KRISIS EKONOMI
A. Jenis
Krisis Ekonomi dan Jalur Transmisi Dampaknya
Perubahan ekonomi dapat menjelma
menjadi sebuah krisis ekonomi. Dari proses terjadinya , krisis ekonomi mempunyai
dua sifat , yaitu :
a. Krisis
ekonomi yang terjadi secara mendadak atau muncul tanpa ada nya tanda-tanda.
Tanda umum terjadinya krisis ini secara umum disebut goncangan ekonomi tak
terduga.Contoh : Kenaikan harga minyak mentah yang sangat besar di pasar
internasional pada tahun 1974 oleh OPEC.
b.
Krisis ekonomi yang sifatnya tidak mendadak yaitu krisis yang melewati proses
akumulasi yang cukup panjang. Contoh krisis ini adalah krisis ekonomi global
ang terjadi pada periode 2008-2009. Krisis ini diawali dengan suatu krisis
keuangan yang paling serius yan pernah terjadi di AS setelah depresiasi pada
dekde 30-an, yang akhirnya merambah kenegara-negara maju lainnya seperti Jepang
dan Eropa lewat keterkaitan – keterkaitan keuangan global.
Krisis ekonomi di suatu negara atau
wilayah dapat berasal dari luar negeri dan dalam negeri / wilayah
tersebut. Bersumber dari dalam, misalnya penurunan produksi suatu
kuantitas secara mendadak.Keadaan ini biasanya terjadi pada sektor pertanian
yang deisebabkan gagal panen karena perubahan cuaca yang ektrim atau bencana
alam .Bersumber dari luar , seperti krisis ekonomi glon]bal yang terjadi pada
tahun 2008-2009 .
Krisis-krisis ekonmi yang berasal
dari sumber-sumber yang berbeda juga mempunyai proses tau jalur tranmisi dampak
yang berbeda , dan sektor-sektor ekonomi yang secara langsung terkena dampaknya
juga berbeda.
1.
Krisis Produksi
Krisis produksi adalah termasuk tipe
krisis ekonomi yang bersumber dari dalam negeri .Krisis ini bisa dalam bentuk penurunan
produk domestik secara mendadak dari sebuah komoditas pertanian, contohnya :
padi/beras .Penurunan produkssi tersebut berakibat langsung pada penurunan
tingkat pendapatan rill dari para petani dan para buruh tani padi.
Apabila padi/beras selain dikonsumsi
secara langsung juga digunakan sebagai bahan baku utama oleh sektor-sektor
ekonomi lainnya, misalnya industri makanan dan minuman dan volume produksi ,
kesempatan kerja dan pendapatan sektor-sektor terkait juga akan mengalami
penurunan. Hal ini merupakan efek tidak langsung dari krisis tersebut. Secara
keseluruhannya tingkat kemiskinan di wilayah– wilayah tersebut akan mengalami
peningkatan yang besar. Jika pemerintah di sebuah provinsi mengalami penurunan
produksi padi dan tidak melakukan impor beras untuk mengkompensasi kekurangan
beras di pasar lokal akan menyebabkan kelebihan permintaan dalam provinsi
tersebut. Dan sesuai mekanisme pasar harga beras di provinsi tersebut akan
melonjak naik yang berakhir dengan inflasi yang tinggi.
Dalam tipe ini , jalur-jalur
transmisi dampaknya terhadap kemiskinan adalah perubahan-perubahan dalam harga
(inflasi), jumlah kesempatan kerja dan tingkat pendapatan.Kelompok kelompok
masyrakat yang paling rentan terhadap tipe kriris ini adalah petani dan
keluarganya , buruh tani dan keluarganya , dan pada peringkat berikutnya adalah
para pekerja dan pemilik usaha serta keluarga mereka di sektor lainnya yang
terkait lewat produksi dengan subsektor pertanian.
2.
Krisis Perbankan
Dampak langsung atau fase pertama dari
efek krisis perbankan adalah kesempatan kerja dan pendapatan yang menurun di
subsektor keuangan tersebut. Pada fase kedua, krisis perbankan merembet ke
perusahaan-perusahaan yang sangat tergantung pada sektor perbankan dalam
pembiayaan kegoatan-kegiatan produksi / bisnis mereka.Perusahaan tersebut tidak
bisa mendapatkan pinjaman dari perbankan karena subsektor keuangan tersebut
sedang mengalami kekurangan atau kebangkrutan atau perusaahaan masih dapat
kredit tapi tetapi dengan tingkat suku bunga pinjaman (R) yang jauh lebih
tinggi dibandingkan pada saat perbankan dalam keadaan normal. Kenaikan suku
bunga disebabkan oleh permintaan kredit dunia usaha yang besar di satu sisi dan
disisi lain dana yang terkumpul dari pihak tinggi untuk di salurkan sebagai kredit
usaha yang terbatas.
Rumah tangga juga terkena dampak
krisis ini.Ada dua macam dampak terhadap rumah tanggga dan dua tipe kelompok
rumah tangga yang terkena dampaknya. Pertama , kelompok rumah tangga kaya
:tabungan mereka hilang karena bank-bank yang menyimpan uang mereka bangkrut.
Kedua, kelompok rumah tangga non-kaya : pengeluaran-pengeluaran mereka terutama
untuk barang-barang buksn kebutuhuhan pokok menurun karena mereka tidak bisa
lagi meminjam dari bank , atau masih tetap bisa mendapatkan kredit konsumen
namun dengan tingkat R yang sangat tinggi yang membuat biaya pinjaman menjadi
terlalu mahal.
Dalam tipe krisis ini , jalur-jalur
tranmisi paling utana lewat mana krisis tersebut berdampak pada tingkat
kemiskinan yaitu : perubahan dalam arus kredit dari perbankan ke dunia usaha
atau tingkat suku bunga pinjaman , volume produksi , jumlah kesempatan kerja
dan tingkat pendapatan masyarakat.Kelompok- kelompok masyrakat yang paling
rentan terhadap krisis ini adalah bukan masyarakat miskin melainkan
masyrakat kelas menegah keatas.
3.Krisis Nilai Tukar
Perubahan kurs dari sebuah mata uang
, misalnya rupiah terhadap dollar AS diangggap krisis apabila kurs dari mata
uang tersebut mengalami penurunan tau depresiasi yang sangat besar yang
prosesnya mendadak dan berlangsung secara teru-menerus yang membentuk sebah
tren yang meningkat. Dampak langusng krisis ini adalah pada ekspor dan impor.
Menurut teori konvensional mengenai perdagangan internasional depresiasi nilai
tukar dari suatu mata uang terhadapa misalnya dollar AS yang membuat daya saing
harga dari produk-produk buatan negara dari mata uang tersebut membaik, yang
selajutnya membuat volume ekspor meningkat. Teori ini didasarkan pada asumsi
bahwa faktor-faktor lain yang mempengaruhi secara langsung maupun tidak
langsung volume ekspor konstan tidak berubah.
Disisi impor, akibat kurs mata
uang nasional melemah, misalnya dalam rupiah dari Rp.2000 per satu dollar AS
menjadi Rp.10.000 per satu dollar AS maka harga-harga dalam negeri dari
produk-produk impor akan naik, bahkan dapat menyebabkan meningkatnya laju
inflasi Indonesia.
Besar pengaruhnya terhadap laju
inflasi sangat bergantung pada jenis produk yang paling banyak di impor dan
keterkaitan antara barang-barang yang diimpor dengan kegiatan-kegiatan produksi
dalam negeri. Sebagai suatu respon langsung dari kenaikan harga ada 2
kemungkinan , yaitu : Pertama , volume impor menurun dan apabila barang impor
tersebut adalah bahan baku atau kebutuhan lainnya untuk kegiatan produksi
domestik, maka produksi dalam negri juga akan berkurang dan berakibat pada
peningkatan jumlah pengangguran dan kemiskinan. Kedua, volume impor mungkin
tetap tidak berkurang karena sangat dibutuhkan di dalam negeri. Jika barang
impor tersebut adalah bahan baku maka biaya produksi dalam negeri akan
meningkat dan hasilnya adalah peningkatan laju inflasi lewat suatu efek
penggandaan.
Jadi depresiasi nilai tukar dari
suatu mata uang pada dasarnya berdampak positif terhadap ekonomi dari negara
yang mata uangnya mengalami pelemahan lewat sisi ekspor dan berdampak
negatif lewat sisi impor.
4.Krisis
Perdagangan
Dalam krisis ekonomi yang berasal
dari sumber eksternal ada dua jalur utama yaitu perdagangan dan investasi /
arus modal.Didalam jalur perdagangan internasioanl ada 2 sub jalur, yaitu
ekspor dan impor .Dalam jalur ekspor misalnya ekspor barang , keaadan krisis
bagi sebuah negara eksportir bisa terjadi baik karena harga di pasal
internasional dari komoditas yang di ekspor menurun secara drastis atau
permintaan dunia terhadap komoditas tersebut turun secara signifikan.
Dalam ekspor jasa, suatu krisisbisa
terjadi jika jumlah wisatawan asing yang bekunjung kedalam negeri menurun
secara drastis atau jumlah pengiriman uang ke Indonesia dar TKI yang bekerja
diluar negeri mengalami penurunan yang signifikan.
Dalam hal impor , suatu kenaikan
harga dunia yang signifikan atau suatu penurunan secara tiba-tiba dan dalam
jumlah yang besar dari persediaan dunia untuk suatu komoditas yang di
perdagangkan di pasar global dapat menjadi suatu krisis ekonomi yang serius
bagi negara-negara importir jika komoditas itu sangat crusial misalnya , beras
atau minyak yang juga serimg merupakan komoditas-komoditas kunci
bagi masyrakat miskin.
5.Krisis Modal
Pengurangan modal didalam negeri
dalam jumlah yang besar atau penghentian bantuan serta pinjaman luar negeri
akan menjadi sebuah krisis ekonomi bagi banyak dunia miskin di dunia.Pelarian
modal baik yang berasal dari sumber dalam negeri maupun luar negeri yang
besar dan secara mendadak bisa menjelma menjadi sebuah krisis besar bagi
ekonomi negara-negara yang sangat memerlukan modal investasi.
Proses mulai dari larinya modal
keluar negeri hingga menjadi sebuah krisis ekonomi sangat sederhana : dana
investasi di dlam negeri berkurang, investasi menurun,kegiatan / volume
produksi dan tingkat produktivitas menurun, pertumbuhan ekonomi menurun, jumlah
angkatan kerja yang bisa bekerja berkurang , tingkat pendapan rill menurun dan
pada akhirnya , tingkat kemiskinan bertambah.Di sisi lain , suatu pelarian modal
dalam julah besar akan menyebabkan depresiasi nilai tukar mata uang dari negara
bersangkutan.
Dalam kasus ini , jalur-jalur
tranmisi memilki dampak utama yakni perubahan – peruubahan dalam jumlah
investasi , khususnya investasi jangka panjang , volume produksi dan jumlah
tenaga kerja yang bekerja.Kelompok masyarakat yang paling rentan terhadap
krisis ekonomi dari kategoriini bisa kelompok miskin tetapi bisa juga kelompok
non-miskin tergantung pada sektor atau industri yang paling dirugikan
dengan kekurangan modal investasi.
Rangkuman dari pembahasan semua tipe
krisis ekonomi tersebut menunjukkan bahwa tingkat atau laju inflasi dan jumlah
kesempatan kerja atau jumlah orang yang mengganggur adalah penentu-penentu
utama dari tingkat penentu kemiskinan.
B.
Jalur Transmisi Kunci dan Indikator Monitoring Dampak Krisis
Rangkuman dari pembahasan diatas
akan diterrangkan pada tabel berikut memberikan sebuah daftar dari jalur-jalur
transmisi dampak utama menurut tipe-tipe krisis ekonomi tersebut. Jalur-jalur
itu dapat diperingkat menurut proses munculnya efefk-efek dari sebuah krisis :
jalur-jalur pertama/primer (*), jalur-jalur kedua /sekunder (**) , jalu-jalur
ketiga (***) dan seterusnya.
Jalur-jalur transmisi Dampak Utama
dan Indikator-Indikator Utama untuk Memonitor Pengaruh dari Krisis Ekonomi
menurut Tipe Krisis
Tipe Krisis Ekonomi
|
Jalur-Jalur Transmisi Utama
|
Indikator-Indikator Utama untuk
Memonitor Dampak
|
Krisis Produksi
|
Kesemptan Kerja (*)
Pendapatan *
Inflasi*
|
Output menurut sektor dan wilayah
Kesempatan Kerja menurut sektor dan wilayah
Pendapatan menurut sektor dan wilayah
Inflasi (IHK) menurut wilayah
Kemiskinan menurut wilayah
|
Krisis Perbankan
|
Kredit*
Suku bunga pinjaman *
Output*,**
Kesempatan kerja**,***
Pendapatan**,***
|
Output menurut sektor dan wilayah
Kesempatan kerja menurut sektor dan wilayah
Pendapatan menurut sektor dan wilayah
Kemiskinan menurut wilayah
|
Krisis Nilai Tukar
|
Ekport*
Import*
Ouput**
Kesempatan kerja***
Pendapatan***,****
Inflasi***
|
Ekspor menurut sektor dan wilayah
Impor menurut sektor dan wilayah
Output menurut sektor dan wilayah
Inflasi menurut wilayah
Kesempata kerja menurut wilayah
Pendapatan menurut sektor dan wilayah
Kemiskinan menurut wilayah
|
Krisis Ekspor
|
Output*
Kesempatan Kerja **
Pendapatan **,***
|
Ekspor menurut sektor dan wilayah
Output menurut sektor dan wilayah
Kesempata kerja menurut wilayah
Pendapatan menurut sektor dan wilayah
Kemiskinan menurut wilayah
|
Krisis Impor
|
Output*
Kesempatan Kerja **
Pendapatan **
Inflation **
|
Output menurut sektor dan wilayah
Kesempata kerja menurut wilayah
Pendapatan menurut sektor dan wilayah
Inflasi menurut wilayah
|
Krisis Modal
|
Output *
Nilai Tukar *
Kesempatan kerja **
Pendapatan **
Inflasi **
|
Output menurut sektor dan wilayah
Kesempata kerja menurut wilayah
Pendapatan menurut sektor dan wilayah
Inflasi menurut wilayah
Kemiskinan menurut wilayah
|
Sebuah krisis ekonomi bisa memiliki
jalur-jalur pertama, kedua dan ketiga sekaligus , tergantung pada tipe krisis
ekonomi tersebut.Dalam krisis ekonomi juga mempengaruhi satu sektor ekonomi,
sebuah jalur transmisi bisa masuk kategori primer untuk satu sektor sementara
untul sektor-sektor lainnya yang juga terkena dampaknya , jalur tersebut masuk
kedalam kategori sekunder.
Tabel diatas juga mengusulkan
sejumlah indikator utama yang dapat digunakan untuk memonitor dampak dari suatu
krisis ekonomi khususnya terhadap kemiskinan menurut setiap tipe krisis yang
telah dibahas.
C.
ANALISIS EMPIRIS
1. Krisis Keuangan Asia 1997-1998
Kisis keuangan asia muncul sekitar pertengahan
tahun 1997 dan mencapai klimaksnya pada tahun 1998 dipicuh pada awalnya oleh
larinya modal , terutama modal jangka pendek. Dari Thailand, secara tiba-tiba
dalam jumlah yang tidak kecil, cukup kuat untuk membuat banyak investor dan
pengusaha gugup dalam menanggapinya.Pelarian ini menyebabkan nilai tukar Bath
terhadap dollar AS terdepresiasi dalam jumlah yang cukup besar.Dalam waktu yang
tak lama , hal yang sama juga terjadi di Indonesia yang membuat nilai tukar
rupaiah terhadap dollar AS melemah.
Proses mulai terjadi ada pertengahan
kedua tahun 1997 dan terus berlangsung hingga sempat mencapai diatas Rp 10.000
per satu dollar Asdalam eriode 6 bulan pertama tahun 1998.Pemerintah berupaya
mengehentikan jatuhnya nilai tukar rupiah dan sekaligus memnbalikkan arus modal
yang lari kembali ke dalam negeri dengan menaikkan tingkat suku bunga tabungan
dalam suatu persentase yang paling tinggi yang pernah dilakukan oleh otoritas
moneter Indonesia dalam sejarah negara tersebut.Namun, kebijakan itu gagal mengehntikan
laju penurunan nilai tukar rupiah dan tidak mampu menarik kembali modal dari
luar Indonesia. Akhirnya , pemerintah Indonesia terpaksa melepas sistem
penentuan kurs rupiah managed floating pada tahun 1998 karena Bank Indonesia
sudah mulai kehabisan stok dollar AS untuk intervensi pasar, sistem yang tealh
dianut sejak awal pemerintahan orde baru.
Pada dekade 1970-1n
hinggapertengahan 1990-an , Thailand , Indonesia serta beberapa ekonomi Asia
lainnya, seperti Malaysia, Sjngapura, Filipina, Korsel, Hongkong-cina, dan
Cina-taipei merupaka ekonomi-ekonomi dengan kinerja yang sangat baik yang
ditunjukkan dengan laju pertumbuhan PDB yang rata-rata tinggi yang membuat
investor asing tergiur menananmkan modal mereka , termasuk perusahaan reksa
dana.Namun modal asing yang masuk kebaanyakan jangka pendek bukan invesatsi
jangka panjang serta banyaknya pinjaman komersial jangka pendek yang berbunga
cukup tinggi.
Menjelang pertengahan tahun
1997,perekonomian Asia terkhusus indonesia ,Thailand, Malaysia, dan Korsel mulai
menunjukkan kecendrungan memanas, yang salah satu tandanya dalah laju inflasi
yang mulai merangkak naik. Kecendrungan ekonmi yang memanas kahirnya bisa
meledak dan membuat para investor asing yang memegang saham-saham dari
perusahaan-perusahaan besar di negara tersebut mulai khawatir dan kemungkinan
khawatir yang berlebihan ini membuat mereka yakin bahwa tidak lama lagi
ekonomi dari negara tersebut meledak. Akhirnya banyak investor asing pada waktu
itu yang menjual saham yang mereka pegang., khusunya di Indonesia.
Dalam waktu yang tidak lama,
depresiasi kuurs rupiah menimbulkan suatu krisis keuangan / perbankan yang
paling besar yang pernah ada di Indoenesia sepanjang sejarah dan memaksa
sejumlah bank swasta tutup menjelang akhir tahun1997 serta bergabunngya
sejumlah bank milik pemerintah. Keputusan pemerintah untuk menutup sejumlah
bank mengakibatkan kepanikan masyrakat yang mengakibatkan mereka
berbondong-bondong menarik uang mereka dari semua bank.Akibat langsung dari
tindakan masyarakat ini adalah munculnya efek domino : bank-bank yang
sebenarnya tidak mempunyai masalah keuangan akhirnya ikut goyang akibat
kehabisan dana dari pihak ketiga.Hal ini akhirnya menyebabkan krisis ekonomi
yang terparah yang pernah dialami indonesia sejak tahun 1945.
Selain mengakibatkan sejumlah
bank mengalami likuiditas yang sangat serius, depresiasi nilai tukar juga
berdampak buruh terhadap perusahaan non-bank di dalam negeri yang banyak impor
dan memilki ULN dalam jumlah yang banyak dalam mata uang assing yang terapresaisi
atau menguat terhadap rupiah, yaitu dollar AS. Banyak dari mereka yang harus
berhenti beroperasi karean tidak mampu membayar hutang mereka atau meneruskan
impor.
Kebanyakan pinjaman internasional
dilakukan oleh sektor swasta yang melakukan pinjaman jangka pendek yang
dipakainya untuk membiayai pembangunan proyek-proyek jangka panjang . Hal ini
merupakan salah satu kesalahan yang besar. Salah satu kesalahan besar
lainnya perusahaan-perusahaan banyak meminjam uang dari luar negeri tidak
melindungi pinjaman mereka dalam bentuk melakukan hedging, karena para
pengusaha berpikir bahwa Soeharto akan bertahan sebagai presiden dan dia kan
konsisten dengan sistem penentuan kurs “ setengah tetap” yan berarti kurs
rupiah tidak akan mengalami perubahan yang cukup besar selama soeharto
berkuasa.
Dengan jatuhnya nilai rupiah dan
pada waktu yang bersamaan tingkat suku bunga di pasar uang sangat tinggi serta
sektor perbankan rontok, krisis tersebut pertama-tama menghantam kelompok
masyarakat berpendapat menengah dan tinggi di perkotaan, seperti pegawai dan
pemilik bank dan perusahaan-perusahaan besar yang menggantungkan diri pada
pendanaan perbankan dan impor bahan baku , barang-barang modal, dan pembantu
dan input lainnya.Sedangkan usaha mikro / kecil dan menengah pada umumnya
beroperasi di sektor informal yang dilakukan oleh masyarakat berpendapatan
rendah atau miskin lebih tahan terhadap goncangan.
Dengankata lain , sesuai sifat dari
krisis ekonomi 1997-1998 dan perbedaan sifat antara sektor formal dan sektor
informal , sektor pertama itu kebih banyak mengalami dampak negatif dari krisis
tersebut dibandingkan dengan sektor informal. Pada tingkat makro , ekoomi
indonesia mengalami suatu resesi yang paling dalam yang pernah terjadi
sepanjang sejarah Indonesia modern. Pada tahun 1998 , saat krisis keuangan asia
mencapai titik terburuk , pertumbuhan ekonomi Indonesia tercatat minus negatif
13,7 %. Laju pertumbuhan negatiif ini jauhh lebih besar dari pertumbuhan
positif tertingginyang pernah tercapai oleh Indonesia selama pemerintahan ORBA
yang rata-rata pertahun 7 persen atau 8 persen pertahun terutama pada masa
dekade 80-an.
Berdasarkan data BPS, pertumbuhan
PDB yang negatif terjadi karena hampir semua ektor ekonomi di dalam negeri
mengalami pertumbuhan output yang negatif.Paling parah tercactat di sektor
bangunan, terutama dari sub sektor perumahan/ apartemen dan gedung-gdung
pertokoan serta perkantoran yang mencaapai hampir minus 40 persen pada tahun
1998.Sektor bangunan termsuk sektor ekonomi yang memiliki banyak keterkaitan
produksi berlapis-lapis ke belakang seperti industri-industri pembuat
bahan-bahan bangunan dan sektor-sektor yang memasok berbagai bahan baku untuk
industri-industri tersebut.
Sektor kedua yang mengalami
pertumbuhan negatif adalah sektor keuangan, khususnya perbankan yang tercatat
sebesar -26,7 persen. Pada masa orde Baru, sub sektor keuangan tersebut
mengalami suatu perkembangan yang sangat pesat, terutama sejak di keluarkannya
deregulasi perbankan pertama pada awal dekade 80-an. Rontoknya sub sektor
keuangan ini terutama disebabkan oleh kredit macet , baik antar sesama bank
dalam negeri maupun antar perbankan dengan perusaahaan –perusahaan besar non
bank yang tidak mampu lagi memenuhi kewajiban mereka membyar htang yang telah
jatuh tempo, serta bunganya karena perusahaan tersebut juga terkena imbas
dari krisis 1997-1998.Selain itu banyaknya bank nasional yang tidak mampu
membayar hutang luar negeri mereka kaarena perbedaan kurs rupiah sangat besat
yang tidak diantisipasi sebelumnya.Hancurnya sektor perbankan akan menambah
sulit perushaan dalam negeri mempertahankan, apalagi meningkatkan volume
produksi mereka, karena kesulitan mendapatkan kredit bank di dalm negeri.
Dua sektor lainnya yang juga
mengalami penurunan volume produksi cukup besar pada tahun 1998 adalah
perdagangan, hotel, dan restaurant dengan-18,9 %, dan industri manufaktur yang
hampir mencapai -13,0 %. Dua sektor tersebut sangat padat karya yang berarti
efek negatifnya terhadap kesempatan kerja di Indonesia sangat besar.Efek
langusungnya yaitu pekerja-pekerja terpaksa di berhentikan di kedua
sektor tersebut. Sedangkan efek tidak langsungnya juga sangat besar karena
kedua sektor tersebut mempunyai keterkaitan produksi yang kuat dengan
sektor-sektor hulu dan hilir yang artinya efek totalnya dari pertumbuhan ouput
negatif di perdagangan , hotel, retaurant dan industri manufaktur terhadap
peningkatan jumlah pengangguran di Indonesia bisa jauh lebih besar dari pada
efek langusngnya.
Sedangkan sektor-sektor ekonomiyang
tetap menghasilkan pertumbuhan output yang positif pada tahun 1998 adalah
pertanian , listirk, gas, transportasi dan komunikasi dengan masing-masing
tercatat sekitar 0,2 persen, 3,7 persen , dan 16,23 persen. Pertumbuhan ouput
yang bisa tetap positif di sektor pertanian itu terutama adanya dukungan dari
subsektor-subsektor perkebunan, kehutanan,dan perikanan yang memproduksi mereka
terus positif meskipun terjadi krisis.
Setelah pengalaman pahit itu,
pemerintah Indonesia melakukan banyak langkah untuk mecegah agar di kemudian
hari, walupun krisis akan sangat mungkin terjadi namun danpaknya terhadap
pereknomian Indonesia bisa ditekan seminimum mungkin. Langkah-langkah tersebut
terutama fokus pada :
1.
Memperkuat ekspor non-migas
2.
Mengurangi dan menghilangkan ketergantungan pada ULN,impor, investasi jangka
pendek atau yang bermotivasi spekulasi
dihilangkan
3.
Memperkuat sektor perbankan / keuangan
4.
Menerapkan kembali mekanisme penentuan kurs berdasarkan sistem bebas terkendali
5.
Menyaipkan cara /kebijakan penanggulangan krisis yang bagus dengan
memperhatikan semua fakktor-faktor yang secara teori sangat memungkinkan
munculmya suaatu krisis serupa.
2. Krisis Ekonomi Global
2008-2009
Krisis
ekonomi global ini di picu oleh krisis keuangan yang terjadi di AS pada tahun
2007 dan melalui keterkaitan keuangan global, krisis tersebut menjalar ke
sebagian besar dunia, terutama negara-negara maju seperti jepang dan UE yang
secara ekonomi dan keuangan sangat terintegrasi dengan AS.
Di Asia , banyak negara yang terkena
dampak dari krisis tersebut, termasuk china , India dan Indonesia ; walaupun
derajat dari dampaknya bervariasi antarnegara, tergantung pada kondisi dan
tingkat intergrasi dari negara bersangkutan dengan ekonomi dunia.
Krisis 2008-2009 tersebut
mempengaruhi banyak negara melalui sejumlah jalur, yaitu ekspor, investasi dan
pengiriman uang dari pekerja-pekerja migran.Namun, demikian jalur paling utama
untuk sebagian besar negara-negara yang terkena dampaknya adalah ekspor.
Dampak dari krisis itu sangat luas
terhadap volume eksport,jumlah produksi dan para pekerja dan keluarga
mereka di negara-negara Asia yang berorientasi ekspor tersebut.Upaya untuk
mengurangi pengaruh negatif dari krisis ekonomi global tersebut terutama terhadap
masyrakat miskin atau untuk mencegah supaya tingkat kemiskinan tidak bertambah,
pemerintah di negara-negara asia tersebut seperti halnya pemerintah di
negara lainnyajuga terkena efek negatif , yakni mengeluarkan berbagai kebijakan
baik yang berbasis pasar maupun regulasi , termasuk kebijakan stimulus
fiskalyang memilki tujuan untuk menstimulasi permintaan domestik.
Ekspor merupakan jalur tranmisi yang
memilki dampak bagi kebanyakan negara, terutama negara –negara yang
berorientasi ekspor maka krisis ekonomi global 2008-2009 bagi banyyak
negar termasuk Indonesia merupakan krisis permintaan dunia.Proses selanjutnya,
voume produksi dan jumlah kesempatan kerja di perusahaan-perusahaan itu juga
menurun dan juga di perusahaan –perusahaan domestik lainnya.
Penurunan kesempatam kerja dan
penambhan jumlah pengangguran selanjutnya menyebabkan penurunan pendapatan rill
masyarakat.Rendahnya pendapatan rill individu atau RT selanjutnya menambah
penurunan permintaan pasar domestik terhadap barang dan jasadan akbat
selanjutnya adalah kegiatan produksi di dalam negeri tambah berkurang lagi,
sehingga jumlah pengaangguran semakin banyak dan pendapatan masayarakat semakin
rendah lagi.
Dinegara-negara besar seperti
Indonesia yang terdiri atas berbagai pulau yang jumlahnya sangat banyak dan
pembagian wilayah administrasi dalam jumlah yang juga banyak dengan kondisi dan
karakteristik yang berbeda , damppak dari krisis global ini juga bisa berbeda
antar wilayah.
Berdasarkan uraian diaatas , krisis
bergantung pada :
1. Pentingnya
komoditas-komoditas yang dipengaruhi oleh krisis tersebut dalam jumlah total
ekspor indonesia ,
2.
Pentingnya ekonomi-ekonomi dari wilayah dimana perusahaan-perusahaan atau
sektor-sektor yang menghasilkan komoditas-komoditas itu berlokasi,
3. Keterkaitan-keterkaittan
produksi kebelakang dan kedepan dari perusahaan-perusahaan/ sektor-sektor
tersebut dengan ekonomi nasional.
Dari pembahsan diatas , bisa di
simpulkan bahwa bagi Indondesia krisis ekonomi global sangat berbeda
dengan krisis keuangan Asia yang terjadi pada dekade 90-an itu dalam dua aspek.
Pertama : krisis global adalah goncangan eksternal sedangkan krisis keuangan
asia bersumbser dari dalam negeri.Kedua : Krisis global merupakan sebuah krisis
permintaan dunia yang di sebabkan oleh merosotntya pendapatan di sejumlah
negara industri maju sedangkan krisis keuaangan Asia bagi Indonesia sebuah
krisis mata uang rupiah yang disebakan oleh larinya modal keluar, terutama
dalam dollar AS yang disusul dengan sebuah krisis keuangan dan berakhir dengan
sebuah krisis ekonomi.Negara berkembang di Asia yang terkena pwngaruh negatif
dari krisis 2008/2009 tersebut walaupun pada awalnya negara-negara itu ,
termasuk Indonesia masih kelihatan adem-adem saja seakan-akan tidaka terjangkau
dampaknya.
Kemampuan Indonesia mempertahankan
pertumbuhan ekonomi yang positif selama periode krisis utama karena permintaan
agregat di dlam negeri yang tetap bisa tumbuh dengan baik, khususnya permintaan
rumah tangga (swasta) dan konsumsi pemerintah. Selain itu pemerintah pusat juga
mentransfer dana segar ke 18,5 juta rumah tangga miskin dalam dua bulan pertama
tahun 2009 dan menurnkna pajak sebagai bagian dari apa yang di sebut stimulus
fiskal. Tujuan utama stimulus ini adalah untuk mengurangi dampak krisis
2008-2009 terhadap kegiatan domestik.
Namun disisi lain ketatnya
penyaluran penyaluran kredit perbankan baik untuk tujuan konsumsi rumah tanggga
maupun untuk kegiatan produksi/dunia usaha pada saat itu, membuat
tingginya tingkat suku bunga pinjaman, permintaan maupun penawaran pasar
sedikit lesu. Rendahnya arus kredit perbankan yang mengalir pada kegiatan
ekonomi saat itu disebakna oleh dua lasan utama. Pertama :Banyak perusahaan
didalam negeri yang tidak kondusif terkait dengan krisis, sehingga permintaan
kredit tidak bertambah. Kedua : Sejak pengalaman buruk yang dialami oleh sektor
perbankan pada masa krisis keuangan Asia pada tahun 1997-1998 lalu dengan
banyaknya kredit macet dari perusahaan peminjam membuat perbankan menjadi
ekstra hati-hati dalam menyalurkan kredit , khususnya dalam kondisi dalam
kondisi ekonomi tidak kondusif seperti pada krisis 2008-2009.
Berdasarkan data negara dari ADB dan
IMF, di negara berkembang Asia , arus masuk modal asing terdiri atas PMA ,
investasi jangka pendek dan pinjaman komersial terutama ke ekonomi yang sangat
terintegrasi dengan ekonomi global mengalami gangguan pada tahun 2008 saat
krisis tersebut semakin dalam.
Apabila ada sebuah krisis ekonomi ,
arus masuk modal/ investasi jangka pendek yang pertama akan bereaksi , bahkan
sering kali menunjukkan reaksi berlebihan.Sedangkan, investasi tetap atau
jangka panjang, sifatnya tidak mudah bergerak dibandingkan investasi jangka
pendek, biasanya kurang peka terhadap krisis ekonomi seperti kasus 2008-2009,
pada saat itu dianggap oleh masyaarakat pada umumnya sebagai suatu fenomena
jangka pendek, atau gejala normal dalam suatu sklus bisnis.
Dalam hal perdagangan internasional,
khususnya ekspor pada krisis 2008-2009 memyebabkan penurunan permintaan
dunia,terutama terhadap produksi manufaktur dari negra berkembang,termauk
Asia.Laju pertumbuhan negatif dari impor barang dan jasa dengan cepat
mengimabngi laju penurunan ekspor karena rantai-rantai suplai bereaksi terhadap
penurunan permintaan di negara-negara indutri maju utama.
Selain ekspor, impor juga berkurang,
biasanya mengikuti penurunan ekspor setelah beberapa bulan. Sejak laju
penurunan impor lebih besar dari pada besarnya kemorosotan ekspor, maka saldo
neraca perdagangan internasional menjadi lebih baik bagi banyak negara,
termasuk Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar