BELAJAR ILMU EKONOMI AKUNTASI

Jumat, 12 Agustus 2016

Krisis Ekonomi



KRISIS EKONOMI


A.     Jenis Krisis Ekonomi dan Jalur Transmisi Dampaknya
Perubahan ekonomi dapat menjelma menjadi sebuah krisis ekonomi. Dari proses terjadinya , krisis ekonomi mempunyai dua sifat , yaitu :
a.    Krisis ekonomi yang terjadi secara mendadak atau muncul tanpa ada nya tanda-tanda. Tanda umum terjadinya krisis ini secara umum disebut goncangan ekonomi tak terduga.Contoh : Kenaikan harga minyak mentah yang sangat besar di pasar internasional pada tahun 1974 oleh OPEC.
b.      Krisis ekonomi yang sifatnya tidak mendadak yaitu krisis yang melewati proses akumulasi yang cukup panjang. Contoh krisis ini adalah krisis ekonomi global ang terjadi pada periode 2008-2009. Krisis ini diawali dengan suatu krisis keuangan yang paling serius yan pernah terjadi di AS setelah depresiasi pada dekde 30-an, yang akhirnya merambah kenegara-negara maju lainnya seperti Jepang dan Eropa lewat keterkaitan – keterkaitan keuangan global.
Krisis ekonomi di suatu negara atau wilayah dapat berasal dari luar negeri dan dalam  negeri / wilayah tersebut. Bersumber dari dalam, misalnya  penurunan produksi suatu kuantitas secara mendadak.Keadaan ini biasanya terjadi pada sektor pertanian yang deisebabkan gagal panen karena perubahan cuaca yang ektrim atau bencana alam .Bersumber dari luar , seperti krisis ekonomi glon]bal yang terjadi pada tahun 2008-2009 .
Krisis-krisis ekonmi yang berasal dari sumber-sumber yang berbeda juga mempunyai proses tau jalur tranmisi dampak yang berbeda , dan sektor-sektor ekonomi yang secara langsung terkena dampaknya juga berbeda.

1.      Krisis Produksi
Krisis produksi adalah termasuk tipe krisis ekonomi yang bersumber dari dalam negeri .Krisis ini bisa dalam bentuk penurunan produk domestik secara mendadak dari sebuah komoditas pertanian, contohnya : padi/beras .Penurunan produkssi tersebut berakibat langsung pada penurunan tingkat pendapatan rill dari para petani dan para buruh tani padi.
Apabila padi/beras selain dikonsumsi secara langsung juga digunakan sebagai bahan baku utama oleh sektor-sektor ekonomi lainnya, misalnya industri makanan dan minuman dan volume produksi , kesempatan kerja dan pendapatan sektor-sektor terkait juga akan mengalami penurunan. Hal ini merupakan efek tidak langsung dari krisis tersebut. Secara keseluruhannya tingkat kemiskinan di wilayah– wilayah tersebut akan mengalami peningkatan yang besar. Jika pemerintah di sebuah provinsi mengalami penurunan produksi padi dan tidak melakukan impor beras untuk mengkompensasi kekurangan beras di pasar lokal akan menyebabkan kelebihan permintaan dalam provinsi tersebut. Dan sesuai mekanisme pasar harga beras di provinsi tersebut akan melonjak naik yang berakhir dengan inflasi yang tinggi.
Dalam tipe ini , jalur-jalur transmisi dampaknya terhadap kemiskinan adalah perubahan-perubahan dalam harga (inflasi), jumlah kesempatan kerja dan tingkat pendapatan.Kelompok kelompok masyrakat yang paling rentan terhadap tipe kriris ini adalah petani dan keluarganya , buruh tani dan keluarganya , dan pada peringkat berikutnya adalah para pekerja dan pemilik usaha serta keluarga mereka di sektor lainnya yang terkait lewat produksi dengan subsektor pertanian.

2.      Krisis Perbankan
Dampak langsung atau fase pertama dari efek krisis perbankan adalah kesempatan kerja dan pendapatan yang menurun di subsektor keuangan tersebut. Pada fase kedua, krisis perbankan merembet ke perusahaan-perusahaan yang sangat tergantung pada sektor perbankan dalam pembiayaan kegoatan-kegiatan produksi / bisnis mereka.Perusahaan tersebut tidak bisa mendapatkan pinjaman dari perbankan karena subsektor keuangan tersebut sedang mengalami kekurangan atau kebangkrutan atau perusaahaan masih dapat kredit tapi tetapi dengan tingkat suku bunga pinjaman (R) yang jauh lebih tinggi dibandingkan pada saat perbankan dalam keadaan normal. Kenaikan suku bunga disebabkan oleh permintaan kredit dunia usaha yang besar di satu sisi dan disisi lain dana yang terkumpul dari pihak tinggi untuk di salurkan sebagai kredit usaha yang terbatas.
Rumah tangga juga terkena dampak krisis ini.Ada dua macam dampak terhadap rumah tanggga dan dua tipe kelompok rumah tangga yang terkena dampaknya. Pertama , kelompok rumah tangga kaya :tabungan mereka hilang karena bank-bank yang menyimpan uang mereka bangkrut. Kedua, kelompok rumah tangga non-kaya : pengeluaran-pengeluaran mereka terutama untuk barang-barang buksn kebutuhuhan pokok menurun karena mereka tidak bisa lagi meminjam dari bank , atau masih tetap bisa mendapatkan kredit konsumen namun dengan tingkat R yang sangat tinggi yang membuat biaya pinjaman menjadi terlalu mahal.
Dalam tipe krisis ini , jalur-jalur tranmisi paling utana lewat mana krisis tersebut berdampak pada tingkat kemiskinan yaitu : perubahan dalam arus kredit dari perbankan ke dunia usaha atau tingkat suku bunga pinjaman , volume produksi , jumlah kesempatan kerja dan tingkat pendapatan masyarakat.Kelompok- kelompok masyrakat yang paling rentan terhadap krisis  ini adalah bukan masyarakat miskin melainkan masyrakat kelas menegah keatas.

3.Krisis Nilai Tukar  
Perubahan kurs dari sebuah mata uang , misalnya rupiah terhadap dollar AS diangggap krisis apabila kurs dari mata uang tersebut mengalami penurunan tau depresiasi yang sangat besar yang prosesnya mendadak dan berlangsung secara teru-menerus yang membentuk sebah tren yang meningkat. Dampak langusng krisis ini adalah pada ekspor dan impor. Menurut teori konvensional mengenai perdagangan internasional depresiasi nilai tukar dari suatu mata uang terhadapa misalnya dollar AS yang membuat daya saing harga dari produk-produk buatan negara dari mata uang tersebut membaik, yang selajutnya membuat volume ekspor meningkat. Teori ini didasarkan pada asumsi bahwa faktor-faktor lain yang mempengaruhi secara langsung maupun tidak langsung volume ekspor konstan tidak berubah.
 Disisi impor, akibat kurs mata uang nasional melemah, misalnya dalam rupiah dari Rp.2000 per satu dollar AS menjadi Rp.10.000 per satu dollar AS maka harga-harga dalam negeri dari produk-produk impor akan naik, bahkan dapat menyebabkan meningkatnya laju inflasi Indonesia.
Besar pengaruhnya terhadap laju inflasi sangat bergantung pada jenis produk yang paling banyak di impor dan keterkaitan antara barang-barang yang diimpor dengan kegiatan-kegiatan produksi dalam negeri. Sebagai suatu respon langsung dari kenaikan harga ada 2 kemungkinan , yaitu : Pertama , volume impor menurun dan apabila barang impor tersebut adalah bahan baku atau kebutuhan lainnya untuk kegiatan produksi domestik, maka produksi dalam negri juga akan berkurang dan berakibat pada peningkatan jumlah pengangguran dan kemiskinan. Kedua, volume impor mungkin tetap tidak berkurang karena sangat dibutuhkan di dalam negeri. Jika barang impor tersebut adalah bahan baku maka biaya produksi dalam negeri akan meningkat dan hasilnya adalah peningkatan laju inflasi lewat suatu efek penggandaan.
Jadi depresiasi nilai tukar dari suatu mata uang pada dasarnya berdampak positif terhadap ekonomi dari negara yang mata uangnya mengalami pelemahan lewat sisi ekspor dan berdampak negatif  lewat sisi impor.

4.Krisis Perdagangan
Dalam krisis ekonomi yang berasal dari sumber eksternal ada dua jalur utama yaitu perdagangan dan investasi / arus modal.Didalam jalur perdagangan internasioanl ada 2 sub jalur, yaitu ekspor dan impor .Dalam jalur ekspor misalnya ekspor barang , keaadan krisis bagi sebuah negara eksportir bisa terjadi baik karena harga di pasal internasional dari komoditas yang di ekspor menurun secara drastis atau permintaan dunia terhadap komoditas tersebut turun secara signifikan.
Dalam ekspor jasa, suatu krisisbisa terjadi jika jumlah wisatawan asing yang bekunjung kedalam negeri menurun secara drastis atau jumlah pengiriman uang ke Indonesia dar TKI yang bekerja diluar negeri mengalami penurunan yang signifikan.
Dalam hal impor , suatu kenaikan harga dunia yang signifikan atau suatu penurunan secara tiba-tiba dan dalam jumlah yang besar dari persediaan dunia untuk suatu komoditas yang di perdagangkan di pasar global dapat menjadi suatu krisis ekonomi yang serius bagi negara-negara importir jika komoditas itu sangat crusial misalnya , beras atau minyak yang juga serimg  merupakan komoditas-komoditas  kunci bagi masyrakat miskin. 

5.Krisis Modal
Pengurangan modal didalam negeri dalam jumlah yang besar atau penghentian bantuan serta pinjaman luar negeri akan menjadi sebuah krisis ekonomi bagi banyak dunia miskin di dunia.Pelarian modal baik yang berasal  dari sumber dalam negeri maupun luar negeri yang besar dan secara mendadak bisa menjelma menjadi sebuah krisis besar bagi ekonomi negara-negara yang sangat memerlukan modal investasi.
Proses mulai dari larinya modal keluar negeri hingga menjadi sebuah krisis ekonomi sangat sederhana : dana investasi di dlam negeri berkurang, investasi menurun,kegiatan / volume produksi dan tingkat produktivitas menurun, pertumbuhan ekonomi menurun, jumlah angkatan kerja yang bisa bekerja berkurang , tingkat pendapan rill menurun dan pada akhirnya , tingkat kemiskinan bertambah.Di sisi lain , suatu pelarian modal dalam julah besar akan menyebabkan depresiasi nilai tukar mata uang dari negara bersangkutan.
Dalam kasus ini , jalur-jalur tranmisi memilki dampak utama yakni perubahan – peruubahan dalam jumlah investasi , khususnya investasi jangka panjang , volume produksi dan jumlah tenaga kerja yang bekerja.Kelompok masyarakat yang paling rentan terhadap krisis ekonomi dari kategoriini bisa kelompok miskin tetapi bisa juga kelompok non-miskin tergantung pada sektor atau industri yang paling dirugikan  dengan kekurangan modal investasi.
Rangkuman dari pembahasan semua tipe krisis ekonomi tersebut menunjukkan bahwa tingkat atau laju inflasi dan jumlah kesempatan kerja atau jumlah orang yang mengganggur adalah penentu-penentu utama dari tingkat penentu kemiskinan.

B.     Jalur Transmisi Kunci dan Indikator Monitoring Dampak Krisis
Rangkuman dari pembahasan diatas akan diterrangkan pada tabel berikut memberikan sebuah daftar dari jalur-jalur transmisi dampak utama menurut tipe-tipe krisis ekonomi tersebut. Jalur-jalur itu dapat diperingkat menurut proses munculnya efefk-efek dari sebuah krisis : jalur-jalur pertama/primer (*), jalur-jalur kedua /sekunder (**) , jalu-jalur ketiga (***) dan seterusnya.
Jalur-jalur transmisi Dampak Utama dan Indikator-Indikator Utama untuk Memonitor Pengaruh dari Krisis Ekonomi menurut Tipe Krisis

Tipe Krisis Ekonomi
Jalur-Jalur Transmisi Utama
Indikator-Indikator Utama untuk Memonitor Dampak
Krisis Produksi
Kesemptan Kerja (*)
Pendapatan *
Inflasi*
Output menurut sektor dan wilayah
Kesempatan Kerja menurut sektor dan wilayah
Pendapatan menurut sektor dan wilayah
Inflasi (IHK) menurut wilayah
Kemiskinan menurut wilayah
Krisis Perbankan
Kredit*
Suku bunga pinjaman *
Output*,**
Kesempatan kerja**,***
Pendapatan**,***
Output menurut sektor dan wilayah
Kesempatan kerja menurut sektor dan wilayah
Pendapatan menurut sektor dan wilayah
Kemiskinan menurut wilayah
Krisis Nilai Tukar
Ekport*
Import*
Ouput**
Kesempatan kerja***
Pendapatan***,****
Inflasi***
Ekspor menurut sektor dan wilayah
Impor menurut sektor dan wilayah
Output menurut sektor dan wilayah
Inflasi menurut wilayah
Kesempata kerja menurut wilayah
Pendapatan menurut sektor dan wilayah
Kemiskinan menurut wilayah
Krisis Ekspor
Output*
Kesempatan Kerja **
Pendapatan **,***
Ekspor menurut sektor dan wilayah
Output menurut sektor dan wilayah
Kesempata kerja menurut wilayah
Pendapatan menurut sektor dan wilayah
Kemiskinan menurut wilayah
Krisis Impor
Output*
Kesempatan Kerja **
Pendapatan **
Inflation **
Output menurut sektor dan wilayah
Kesempata kerja menurut wilayah
Pendapatan menurut sektor dan wilayah
Inflasi menurut wilayah
Krisis Modal
Output *
Nilai Tukar *
Kesempatan kerja **
Pendapatan **
Inflasi **
Output menurut sektor dan wilayah
Kesempata kerja menurut wilayah
Pendapatan menurut sektor dan wilayah
Inflasi menurut wilayah
Kemiskinan menurut wilayah

Sebuah krisis ekonomi bisa memiliki jalur-jalur pertama, kedua dan ketiga sekaligus , tergantung pada tipe krisis ekonomi tersebut.Dalam krisis ekonomi juga mempengaruhi satu sektor ekonomi, sebuah jalur transmisi bisa masuk kategori primer untuk satu sektor sementara untul sektor-sektor lainnya yang juga terkena dampaknya , jalur tersebut masuk kedalam kategori sekunder.
Tabel diatas juga mengusulkan sejumlah indikator utama yang dapat digunakan untuk memonitor dampak dari suatu krisis ekonomi khususnya terhadap kemiskinan menurut setiap tipe krisis yang telah dibahas.

C.    ANALISIS EMPIRIS
1. Krisis Keuangan Asia 1997-1998
Kisis keuangan asia muncul sekitar pertengahan tahun 1997 dan mencapai klimaksnya pada tahun 1998 dipicuh pada awalnya oleh larinya modal , terutama modal jangka pendek. Dari Thailand, secara tiba-tiba dalam jumlah yang tidak kecil, cukup kuat untuk membuat banyak investor dan pengusaha gugup dalam menanggapinya.Pelarian ini menyebabkan nilai tukar Bath terhadap dollar AS terdepresiasi dalam jumlah yang cukup besar.Dalam waktu yang tak lama , hal yang sama juga terjadi di Indonesia yang membuat nilai tukar rupaiah terhadap dollar AS melemah.
Proses mulai terjadi ada pertengahan kedua tahun 1997 dan terus berlangsung hingga sempat mencapai diatas Rp 10.000 per satu dollar Asdalam eriode 6 bulan pertama tahun 1998.Pemerintah berupaya mengehentikan jatuhnya nilai tukar rupiah dan sekaligus memnbalikkan arus modal yang lari kembali ke dalam negeri dengan menaikkan tingkat suku bunga tabungan dalam suatu persentase yang paling tinggi yang pernah dilakukan oleh otoritas moneter Indonesia dalam sejarah negara tersebut.Namun, kebijakan itu gagal mengehntikan laju penurunan nilai tukar rupiah dan tidak mampu menarik kembali modal dari luar Indonesia. Akhirnya , pemerintah Indonesia terpaksa melepas sistem penentuan kurs rupiah managed floating pada tahun 1998 karena Bank Indonesia sudah mulai kehabisan stok dollar AS untuk intervensi pasar, sistem yang tealh dianut sejak awal pemerintahan orde baru.
Pada dekade 1970-1n hinggapertengahan 1990-an , Thailand , Indonesia serta beberapa ekonomi Asia lainnya, seperti Malaysia, Sjngapura, Filipina, Korsel, Hongkong-cina, dan Cina-taipei merupaka ekonomi-ekonomi dengan kinerja yang sangat baik yang ditunjukkan dengan laju pertumbuhan PDB yang rata-rata tinggi yang membuat investor asing tergiur menananmkan modal mereka , termasuk perusahaan reksa dana.Namun modal asing yang masuk kebaanyakan jangka pendek bukan invesatsi jangka panjang serta banyaknya pinjaman komersial jangka pendek yang berbunga cukup tinggi.
Menjelang pertengahan tahun 1997,perekonomian Asia terkhusus indonesia ,Thailand, Malaysia, dan Korsel mulai menunjukkan kecendrungan memanas, yang salah satu tandanya dalah laju inflasi yang mulai merangkak naik. Kecendrungan ekonmi yang memanas kahirnya bisa meledak dan membuat para investor asing yang memegang saham-saham dari perusahaan-perusahaan besar di negara tersebut mulai khawatir dan kemungkinan khawatir yang berlebihan ini  membuat mereka yakin bahwa tidak lama lagi ekonomi dari negara tersebut meledak. Akhirnya banyak investor asing pada waktu itu yang menjual saham yang mereka pegang., khusunya di Indonesia.
Dalam waktu yang tidak lama, depresiasi kuurs rupiah menimbulkan suatu krisis keuangan / perbankan yang paling besar yang pernah ada di Indoenesia sepanjang sejarah dan memaksa sejumlah bank swasta tutup menjelang akhir tahun1997 serta bergabunngya sejumlah bank milik pemerintah. Keputusan pemerintah untuk menutup sejumlah bank mengakibatkan kepanikan masyrakat yang mengakibatkan mereka berbondong-bondong menarik uang mereka dari semua bank.Akibat langsung dari tindakan masyarakat ini adalah munculnya efek domino  : bank-bank yang sebenarnya tidak mempunyai masalah keuangan akhirnya ikut goyang akibat kehabisan dana dari pihak ketiga.Hal ini akhirnya menyebabkan krisis ekonomi yang terparah yang pernah dialami indonesia sejak tahun 1945.  
 Selain mengakibatkan sejumlah bank mengalami likuiditas yang sangat serius, depresiasi nilai tukar juga berdampak buruh terhadap perusahaan non-bank di dalam negeri yang banyak impor dan memilki ULN dalam jumlah yang banyak dalam mata uang assing yang terapresaisi atau menguat terhadap rupiah, yaitu dollar AS. Banyak dari mereka yang harus berhenti beroperasi karean tidak mampu membayar hutang mereka atau meneruskan impor.
Kebanyakan pinjaman internasional dilakukan oleh sektor swasta yang  melakukan pinjaman jangka pendek yang dipakainya untuk membiayai pembangunan proyek-proyek jangka panjang . Hal ini merupakan salah satu kesalahan yang besar. Salah satu kesalahan besar  lainnya perusahaan-perusahaan banyak meminjam uang dari luar negeri tidak melindungi pinjaman mereka dalam bentuk melakukan hedging, karena para pengusaha berpikir bahwa Soeharto akan bertahan sebagai presiden dan dia kan konsisten dengan sistem penentuan kurs “ setengah tetap” yan berarti kurs rupiah tidak akan mengalami perubahan yang cukup besar selama soeharto berkuasa.
Dengan jatuhnya nilai rupiah dan pada waktu yang bersamaan tingkat suku bunga di pasar uang sangat tinggi serta sektor perbankan rontok, krisis tersebut pertama-tama menghantam kelompok masyarakat berpendapat menengah dan tinggi di perkotaan, seperti pegawai dan pemilik bank dan perusahaan-perusahaan besar yang menggantungkan diri pada pendanaan perbankan dan impor bahan baku , barang-barang modal, dan pembantu dan input lainnya.Sedangkan usaha mikro / kecil dan menengah pada umumnya beroperasi di sektor informal yang dilakukan oleh masyarakat berpendapatan rendah atau miskin lebih tahan terhadap goncangan.
Dengankata lain , sesuai sifat dari krisis ekonomi 1997-1998 dan perbedaan sifat antara sektor formal dan sektor informal , sektor pertama itu kebih banyak mengalami dampak negatif dari krisis tersebut dibandingkan dengan sektor informal. Pada tingkat makro , ekoomi indonesia mengalami suatu resesi yang paling dalam yang pernah terjadi sepanjang sejarah Indonesia modern. Pada tahun 1998 , saat krisis keuangan asia mencapai titik terburuk , pertumbuhan ekonomi Indonesia tercatat minus negatif 13,7 %. Laju pertumbuhan negatiif ini jauhh lebih besar dari pertumbuhan positif tertingginyang pernah tercapai oleh Indonesia selama pemerintahan ORBA yang rata-rata pertahun 7 persen atau 8 persen pertahun terutama pada masa dekade 80-an.
Berdasarkan data BPS, pertumbuhan PDB yang negatif terjadi karena hampir semua ektor ekonomi di dalam negeri mengalami pertumbuhan output yang negatif.Paling parah tercactat di sektor bangunan, terutama dari sub sektor perumahan/ apartemen dan gedung-gdung pertokoan serta perkantoran yang mencaapai hampir minus 40 persen pada tahun 1998.Sektor bangunan termsuk sektor ekonomi yang memiliki banyak keterkaitan produksi berlapis-lapis ke belakang seperti industri-industri pembuat bahan-bahan bangunan dan sektor-sektor yang memasok berbagai bahan baku untuk industri-industri tersebut.
Sektor kedua yang mengalami pertumbuhan negatif adalah sektor keuangan, khususnya perbankan yang tercatat sebesar -26,7 persen. Pada masa orde Baru, sub sektor keuangan tersebut mengalami suatu perkembangan yang sangat pesat, terutama sejak di keluarkannya deregulasi perbankan pertama pada awal dekade 80-an. Rontoknya sub sektor keuangan ini terutama disebabkan oleh kredit macet , baik antar sesama bank dalam negeri maupun antar perbankan dengan perusaahaan –perusahaan besar non bank yang tidak mampu lagi memenuhi kewajiban mereka membyar htang yang telah jatuh tempo, serta bunganya  karena perusahaan tersebut juga terkena imbas dari krisis 1997-1998.Selain itu banyaknya bank nasional yang tidak mampu membayar hutang luar negeri mereka kaarena perbedaan kurs rupiah sangat besat yang tidak diantisipasi sebelumnya.Hancurnya sektor perbankan akan menambah sulit perushaan dalam negeri mempertahankan, apalagi meningkatkan volume produksi mereka, karena kesulitan mendapatkan kredit bank di dalm negeri.
Dua sektor lainnya yang juga mengalami penurunan volume produksi cukup besar pada tahun 1998 adalah perdagangan, hotel, dan restaurant dengan-18,9 %, dan industri manufaktur yang hampir mencapai -13,0 %. Dua sektor tersebut sangat padat karya yang berarti efek negatifnya terhadap kesempatan kerja di Indonesia sangat besar.Efek langusungnya  yaitu pekerja-pekerja terpaksa di berhentikan di kedua sektor tersebut. Sedangkan efek tidak langsungnya juga sangat besar karena kedua sektor tersebut mempunyai keterkaitan produksi yang kuat dengan sektor-sektor hulu dan hilir yang artinya efek totalnya dari pertumbuhan ouput negatif di perdagangan , hotel, retaurant dan industri manufaktur terhadap peningkatan jumlah pengangguran di Indonesia bisa jauh lebih besar dari pada efek langusngnya.
Sedangkan sektor-sektor ekonomiyang tetap menghasilkan pertumbuhan output yang positif pada tahun 1998 adalah pertanian , listirk, gas, transportasi dan komunikasi dengan masing-masing tercatat sekitar 0,2 persen, 3,7 persen , dan 16,23 persen. Pertumbuhan ouput yang bisa tetap positif di sektor pertanian itu terutama adanya dukungan dari subsektor-subsektor perkebunan, kehutanan,dan perikanan yang memproduksi mereka terus positif meskipun terjadi krisis.
Setelah pengalaman pahit itu, pemerintah Indonesia melakukan banyak langkah untuk mecegah agar di kemudian hari, walupun krisis akan sangat mungkin terjadi namun danpaknya terhadap pereknomian Indonesia bisa ditekan seminimum mungkin. Langkah-langkah tersebut terutama fokus pada :
1.      Memperkuat ekspor non-migas
2.      Mengurangi dan menghilangkan ketergantungan pada ULN,impor, investasi jangka pendek    atau yang bermotivasi spekulasi dihilangkan
3.      Memperkuat sektor perbankan / keuangan
4.      Menerapkan kembali mekanisme penentuan kurs berdasarkan sistem bebas terkendali
5.      Menyaipkan cara /kebijakan penanggulangan krisis yang bagus dengan memperhatikan semua fakktor-faktor yang secara teori sangat memungkinkan munculmya suaatu krisis serupa.

2.  Krisis Ekonomi Global 2008-2009         
     Krisis ekonomi global ini di picu oleh krisis keuangan yang terjadi di AS pada tahun 2007 dan melalui keterkaitan keuangan global, krisis tersebut menjalar ke sebagian besar dunia, terutama negara-negara maju seperti jepang dan UE yang secara ekonomi dan keuangan sangat terintegrasi dengan AS.
Di Asia , banyak negara yang terkena dampak dari krisis tersebut, termasuk china , India dan Indonesia ; walaupun derajat dari dampaknya bervariasi antarnegara, tergantung pada kondisi dan tingkat intergrasi dari negara bersangkutan dengan ekonomi dunia.

Krisis 2008-2009 tersebut mempengaruhi banyak negara melalui sejumlah jalur, yaitu ekspor, investasi dan pengiriman uang dari pekerja-pekerja migran.Namun, demikian jalur paling utama untuk sebagian besar negara-negara yang terkena dampaknya adalah ekspor.
Dampak dari krisis itu sangat luas terhadap volume eksport,jumlah produksi dan para pekerja dan keluarga  mereka di negara-negara Asia yang berorientasi ekspor tersebut.Upaya untuk mengurangi pengaruh negatif dari krisis ekonomi global tersebut terutama terhadap masyrakat miskin atau untuk mencegah supaya tingkat kemiskinan tidak bertambah, pemerintah di negara-negara  asia tersebut seperti halnya pemerintah di negara lainnyajuga terkena efek negatif , yakni mengeluarkan berbagai kebijakan baik yang berbasis pasar maupun regulasi , termasuk kebijakan stimulus fiskalyang memilki tujuan untuk menstimulasi permintaan domestik.
Ekspor merupakan jalur tranmisi yang memilki dampak bagi kebanyakan negara, terutama negara –negara yang berorientasi ekspor maka krisis ekonomi global 2008-2009  bagi banyyak negar termasuk Indonesia merupakan krisis permintaan dunia.Proses selanjutnya, voume produksi dan jumlah kesempatan kerja di perusahaan-perusahaan itu juga menurun dan juga di perusahaan –perusahaan domestik lainnya.
Penurunan kesempatam kerja dan penambhan jumlah pengangguran selanjutnya menyebabkan penurunan pendapatan rill masyarakat.Rendahnya pendapatan rill individu atau RT selanjutnya menambah penurunan permintaan pasar domestik terhadap barang dan jasadan akbat selanjutnya adalah kegiatan produksi di dalam negeri tambah berkurang lagi, sehingga jumlah pengaangguran semakin banyak dan pendapatan masayarakat semakin rendah lagi.
Dinegara-negara besar seperti Indonesia yang terdiri atas berbagai pulau yang jumlahnya sangat banyak dan pembagian wilayah administrasi dalam jumlah yang juga banyak dengan kondisi dan karakteristik yang berbeda , damppak dari krisis global ini juga bisa berbeda antar wilayah.
Berdasarkan uraian diaatas , krisis bergantung pada :
1. Pentingnya komoditas-komoditas yang dipengaruhi oleh krisis tersebut dalam jumlah total ekspor indonesia ,
2. Pentingnya ekonomi-ekonomi dari wilayah dimana perusahaan-perusahaan atau sektor-sektor yang menghasilkan komoditas-komoditas itu berlokasi,
3. Keterkaitan-keterkaittan produksi kebelakang dan kedepan dari perusahaan-perusahaan/ sektor-sektor tersebut dengan ekonomi nasional.
Dari pembahsan diatas , bisa di simpulkan  bahwa bagi Indondesia krisis ekonomi global sangat berbeda dengan krisis keuangan Asia yang terjadi pada dekade 90-an itu dalam dua aspek. Pertama : krisis global adalah goncangan eksternal sedangkan krisis keuangan asia bersumbser dari dalam negeri.Kedua : Krisis global merupakan sebuah krisis permintaan dunia yang di sebabkan oleh merosotntya pendapatan di sejumlah negara industri maju sedangkan krisis keuaangan Asia bagi Indonesia sebuah krisis mata uang rupiah yang disebakan oleh larinya modal keluar, terutama dalam dollar AS yang disusul dengan sebuah krisis keuangan dan berakhir dengan sebuah krisis ekonomi.Negara berkembang di Asia yang terkena pwngaruh negatif dari krisis 2008/2009 tersebut walaupun pada awalnya negara-negara itu , termasuk Indonesia masih kelihatan adem-adem saja seakan-akan tidaka terjangkau dampaknya.
Kemampuan Indonesia mempertahankan pertumbuhan ekonomi yang positif selama periode krisis utama karena permintaan agregat di dlam negeri yang tetap bisa tumbuh dengan baik, khususnya permintaan rumah tangga (swasta) dan konsumsi pemerintah. Selain itu pemerintah pusat juga mentransfer dana segar ke 18,5 juta rumah tangga miskin dalam dua bulan pertama tahun 2009 dan menurnkna pajak sebagai bagian dari apa yang di sebut stimulus fiskal. Tujuan utama stimulus ini adalah untuk mengurangi dampak krisis 2008-2009 terhadap kegiatan domestik.       
Namun disisi lain ketatnya penyaluran penyaluran kredit perbankan baik untuk tujuan konsumsi rumah tanggga maupun untuk kegiatan produksi/dunia usaha pada  saat itu, membuat tingginya tingkat suku bunga pinjaman, permintaan maupun penawaran pasar sedikit lesu. Rendahnya arus kredit perbankan yang mengalir pada kegiatan ekonomi saat itu disebakna oleh dua lasan utama. Pertama :Banyak perusahaan didalam negeri yang tidak kondusif terkait dengan krisis, sehingga permintaan kredit tidak bertambah. Kedua : Sejak pengalaman buruk yang dialami oleh sektor perbankan pada masa krisis keuangan Asia pada tahun 1997-1998 lalu dengan banyaknya kredit macet dari perusahaan peminjam membuat perbankan menjadi ekstra hati-hati dalam menyalurkan kredit , khususnya dalam kondisi dalam kondisi ekonomi tidak kondusif seperti pada krisis 2008-2009.
Berdasarkan data negara dari ADB dan IMF, di negara berkembang Asia , arus masuk modal asing terdiri atas PMA , investasi jangka pendek dan pinjaman komersial terutama ke ekonomi yang sangat terintegrasi dengan ekonomi global mengalami gangguan pada tahun 2008 saat krisis tersebut semakin dalam.
Apabila ada sebuah krisis ekonomi , arus masuk modal/ investasi jangka pendek yang pertama akan bereaksi , bahkan sering kali menunjukkan reaksi berlebihan.Sedangkan, investasi tetap atau jangka panjang, sifatnya tidak mudah bergerak dibandingkan investasi jangka pendek, biasanya kurang peka terhadap krisis ekonomi seperti kasus 2008-2009, pada saat itu dianggap oleh masyaarakat pada umumnya sebagai suatu fenomena jangka pendek, atau gejala normal dalam suatu sklus bisnis.
Dalam hal perdagangan internasional, khususnya  ekspor pada krisis 2008-2009 memyebabkan penurunan permintaan dunia,terutama terhadap produksi manufaktur dari negra berkembang,termauk Asia.Laju pertumbuhan negatif dari impor barang dan jasa dengan cepat mengimabngi laju penurunan ekspor karena rantai-rantai suplai bereaksi terhadap penurunan permintaan di negara-negara indutri maju utama.
Selain ekspor, impor juga berkurang, biasanya mengikuti penurunan ekspor setelah beberapa bulan. Sejak laju penurunan impor lebih besar dari pada besarnya kemorosotan ekspor, maka saldo neraca perdagangan internasional menjadi lebih baik bagi banyak negara, termasuk Indonesia.











Tidak ada komentar:

Posting Komentar

AKUNTANSI PERUSAHAAN JASA

SOAL AKUNTANSI PERUSAHAAN JASA Rio sentosa merupakan sebuah perusahaan yang bergerak dibidang jasa pembersih dan pengecatan gedung. Saldo...