalah terbatas. Berdasarkan kepada kedua pemikiran ini, teori
mikroekonomi bertitik tolak kepada pemisalan bahwa faktor –faktor produksi yang tersedia sepenuhnya digunakan. Keadaan ini mendorong masyarakat untuk
memikirkan cara yang paling efisien dalam menggunakan factor-faktor produksi
yang tersedia.
Dalam
teori mikroekonomi masalah di atas dibagi dan dibedakan menjadi tiga persoalan
yang dinyatakan di bahwa ini:
1. Apakah
jenis-jenis barang dan jasa yang perlu diproduksikan?
2. Bagimanakah
barang dan jasa yang diperlukan masyarakat akan dihasilkan?
3. Untuk
siapakah barang dan jasa perlu dihasilkan?
2. Pandangan Pokok Analisis Makroekonomi
Ilmu
ekonomi makro mempelajari variabel-variabel ekonomi secara
agregat(keseluruhan). Variabel-variabel tersebut antara lain : pendapatan
nasional, kesempatan kerja dan atau pengangguran, jumlah uang beredar, laju
inflasi, pertumbuhan ekonomi, maupun neraca pembayaran internasional.
Ilmu ekonomi makro mempelajari masalah-masalah ekonomi
utama sebagai berikut :
1. Sejauh mana berbagai sumber daya telah dimanfaatkan
di dalam kegiatan ekonomi. Apabila seluruh sumber daya telah dimanfaatkan
keadaan ini disebut full employment. Sebaliknya bila masih ada sumber daya yang
belum dimanfaatkan berarti perekonomian dalam keadaan under employment atau
terdapat pengangguran/belum berada pada posisi kesempatan kerja penuh.
2. Sejauh mana perekonomian dalam keadaan stabil
khususnya stabilitas di bidang moneter. Apabila nilai uang cenderung menurun
dalam jangka panjang berarti terjadi inflasi. Sebaliknya terjadi deflasi.
3. Sejauh mana perekonomian mengalami pertumbuhan dan
pertumbuhan tersebut disertai dengan distribusi pendapatan yang membaik antara
pertumbuhan ekonomi dan pemerataan dalam distribusi pendapatan terdapat trade
off maksudnya bila yang satu membaik yang lainnya cenderung memburuk.
Kelemahan-kelemahan analisis makroekonomi
Salah
satu alasan lain yang menyebabkan
analisis makroekonomi digunakan lebih berhati-hati di Negara berkembang adalah
analisis lebih menekan kepada menelaah masalah-masalah ekonomi yang digunakan
dalam jangka pendek.ini berbeda dengan corak analisis yang di gunakan di Negara
berkembang.analisi yang di gunakan pada Negara berkembang lebih menekankan
kepada analisis kepada masalah-masalah pembangunan.
1) Analisis
merupakan analisis jangka pendek
Bahwa
analisis makroekonomi pada dasarnya merupakan analisis jangka pendek,dapat di
buktikan kepada pemisalan yang di buat dalam teori tersebut.dari sifat-sifat
analisis dapat di simpulkan ;kapasitas alat-alat produksi tetap,jumlah tenaga
kerja tidak berubah,dan tidak terdapat perbaikan dalam tingkat teknologi yang
digunakan.
2) Tidak
menganalisis factor non-ekonomi
Tidak
terdapat analisis mengenai pengruh keadaan social, struktur social, suasana
politik, nilai-nilai hidup,corak pandangan masyarakat dan corak kebudayaan masyarakat
terhadap kegiatan masyarakat dan corak kebudayaan masyarakat terhadap kegiatan ekonomi meruapakan kelemahan lain
dari makroekonomi.
3) Kurang
memperhatikan sector luar negri
Dalam
analisis makroekonomi penanaman modal oleh pengusaha di pandang sebagai sector
penting menentukan tingkat kegiatan ekonomi. Sedangkan factor luar negri tidak
memegang peranan sperti penanaman modal.
F. Proses Multiplier Di Negara Berkembang
Apabila sesuatu perekonomian
menghadapi masalah pengangguran, maka haruslah dilakukan pertambahan dalam
pengeluaran masyarakat. Besarnya pertambahan pengeluaran yang perlu dilakukan
supaya tingkat kesempatan kerja penuh dapat dicapai tergantung kepada dua
faktor: besarnya kecondongan konsumsi batas dan besarnya jurang di antara pendapatan
nasional pada kesempatan kerja penuh dan pendapatan nasional yang sekarang
tercapai.
Makin tinggi kecondongan konsumsi
batas, makin besar multiplier yang akan diciptakan oleh sejumlah pertambahan
dalam pengeluaran. Dengan demikian ini berarti pula bahwa makin tinggi
kecondongan konsumsi batas, makin sedikit pula pertambahan pengeluaran yang
diperlukan untuk menciptakan sejumlah pertambahan dalam pendapatan nasional dan
untuk mencapai kesempatan kerja penuh.
Di negara-negara berkembang bahagian yang terbesar
dari pendapatan masyarakat digunakan untuk konsumsi. Sebagai akibatnya
kecondongan konsumsi batas di negara-negara tersebut adalah lebih tinggi
daripada di negara-negara maju. Dengan demikian, berdasarkan kepada teori
multiplier, di negara-negara berkembang meningkatkan pendapatan masyarakat
merupakan masalah yang lebih mudah kalau dibandingkan dengan di negara-negara
maju. Selanjutnya teori makroekonomi didasarkan kepada pandangan bahwa
perubahan dalam tingkat pendapatan per kapita berhubungan rapat dengan
perubahan dalam tingkat kesempatan kerja. Ini disebabkan karena dalam analisa
makroekonomi dimisalkan bahwa tingkat teknologi, jumlah penduduk dan tenaga
kerja, dan jumlah alat-alat produksi adalah tetap dan tidak dapat ditambah.
Maka apabila produksi nasional bertambah, bersamaan
dengan keadaan tersebut berlaku pula pertambahan dalam kesempatan kerja,
tingkat pengangguran berkurang, dan kapasitas alat-alat produksi yang digunakan
juga akan bertambah tinggi. Karena pertambahan dalam pendapatan nasional selalu
berarti pula pertambahan dalam penggunaan tenaga kerja dan alat-alat produksi,
maka selanjutnya dapatlah disimpulkan bahwa, berdasarkan ramalan yang dibuat
dalam teori multiplier, masalah pengangguran di negara-negara berkembang adalah
lebih mudah diatasi daripada di negara-negara maju.
Tetapi pada kenyataannya keadaan
yang berlaku di negara-negara berkembang yang ditimbulkan oleh adanya
pertambahan dalam pengeluaran adalah jauh berbeda dengan keadaan yang
diramalkan dalam teori multiplier. Di negaranegara berkembang pengeluaran yang
berlebih-lebihan mungkin akan mengakibatkan inflasi walaupun dalam perekonomian
tersebut masth terdapat banyak pengangguran. Ini disebabkan karena:
(i)
kemampuan dari perekonomian tersebut untuk menambah produksi lebih terbatas
kalau dibandingkan dengan kemam¬puan dari negara-negara maju;
(ii) corak kegiatan ekonorni di negara-negara
berkembang sangat berbeda dengan di negara-negara maju, yaitu di negara-negara
berkembang sektor tradisionil menguasai sebahagian besar kegiatan ekonomi.
Kedua-dua faktor ini rnerupakan penyebab terpenting
yang mengakibatkan proses multiplier tidak dapat berjalan secara semestinya.
Proses multiplier seperti yang digambarkan dalam analisa makroekonomi tidak
dapat berlangsung seperti yang diharapkan karena di negara-negara berkembang
sektor produksi mempunyai kemampuan yang lebih terbatas untuk menaikkan jumlah
barang di pasar apabila permintaan berkembang dengan cepat. Seperti telah
dijelaskan, menurut teori multiplier, pertambahan pengeluaran yang dilakukan
masyarakat akan menambah pendapatan segolongan masyarakat lainnya. Golongan
masyarakat yang belakangan ini akan menggunakan sebahagian besar dari
pendapatan tersebut untuk konsumsi.
Dalam jangka pendek, sector produksi di Negara-negara
berkembang tidak mempunyai kesanggupan yang demikian. Faktor-faktor ini
menyebabkan sektor pertanian produktivitasnya sangat rendah dan kemarnpuannya
untuk menambah produksi sangat terbatas. Keadaan di sektor industri tidak
banyak berbeda dengan di sector pertanian. Bukan saja peranan sektor tersebut
dalam perekonomian sangat kecil, tetapi juga pada umumnya industri yang ada
merupakan industri rumahtangga atau industri yang bersifat labour intensive,
tingkat produktivitasnya tidak begitu tinggi dan ketrampilan para pekerjanya
masih lebih terbatas. Maka kemampuan untuk menambah produksi berbagai jenis
barang masih belum mencapai tingkat yang dicapai oleh sektor industri di
negara-negara maju.
Dalam analisa makroekonomi selanjutnya juga dianggap
bahwa sector perusahaan bersifat responsif terhadap rangsangan-rangsangan yang
terjadi di pasar. Apabila terdapat kemungkinan untuk memperoleh keuntungan yang
cukup besar maka mereka akan berusaha memperolehnya dengan memperbesar jumlah
penanaman modal. Sifat ini menambah kemampuan sektor produksi untuk memenuhi
kenaikan permintaan yang terdapat di pasar dari masa ke masa. Reaksi seperti
ini belum tentu terdapat di negara-negara berkembang karena adanya
kekurangan-kekurangan dana modal, keahlian usahawan, tenaga kerja terdidik, dan
tenaga kerja trampil. Di samping itu berbagai faktor sosial, ekonomi dan
polifik adakalanya sangat menghambat terwujudnya responsif yang sama sifatnya
dengan di negara-negara maju apabila terjadi pertambahan yang besar dalam
permintaan. Keadaan ini jelas kelihatan
di sektor pertanian.
Walaupun sejak lama negara-negara berkembang
menghadapi masalah kekurangan bahan makanan, sektor ini masih belum dapat
mengatasi masalah itu. Dalam teori memang terbuka kemungkinan yang luas sekali
kepada para petani untuk menaikkan produksi pertanian, yaitu dengan mengubah
cara-cara bercocok tanam yang dilakukan mereka sekarang ini, dengan cara-cara
yang akan mempertinggikan tingkat produktivitas dari kegiatan tersebut. Tetapi
sering sekali para petani tidak melakukan hal ini dan menaikkan produksi dengan
cepat, walaupun dalam perekonomian tersebut terdapat kelebihan dalam permintaan
dan usaha itu dapat menambah pendapatan mereka. Berarti para petani pada
umumnya tidak responsif terhadap rangsangan-rangsangan yang terdapat di pasar.
Terbatasnya responsif para petani terhadap
rangsangan-rangsangan yang terdapat di pasar disebabkan oleh beberapa faktor.
Faktor-faktor yang terpenting antara lain adalah, pertama, harga-harga hasil
pertanian pada umumnya jauh lebih tidak stabil kalau dibandingkan dengan
harga-harga barang industri. Ketidakstabilan ini menimbulkan keragu-raguan dan
keengganan para petani untuk melakukan penanaman modal untuk memperbaiki
cara-cara bercocok tanam mereka. Kedua, tenaga kerja di sektor pertanian
mempunyai pengetahuan yang lebih terbatas kalau dibandingkan dengan
pengusaha-pengusaha di sektor modern. Mereka misalnya tidak mengetahui tentang
adanya cara bercocok tanam yang lebih baik, cara mempertinggi efisiensi
penggunaan tanah dan cara untuk mempertinggi tingkat produktivitas.
Keadaan ini berbeda dengan keadaan dalam kegiatan
ekonomi modern. Dari masa ke masa para pengusaha terus-menerus mengadakan
perbaikan dalam berbagai aspek kegiatan mereka. Oleh karenanya kegiatan
tersebut bertambah efisien, produktivitasnya terusmenerus mengalami perbaikan
dan dapat selalu dengan cepat menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan yang
terjadi di pasar.
Di sektor industri, para pengusaha mempunyai reaksi
yang lebih sensitif terhadap perubahan-perubahan di dalam pasar kalau
dibandingkan dengan para produsen di sektor pertanian. Tetapi responsif mereka
tingkatnya tidaklah seperti yang berlaku di negara-negara maju. Beberapa faktor
dapat menim-bulkan keadaan demikian, seperti: kesukaran untuk memperoleh tenaga
ahli yang dapat menjalankan alat-alat produksi modern dengan efisien; kesukaran
untuk memperoleh tenaga pimpinan perusahaan yang, dapat memimpin perusahaan
dengan rnenguntungkan; lebih terbatasnya kesanggupan untuk mengembangkan
teknologi yang akan memperbaiki efisiensi dan mutu produksi: dan adakalanya
juga terdapatnya kesukaran untuk memperoleh valuta asing yang diperlukan untuk
mengimport bahan mentah dan barang-barang untuk mengembangkan industri.
G. Kebijakan Moneter Dan Fiskal Negara Berkembang
1. Kebijakan Moneter Dalam Negara Berkembang
Kebijakan
Moneter bersandar pada hubungan antara tingkat bunga dalam perekonomian, itu
adalah harga di mana uang yang bisa dipinjam, dan total pasokan uang. Kebijakan
moneter menggunakan berbagai alat untuk mengontrol salah satu atau kedua, untuk
mempengaruhi hasil seperti pertumbuhan ekonomi , inflasi , nilai tukar dengan
mata uang lainnya dan pengangguran. Dimana mata uang adalah di bawah monopoli
penerbitan, atau di mana ada sistem diatur menerbitkan mata uang melalui bank
yang terkait dengan bank sentral, otoritas moneter memiliki kemampuan untuk
mengubah jumlah uang beredar dan dengan demikian mempengaruhi tingkat suku
bunga (untuk mencapai kebijakan tujuan).
Awal
dari kebijakan moneter seperti itu berasal dari akhir abad 19, di mana ia
digunakan untuk mempertahankan standar emas .Suatu kebijakan disebut sebagai
kontraktif jika mengurangi ukuran jumlah uang beredar atau menaikkan tingkat
bunga. Sebuah ekspansif meningkatkan kebijakan ukuran jumlah uang beredar, atau
menurunkan tingkat suku bunga. Selain itu, kebijakan moneter adalah sebagai
berikut: akomodatif, jika tingkat bunga yang ditetapkan oleh otoritas moneter
pusat ini dimaksudkan untuk menciptakan pertumbuhan ekonomi; netral, jika tidak
dimaksudkan untuk menciptakan pertumbuhan atau memerangi inflasi, atau ketat
jika dimaksudkan untuk mengurangi inflasi.
Dalam
hampir semua negara modern, khusus lembaga (seperti Bank of England , dengan
European Central Bank , Reserve Bank of India , dengan Federal Reserve System
di Amerika Serikat, Bank of Japan , dari Bank of Canada atau Reserve Bank of
Australia ) ada yang memiliki tugas melaksanakan kebijakan moneter dan sering
independen dari eksekutif . Secara umum, lembaga-lembaga ini disebut bank
sentral dan sering memiliki tanggung jawab lainnya seperti mengawasi kelancaran
sistem keuangan.
Hal
ini mencakup mengelola jumlah uang beredar melalui pembelian dan penjualan
berbagai instrumen keuangan, seperti tagihan treasury, obligasi perusahaan,
atau mata uang asing. Semua hasil pembelian atau penjualan dalam mata uang
dasar kurang lebih memasuki atau meninggalkan sirkulasi pasar.
Biasanya,
tujuan jangka pendek operasi pasar terbuka adalah untuk mencapai target suku
bunga jangka pendek tertentu. Dalam kasus lainnya, kebijakan moneter bukan
sasaran mungkin memerlukan suatu nilai tukar tertentu relatif terhadap beberapa
mata uang asing atau yang lain relatif terhadap emas. Misalnya, dalam kasus
Amerika Serikat Federal Reserve menargetkan tingkat dana federal , tingkat di
mana bank meminjamkan kepada anggota satu sama lain dalam semalam, namun dengan
kebijakan moneter Cina adalah target nilai tukar antara Cina renminbi dan
keranjang mata uang asing.
Cara
utama lainnya melakukan kebijakan moneter mencakup:
·
Diskon
jendela pinjaman ( lender of last resort );
·
pinjaman
pecahan deposit (perubahan dalam persyaratan cadangan);
·
Moral
bujukan (membujuk pelaku pasar tertentu untuk mencapai tertentu hasil)
·
Teori
Kebijakan moneter adalah proses dimana pemerintah, bank sentral, atau otoritas
moneter dari kontrol negara terhadap jumlah uang beredar, ketersediaan uang,
dan biaya uang atau suku bunga untuk mencapai menetapkan tujuan berorientasi
pada pertumbuhan dan stabilitas ekonomi.
Kebijakan
Moneter bersandar pada hubungan antara tingkat bunga dalam perekonomian, itu
adalah harga di mana uang yang bisa dipinjam, dan total pasokan uang. Kebijakan
moneter menggunakan berbagai alat untuk mengontrol salah satu atau kedua, untuk
mempengaruhi hasil seperti pertumbuhan ekonomi, inflasi, nilai tukar dengan
mata uang lainnya dan pengangguran. Dimana mata uang adalah di bawah monopoli
penerbitan, atau di mana ada sistem diatur menerbitkan mata uang melalui bank
yang terkait dengan bank sentral, otoritas moneter memiliki kemampuan untuk
mengubah jumlah uang beredar dan dengan demikian mempengaruhi tingkat suku
bunga (untuk mencapai kebijakan tujuan). Awal dari kebijakan moneter seperti
itu berasal dari akhir abad 19, di mana ia digunakan untuk menjaga standar
emas. Suatu kebijakan disebut sebagai kontraktif jika mengurangi ukuran jumlah
uang beredar atau menaikkan tingkat bunga. Sebuah kebijakan ekspansif
meningkatkan ukuran jumlah uang beredar, atau menurunkan tingkat suku bunga.
Selain itu, kebijakan moneter adalah sebagai berikut: akomodatif, jika tingkat
bunga yang ditetapkan oleh otoritas moneter pusat ini dimaksudkan untuk
menciptakan pertumbuhan ekonomi; netral, jika tidak dimaksudkan untuk
menciptakan pertumbuhan atau memerangi inflasi, atau ketat jika dimaksudkan
untuk mengurangi inflasi.
2. Kebijakan Fiskal di Negara Berkembang
Kebijakan
Fiskal adalah kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah dalam rangka mendapatkan
dana-dana dan kebijaksanaan yang ditempuh oleh pemerintah untuk membelanjakan
dananya tersebut dalam rangka melaksanakan pembangunan. Atau dengan kata lain,
Kebijakan Fiskal adalah suatu kebijakan ekonomi dalam rangka mengarahkan
kondisi perekonomian untuk menjadi lebih baik dengan jalan mengubah penerimaan
dan pengeluaran pemerintah. Kebijakan ini mirip dengan kebijakan moneter untuk
mengatur jumlah uang beredar, namun kebijakan fiskal lebih menekankan pada
pengaturan pendapatan dan belanja pemerintah. Instrumen kebijakan fiskal adalah
penerimaan dan pengeluaran pemerintah yang berhubungan erat dengan pajak.
Pada
sektor rumah tangga(RTK), dimana rumah tangga melakukan pembelian barang dan
jasa yang dihasilkan oleh perusahaan untuk konsumsi daan mendapatkan pendapatan
berupa gaji, upah, sewa, dividen, bunga, dll dari perusahaan. kegiatan ekonomi
dengan Pemerintah adalah rumah tangga menyetorkan sejumah uang sebagai pajak
dan menerima penerimaan berupa gaji, bunga, penghasilan non balas jasa, dll.
Sedangkan dengan Dunia Internasional adalah rumah tangga mengimpor barang dan
jasa dari luar negeri untuk memenuhi kebutuhan hidup.
Pada
sektor perusahaan, kegiatan ekonomi memiliki hubungan dengan rumah tangga yaitu
perusahaan menghasilkan produk-produk barupa barang dan jasa yang dikonsumsi
oleh masyarakat dan memberikan penghasilah dan keuntungan kepada rumah tangga
barupa gaji, deviden, sewa, upah, bunga. Sedangkan hubungan dengan Pemerintah,
perusahaan akan membayar pajak kepada pemerintah dan menjual produk dan jasa
kepada pemerintah. Sedangkan hubungan dengan Dunia Internasional, perusahaan
melakukan impor atas produk barang maupun jasa dari luar negri.
Pada
sektor pemerintah, kegiatan ekonomi yang berhubungan dengan RumahTangga dimana
pemerintah menerima setoran pajak rumah tangga untuk kebutuhan operasional,
pembangunan. Dan untuk hubungan dengan Perusahaan, pemerintah mendapatkan
penerimaan pajak dari pengusaha dan
Pemerintah
membeli produk dari perusahaan berdasarkan dana anggaran belanja yang ada. Pada
sektor Dunia Internasional / Luar Negeri, dimana Hubungan dengan RumahTangga
adalah dunia internasional menyediakan barang dan jasa untuk kepentingan rumah
tangga. dan untuk Hubungan dengan Perusahaan, dunia internasional mengekspor
produknya kepada bisnis-bisnis perusahaan.
Negara
Indonesia yang sedang dilanda krisis ekonomi yang berlangsung sejak beberapa
tahun yang lalu. Dimana Tingginya tingkat krisis yang dialami negeri kita ini
diindikasikan dengan laju inflasi yang cukup tinggi. Sebagai dampak atas
inflasi, terjadi penurunan tabungan, berkurangnya investasi, semakin banyak
modal yang dilarikan ke luar negeri, serta terhambatnya pertumbuhan ekonomi.
Kondisi seperti ini tak bisa dibiarkan untuk terus berlanjut dan memaksa
pemerintah untuk menentukan suatu kebijakan dalam mengatasinya. Kebijakan
moneter dengan menerapkan target inflasi yang diambil oleh pemerintah
mencerminkan arah ke sistem pasar. Artinya, orientasi pemerintah dalam
mengelola perekonomian telah bergeser ke arah makin kecilnya peran pemerintah.
Pengaruh
krisis ekonomi pada kebijakan fiskal, dimana Berdasarkan AD/ART pemerintah
negara Indonesia, sebagaimana yang dipublikasikan oleh BI, untuk semester
pertama tahun anggaran 2000 terlihat bahwa telah terjadi defisit anggaran yang
disebabkan oleh peningkatan pengeluaran untuk subsidi dan pembayaran bunga
hutang. Meski sebenarnya terjadi peningkatan penerimaan, namun ternyata
besarnya peningkatan penerimaan masih jauh lebih rendah dibanding peningkatan
pengeluaran. Dominasi kebijakan moneter dibanding kebijakan fiskal dan
deregulasi sektor riil menyebabkan terjadinya kebijakan makro ekonomi yang
tidak seimbang.
Instrumen
kebijakan fiskal adalah penerimaan dan pengeluaran pemerintah yang berhubungan
erat dengan pajak. Dari sisi pajak jelas jika mengubah tarif pajak yang berlaku
akan berpengaruh pada ekonomi. Jika pajak diturunkan maka kemampuan daya beli
masyarakat akan meningkat dan industri akan dapat meningkatkan jumlah output.
Dan sebaliknya kenaikan pajak akan menurunkan daya beli masyarakat serta
menurunkan output industri secara umum.
H. Mekanisme Pasar di Negara Berkembang
Penerapan
prinsip mekanisme pasar secara global memunculkan dampak ketimpangan dalam
kehidupan masyarakat di Indonesia dan negara berkembang lainya. Kondisi ini
diperparah oleh jargon-jargon paham liberal yang terorganisasi yang diusung
International Monitary Fund (IMF) dan World Bank. Jargon tersebut jelas sangat
memotivasi terjadinya ketimpangan sosial.
Menteri
Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Mennakertrans) Erman Suparno mengungkapkan,
ketimpangan sosial tersebut bukan hanya terjadi di suatu bangsa yang
berkedaulatan dalam bingkai negara. Tetapi ketimpangan di bidang sosial,
ekonomi, dan aspek kehidupan lainnya terjadi antar-bangsa dan antar-negara.
"Ketimpangan sosial akibat penerapan mekanisme pasar global tersebut
memunculkan pula ketimpangan politik umat manusia. Khususnya antara negara maju
dan berkembang atau yang sedang berkembang," ujar Erman di Bandung,
kemarin, usai menghadiri wisuda di Lembaga Pendidikan dan Ketrampilan Ariyanti.
Di
Eropa Barat, Amerika Utara Asia Timur, Australia, dan Selandia Baru yang
dikenal sebagai negara maju, masyarakatnya lebih siap untuk menghadapi
penerapan mekanisme pasar global tersebut. Bahkan masyarakat di negara-negara
tersebut dapat menikmati manfaat dari proses globalisasi itu. Sebaliknya,
masyarakat di belahan Eropa Timur, Asia Selatan, dan sebagian Asia Tenggara
serta Afrika yang dikenal sebagai negara berkembang menanggung derita akibat
dari proses globalisasi itu.
Negara-negara
maju berhasil membangun kualitas sumber daya manusia (SDM), karena dikategorikan
sebagai investasi SDM (human capital investment). Jelas ini pun sekaligus
mencerminkan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk bisa mengelola
sumber daya alam (SDA), sehingga bisa memberikan kemakmuran terhadap masyarakat
secara merata. Sebaliknya negara-negara berkembang umumnya belum bisa
meningkatkan kualitas SDM untuk mengelola SDA. Ini berakibat pada kemakmuran
masyarakat yang tidak merata. Indonesia termasuk salah satunya. Maka dari itu,
dalam lima tahun ke depan, Indonesia harus mampu mengejar ketertinggalan dalam
membangun SDM, sehingga mampu mengelola SDA secara maksimal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar