BELAJAR ILMU EKONOMI AKUNTASI

Jumat, 12 Agustus 2016

Pendekatan pembelajaran, strategi pembelajaran dan metode pembelajaran


BAB I
PENDAHULUAN
A.    LATAR BELAKANG
            Pemahaman tentang pendekatan pembelajaran, strategi pembelajaran dan metode pembelajaran adalah hal yang sangat penting, terutama dalam konteks penguasaan konsepsional terhadap pembelajaran. Strategi pembelajaran harus mengandung penjelasan tentang metode atau prosedur dan teknik yang digunakan selama proses pembelajaran berlangsung. Pemilihan strategi pembelajaran sangatlah penting. Artinya, bagaimana pengajar dapat memilih kegiatan pembelajaran yang paling efektif dan efisien untuk menciptakan pengalaman belajar yang baik, yaitu yang dapat memberikan fasilitas kepada peserta didik mencapai tujuan pembelajaran (Gafur, 1989). Namun, harus diingat bahwa tidak ada satupun strategi pembelajaran yang paling sesuai untuk semua kondisi dan situasi yang berbeda, walaupun tujuan pembelajaran yang ingin dicapai sama. Oleh karena itu, dibutuhkan kreativitas dan ketrampilan pengajar dalam memilih dan menggunakan strategi pembelajaran, yaitu yang disusun berdasarkan karakteristik peserta didik dan situasi kondisi yang dihadapinya.Strategi pembelajaran yang akan dipilih dan digunakan oleh pengajar bertitik tolak dari tujuan awal pembelajaran. Dengan demikian, penerapannya pun harus disesuaikan dengan tujuan pembelajaran, sehingga diharapkan terdapat keselarasan antara tujuan dan pelaksanaan.

B.     TUJUAN PENULISAN
1.      Agar pembaca dapat mengetahui pengertian dari strategi pembelajaran
2.      Agar pembaca dapat mengerti apa- apa saja yang termasuk strategi pembelajaran
3.      Tujuan penulisan juga dilakukan untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh dosen yang bersangkutan dengan matakuliah perencanaan pembelajaran.






BAB II
PEMBAHASAN
1.      SEKILAS TENTANG STRATEGI PEMBELAJARAN
            Strategi pembelajaran merupakan hal yang perlu diperhatikan guru dalam proses pembelajaran. Paling tidak ada tiga jenis strategi yang berkaitan dengan pembelaran, yakni :
1. Strategi pengorganisasian pembelajaran
2. Strategi penyampaian pembelajaran
3. Strategi pengelolaan pembelajaran
            Uraian mengenai strategi penyampaian pengajaran menekankan pada media apa saja yang dipakai untuk menyampaikan pengajaran, kegiatan belajar apa yang dilakukan siswa, dan dalam struktur belajar – mengajar yang bagaimana. Strategi pengelolaan menekankan pada penjadwalan penggunaan setiap komponen strategi pengorganisasian dan strategi penyampaian pengajaran, termasuk pula pembuatan catatan tentang kemajuan belajar siswa.
            Model pembelajaran adalah seluruh rangkaian penyajian materi ajar yang meliputi segala aspek sebelum sedang dan sesudah pembelajaran yang dilakukan guru serta segala fasilitas yang terkait yang digunakan secara langsung atau tidak langsung dalam proses belajar mengajar.
            Strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien. Modal digunakan untuk merealisasikan strategi yang telah ditetapkan. Dengan demikian, bisa terjadi satu strategi yang telah ditetapkan. Metode adalah cara yang dapat digunakan untuk melaksanakan strategi. Metode secara harfiah berarti “cara”. Dalam pemakaian yang umum, metode diartikan sebagai suatu cara atau prosedur yang dipakai untuk mencapai tujuan tertentu. Kata “mengajar” sendiri berarti memberi pelajaran. (Pupuh Faturrohman, 2007:2005)
            Pendekatan adalah istlah lain yang memiliki kemiripan dengan strategi pembelajaran. Pendekatan dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran. Oleh karena itu, ada dua pendekatan dalam pembelajaran, yaitu pendekatan yang berpusat kepada guru (teacher- centred approaches) dan pendekatan yang berpusat pada siswa (student-centred approaches). Pendekatan yang berpusat pada guru menurunkan strategi pembelajaran langsung (direct instruction), pembelajaran deduktif atau pembelajaran ekspositori. Sedangkan, pendekatan pembelajaran yang berpusat pada siswa menurunkan strategi pembelajaran discovery dan inkuiri serta strategi pembelajaran induktif. (Wina Sanjaya, 2008:127).
            Tekhnik dan taktik mengajar merupakan penjabran atau metode pengajaran. Teknik adalah cara yang dilakukan seseorang dalam rangka mengimplementasikan suatu metode. Sedangkan taktik adalah gaya seseorang dalam melaksanakan suatu teknik atau metode tertentu. Dengan demikian, taktik sifatnya lebih individual. Misalnya, walaupun dua orang sama – sama menggunakan metode ceramah dalam situasi dan kondisi yang sama sudah pasti mereka akan melakukannya secara berbeda.

2.      STRATEGI PENGORGANISASIAN PENGAJARAN
            Strategi mengorganisasi isi pengajaran disebut oleh Reigeluth, Bunderson, dan Merril (1997) sebagai struktual strategi, yang mengacu pada cara untuk membuat urutan (sequencing) dan mensintesis (synthesizing)  fakta, konsep, prosedur, dan prinsip yang berkaitan.  Sequencing mengacu pada pembuatan urutan penyajian isi bidang studi, dan synthesizing mengacu pada upaya untuk menunjukan kepada siswa keterkaitan antara fakta, konsep, prosedur, atau prinsip yag terkandung dalam suatu bidang studi.
            Pengorganisasian pengajaran secara khusus, merupakan fase yang amat penting dalam rancangan pengajaran. Synthesizing akan membuat topik – topik dalam suatu bidang studi menjadi lebih bermakna bagi siswa yaitu dengan menunjukkan bagaimana topic – topic itu terkait dengan keseluruhan isi bidang studi. Kebermaknaan ini akan menyebabkan siswa memiliki retensi yang lebih baik dan lebih lama terhadap topic – topic yang dipelajari. Sequencing, atau penataan urutan, juga penting, karena amat diperlukan dalam pembuatan sintesis. Sintesis yang efektif hanya dapat dibuat bila telah ditata dengan cara tertentu, dan yang lebih penting, karena pada hakikatnya semua isi bidang studi memiliki prasyaratan belajar.
            Penggarapan strategi pengorganisasian pengajaran tidak bisa dipisahkan dari karakteristik struktur isi bidang studi. Ini disebabkan oleh struktur isi bidang studi memiliki implikasi yang amat penting bagi uaya pembuatan urutan dan sintesis antara isi suatu bidang studi. Struktur bidang studi, seperti telah diuraikan pada bab sebelumnya, mengacu kepada keterkaitan antara bagian – bagian yang tercakup dalam bidang studi. Struktur bidang studi bisa berupa struktur belajar, struktur procedual, struktur konseptual dan stuktur teoritis.
1.      Strategi Makro dan Mikro
·         teori yang berkaitan dengan strategi mikro adalah teori penataan urutan berdasarkan prasyaratan belajar dari Gagne, model pembentukan konsep dari Taba, dan penguasaan konsep dari Bruner.
·         Untuk strategi makro pengintegrasian sejumlah teori seperti hierarki belajar dari Gagne, teori spiral dari Bruner, analisis tugas dari Gropper, teori skema dari Mayer, urutan subsumtive dari Ausubel, dan webteaching dari Norman dilakukan oleh Reigeluth untuk mendapatkan teori komprehensif yaitu dengan teori elaborasi.

2.      Strategi Mikro
Teori Gagne dan Bringgs
Gane dan Bringgs telah mengembangkan berbagai teori pengajaran yang preskriptif  yang mendekripsikan hal-hal yang berkaitan dengan:
a.       Kapabilitas belajar
b.      Peristiwa pengajaran
c.       Pengorganisasian pengajaran

3.      Kapabilitas Belajar
Untuk keperluan merancang pembelajaran, Gagne(1984,1985) mengemukakan kategori kapabilitas yang didapat siswa yaitu:
a.       Informasi Verbal
b.      Keterampilan Intelektual yang mencakup diskriminasi, konsep konkret, konsep abstrak, kaidah, dan kaidah tingkat lebih tinggi
c.       Strategi Kognitif
d.      Sikap
e.       Keterampilan Motorik
            Kategori kapabilitas penting bagi pengembangan teori pengajaran karena setiap kategori menuntut penggunaan metode pengajaran yang berbeda. Menurut Gagne, belajar telah terjadi apabila siswa telah memperoleh kapabilitas tertentu untuk melakukan sesuatu.
Karakteristik dari kapabilitas:
·         Informasi Verbal
Siswa telah belajar informasi verbal apabila ia dapat mengingat kembali informasi tersebut. Indikator yang dipakai untuk menunjukkan kapabilitas berupa menyebutkan atau menuliskan informasi seperti nama, kalimat, alasan, argument, proposisi, atau seperangkat proposisi yang terkait.
·         Keterampilan Intelektual
Kapabilitas dalam menggunakan symbol untuk mengorganisasi dan berinteraksi dengan lingkungan. Siswa akan menggunakan satu keterampilan intelektual apabila ia berinteraksi dengan lingkungan.
·         Diskriminasi
Suatu kapabilitas untuk melakukan respon yang berbeda pada perangsang yang memiliki dimensi fisik yang berbeda. Siswa dikatakan mendiskriminasi apabila ia menyatakan apakah sesuatu sama atau berbeda dengan yang lain berdasarkan dimensi fisiknya seperti ukuran,warna,bentuk,atau suara.
·         Konsep Konkret
Siswa elah belajar konsep konkret apabila ia telah dapat mengidentifikasi contoh-contoh baru dan sekelompok objek. Konsep  konkrit diidentifikasi dengan menunjuk atau menandai pada, contoh-contoh, dan biasanya tidak dapat diidentifikasi dengan defenisi.
·         Konsep Abstrak
Siswa telah belajar konsep abstrak apabila ia menggunakan suatu defenisi untuk mengklasifikasi contoh-contoh yang tidak dipelajari sebelumnya. Konsep tersebut seperti “keluarga” atau “orang asing” adalah contoh konsep abstrak.
            Kaidah siswa setelah belajar kaidah, apabila ia dapat menggunakan kiadah itu pada contoh- contoh sebelumnya tidak dipelajari. Kaidah adalah hubungan antara dua konsep atau lebih. Contoh: penggunaan rumus abc”, yang diungkapkan dengan , untuk memecahkan masalah persamaan kuadarat.
            Kaidah tingkat lebih tinggi (pemecah masalah). Siswa telah mencapai kaidah tingkat tinggi apabila ia menggunakan kaidah atau lebih, yang sudah dipelajari sebelumnya, untuk memecahkan masalah-masalah baru. Kapitalis ini melibatkan penguasaan sejumlah konsep dan kaidah yang kemudian harus di integrasikan untuk memecahkan masalah. Disamping itu, karena masalah tersebut adalah baru, siswa harus lebih teliti dahulu dan memilih kaidah-kaidah mana yang optimal digunakan.
            Gagne (1984,1985) menghipotesiskan bahwa keterampilan intelektual ini bersifat kontinum dan sederhana ke kompleks serta memiliki hubungan yang hierarkis. Artinya belajar keterampilan intelektual yang lebih tinggi, memerlukan penguasaan keterampilan intelektual yang lebih rendah. Atau, keterampilan yang lebih rendah menjadi prasyarat bagi belajar keterampilan yang lebih tinggi.
            Strategi kognitif. Siswa telah belajar strategi kognitif apabila ia telah mengembangkan cara-cara untuk meningkatkan keefektifan dan efisiensi proses berpikir dan proses belajarnya. Demikian juga, apabila dapat belajar secara mandiri, serta dapat menemukan sekaligus memecahkan masalah-masalah baru. Menganalisis suatu masalah menjadi masalah yang lebih rinci, merangkum isi buku teks, dan menggunakan dengan cara-cara menmonik, merupakan contoh- contoh dan strategi kognitif.
            Sikap. Sikap adalah keadaan mental yang kompleks dari siswa yang dapat mempengaruhi pilihanya untuk melakukan tindakan-tindakan yang sifatnya pribadi terhadap orang lain, benda, atau peristiwa. Siswa telah  memiliki sikap apabila ia telah memilih melakukan tindakan yang sama untuk situasi yang sama yang berulang. Perilaku yang hanya ditunjukan pada situasi yang sama  yang berulang. Perilaku yang hanya ditunjukan pada satu situasi tidak dapat dijadikan indikator sikap. Sikap hanya tampak apabila ada perilaku yang konsisten dalam berbagai situasi yang serupa. Pilihan tindakan yang sifatnya pribadi dan ditunjukan secara konsisten, seperti lebih menyukai musik keroncong daripada rock, takut pada ular, mencerminkan sikap  yang telah dipelajari.
            Keterampilan motorik. Siswa telah mengembangkan keterampilan motorik apabila ia telah menampilkan gerakan-gerakan fisik dalam menggunakan bahan atau peralatan-peralatan menurut prosedur yang semestinya. Lebih umum, apabila ia mampu melakukan gerakandalam berbagai tindakan motorik yang terorganisasi. Mengendarai mobil, melempar bola, menulis surat merupakan contoh-contoh keterampilan motorik. Kondisi belajar satu alasan yang kuat sekali mengapa kategorisasi kapabilitas memperlihatkan untuk kerja yang berbeda. Lebih lanjut, Gagne dan Briggs mendeskripsikan kondisi belajar yang berbeda untuk setiap kategori kapabilitas mereka mebedakan 2 (dua) kondisi belajar, yaitu:

1.      Kondisi belajar internal
2.      Kondisi belajar eksternal
            Kondisi internal mengacu kepada perolehan dan penyimpanan kapabilitas-kapabilitas yang telah dipelajari siswa yang mendukung belajar kapabilitas lainya. Kondisi belajar eksternal mengacu kepada berbagai cara yang dirancang untuk memudahkan proses-proses ekternal dalam diri siswa ketika belajar.
            Kondisi belajar internal. Dalam belajar keterampilan intelektual, penting sekali bagi siswa mengigat kembali prasyarat tertentu yang telah dipelajari.  Umpamanya, sebelum siswa dapat mengklasifikasi contoh-contoh baru dan konsep hewan bertulang belakang, maka ia harus telah mengenal bahwa setiap hewan memiliki karakteristik yang berbeda dan secara khusus mengingat kembali karakteristik  hewan bertulang belakang . untuk beljar sikap, siswa perlu mengingat kembali model-model  yang memperlihatkan sikap-sikap tertentu. Umpamanya seorang polisi menjalankan kendaraanya dalam batas kecepatan, dan belajar informasi verbal dapat dimudahkan bila siswa dapat mengingat kembali informasi yang telah dipelajarinya yang ada kaitanya dengan yang baru.






BAB III
PENUTUP
A.    KESIMPULAN
Strategi pembelajaran dapat diartikan sebagai perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Strategi pembelajaran merupakan rencana tindakan (rangkaian kegiatan) termasuk penggunaan metode dan pemanfaatan berbagai sumber daya atau kekuatan dalam pembelajaran yang disusun untuk mencapai tujuan tertentu. Perencanaan pembelajaran sangat penting untuk membantu guru dan siswa dalam mengkreasi, menata, dan mengorganisasi pembelajaran sehingga memungkinkan peristiwa belajar terjadi dalam rangka mencapai tujuan belajar. Model pembelajaran sangat diperlukan untuk memandu proses belajar secara efektif. Model pembelajaran yang efektif adalah model pembelajaran yang memiliki landasan teoretik yang humanistik, lentur, adaptif, berorientasi kekinian, memiliki sintak pembelajaran yang sedehana, mudah dilakukan, dapat mencapai tujuan dan hasil belajar yang disasar. Model pembelajaran yang dapat diterapkan pada bidang studi hendaknya dikemas koheren dengan hakikat pendidikan bidang studi tersebut. Namun, secara filosofis tujuan pembelajaran adalah untuk memfasilitasi siswa dalam penumbuhan dan pengembangan kesadaran belajar, sehingga mampu melakukan olah pikir, rasa, dan raga dalam memecahkan masalah kehidupan di dunia nyata. Model-model pembelajaran yang dapat mengakomodasikan tujuan tersebut adalah yang berlandaskan pada paradigma konstruktivistik sebagai paradigma alternatif. Model problem solving and reasoning, model inquiry training, model problembased instruction, model conceptual change instruction, model group investigation, dan masih banyak lagi model-model yang lain yang berlandaskan paradigma konstruktivistik, adalah model-model pembelajaran alternatif yang sesuai dengan hakikat pembelajaran humanis populis.

B.     SARAN
            Dalam materi yang sudah di terapkan dan dijelaskan dalam makalah ini , diharapkan kepada yang membaca agar lebih memahami materi tentang stategi pembelajaran. Setelah menguasai materi tersebut, pembaca diharapkan dapat mengaplikasikan pengetahuan ini dimasa yang akan datang.

KEMISKINAN DAN KESENJANGAN PENDAPATAN

KEMISKINAN DAN KESENJANGAN PENDAPATAN

A.    Permasalahan Pokok
Ketimpangan yang besar dalam distribusi pendapatan (dengan kesenjangan ekonomi) dan tingkat kemiskinan ( persentase dari jumlah populasi yang hidup dibawah garis kemiskinan) merupakan dua masalah besar di banyak NB , tidak terkecuali Indonesia. Dikatakan besar ,karena jika dua masalah ini berlarut-larut atau dibiarkan semakin parah , pada akhirnya akan menimbulkan konsekuensi politik dan social yang sangat serius .Suatu pemerintahan bisa jatuh karena amukan rakyat miskin yang sudah tidak tahan lagi menghadapi kemiskinannya. Bahkan kejadian tragedi Mei 1998 menjadi suatu pertanyaan (hipotesis) hingga sekarang andaikan tingkat kesejahteraan masyarakat Indonesia sama dengan misalnya di Swiss , mungkinkah mahasiswa akan begitu ngotot berdemonstrasi hingga akkhirnya membuat rezim soeharto jatuh pada bulan mei 1998?
Namun, sejarah menunjukan bahwa setelah 30 tahun lebih sejak Pelita I tahun 1969 , ternyata efek menetes tersebut kecil (kalau tidak bias dikatakan sama sekali tidak ada) ,atau proses mengalir kebawahnya sangat lambat .Akibat dari strategi tersebut dapat dilihat pada tahun 1980-an hingga krisis ekonomi terjadi pada tahun 1997 , Indonesia memang menikmati laju pertumbuhan ekonomi rata-rata pertahun yang tinggi , tetapi tingkat kesenjangan dalam pembagian PN juga semakin besar dan jumlah orang miskin semakin banyak ; bahkan meningkat tajam sejak krisis ekonomi.
Berkaitan dengan masalah diatas , ada dua pertanyaan penting yang akan dicoba dijawab didalam bab ini , yaitu sebagai berikut :
1.      Selama pemerintahan orde baru ,factor-faktor apa yang membuat kesenjangan dalam distribusi pendapatan dan kemiskinan tetap ada ,walaupun pembangunan ekonomi waktu itu berjalan terus berjalan dengan baik dan Indonesia memiliki laju pertumbuhan yang relative tinggi ?
2.      Apakah hipotesis Kuznets , yakni pada awal pembangunan ,kesenjangan ekonomi akan dengan sendirinya berkurang (atau hilang) , tidak berlaku untuk kasus Indonesia?

KONSEP DAN DEFINISI
            Besarnya kemiskinan dapat diukur dengan atau tanpa mengacu kepada garis kemiskinan.Konsep yang mengacu kepada garis kemiskinan disebut kemiskinan relative ,sedangkan konsep yang pengukurannya tidak didasarkan pada garis kemiskinan disebut kemiskinan absoulut. Kemiskinan relative adalah suatu ukuran mengenai kesenjangan didalam distribusi pendapatan ,yang biasanya dapat didefinisikan didalam kaitannya dengan tingkat rata-rata dari distribusi yang dimaksud .Dinegara maju (DCs) ,kemiskinan relative diukur sebagai suatu proporsi dari tingkat pendapatan rata-rata per kapita.Sebagai suatu ukuran relative , kemiskinan relative dapat berbeda menurut Negara atau periode didalam suatu Negara.Kemiskinan absoulut adalah derajat dari kemiskinan dibawah , dimana kebutuhan-kebutuhan minimum untuk bertahan hidup tidak dapat terpenuhi.Ini adalah suatu ukuran tetap (tidak berubah) di dalam bentuk suatu kebutuhan kalori minimum ditambah komponen-komponen nonmakanan yang juga sangat diperlukan untuk bertahan hidup. Walaupun kemiskinan absolute sering juga disebut kemiskinan ekstrem , tetapi maksud dari yang terakhir ini bias bervariasi , tergantung pada interpensi setempat atau kalkulasi .
B.     HUBUNGAN ANTARA PERTUMBUHAN EKONOMI DAN DISTRIBUSI PENDAPATAN
Hubungan Antara Pertumbuhan dan distribusi pendapatan Hipotesis Kuznets
            Data tahun 1970-an dan 1980-an mengenai pertumbuhan ekonomi dan distribusi pendapatan di banyak NB , terutama Negara-negara yang proses pembangunan ekonominya sangat pesat dan dengan laju pertumbuhan ekonomi yang tinggi , seperti Indonesia ,menunjukan seakan-akan ada suatu kolerasi positif antara laju pertumbuhan ekonomi dengan tingkat kesenjangan dalam distribusi pendapatan : semakin tinggi pertumbuhan PDB atau semakin besar pendapatan perkapita semakin besar perbedaan antara kaum miskin dan kaum kaya .Bahkan ,suatu study dari Ahuja ,dkk (1997) di Negara-negara di Asia Tenggara menunjukan bahwa setelah sempat turun dan stabil selama 1970-an dan 1980-an pada saat Negara-negara itu mengalami laju pertumbuhan ekonomi rata-rata pertahun yang tinggi , pada awal 1990-an ketimpangan dalam distribusi pendapatan di Negara-negara tersebut mulai membesar kembali.Hal ini tidak hanya terjadi di NB ,tetapi juga di NB .Studi-studi dari Jannti (1997) dan Mule(1998) memperlihatkan bahwa perkembangan ketimpangan dalam pembagian PN antara kelompok kaya dengan kelompok miskin di sweeden , inggris , AS , dan beberapa Negara lainnyaa di Eropa barat menunjukan suatu tren yang meningkat selama 1970-an dan 1980-an.Misalnnya ,Jannti(1997) didalam studi nya membuat suatu kesimpulan bahwa semakin membesarnya ketimpangan dalam distribusi pendapatan di Negara-negara tersebut disebabkan oleh pergeseran-pergeseran demografi , perubahan pasar buruh dan perubahan kebijakan-kebijakan public.
Dalam hal perubahan pasar buruh , membesarnya kesenjangan pendapatan dari kepala keluarga dan semakin besarnya saham pendapatan dari istri didalam total pendapatan keluarga merupakan dua factor penyebab penting .Literature mengenai perubahan kesenjangan dalam dsitribusi pendapatan awalnya didominasi oleh apa yang disebut hipotesis Kuznets. Dengan memakai data antar Negara (cross section) dan data dari sejumlah survey/observasi di tiap Negara (time series), Simon Kuznets menemukan relasi antara kesenjangan pendapatan dan tingkat perdapatan per kapita berbentuk U terbalik. Hasil ini diinterpretasikan sebagai evolusi dari distribusi pendapatan dalam proses transisi dari ekonomi pedesaan (rural) ke ekonomi perkotaan (urban) atau ekonomi industry.
C.    Hubungan Antara Pertumbuhan Ekonomi dan Kemiskinan
            Dasar teori dari korelasi antara pertumbuhan pendapatan per kapita dan tingkat kemiskinan tidak berbeda dengan kasus pertumbuhan ekonomi dengan ketimpangan dalam distribusi pendapatan seperti yang telah dibahas di atas. Mengikuti hipotesis Kuznets ,pada tahap awal dari proses pembangunan , tingkat kemiskinan cenderung meningkat , dan pada saat mendekati tahap akhir dari pembangunan jumlah orang miskin berangsur-angsur berkurang.Tentu , seperti telah dikatakan sebelumnya , banyak factor-faktor lain lain selain pertumbuhan pendapatan yang juga berpengaruh terhadap tingkat kemiskinan di suatu wilayah/Negara,seperti derajat pendidikan tenaga kerja dan struktur ekonomi .
            Dasar persamaan untuk menggambar relasi antara pertumbuhan output agregat dan kemiskinan dapat diambil dari persamaan .Dalam persamaan tersebut , elastisitas dari ketidakmerataan dalam distribusi pendapatan terhadap pertumbuhan pendapatan adalah suatu komponen kunci dari perbedaan antara efek bruto (ketimpangan konstan) dan efek neto (ada efek dari perubahan ketimpangan) dari pertumbuhan pendapatan terhadap kemiskinan.Apabila elastisitas neto dan bruto dari kemiskinan terhadap pertumbuhan pendapatan dinyatakan masing-masing dengan g dan l ,elastisitas dari ketimpangan terhadap pertumbuhan dengan b , dan elastisitas dari kemiskinan terhadap ketimpangan dengan d , maka didapat :
            Sudah cukup banyak studi empiris dengan pendekatan analisis lintas Negara yang menguji relasi antara pertumbuhan ekonomi dan kemiskinan ,dan hasilnya menunjukan bahwa memang ada suatu korelasi yang kuat antara kedua variable ekonomi makro tersebut .Akhir-akhir ini juga cukup banyak studi yang mencoba membuktikan adanya pengaruh dari pertumbuhan output sektoral terhadap pengurangan jumlah orang miskin .Dalam kata lain , kemiskinan tidak hanya berkolerasi dengan pertumbuhan output agregat atau PDB atau PN ,tetapi juga dengan pertumbuhan output di sector-sektor ekonomi secara individu.misalnya studi dari Ravallion dan Datt dengan memakai data dari india menemukan bahwa pertumbuhan bahwa pertumbuhan output disektor-sektor primer ,khususnya pertanian ,jauh lebih efektif terhadap penurunan kemiskinan di pedesaan maupun perkotaan .Kakwani juga melaporkan hasil yang sama dari penelitiannya dari kasus Filipina .dikatakan dalam studinya bahwa sementara peningkatan 1% output di sector pertanian mengurangi jumlah orang yang hidup dibawah garis kemiskinan sedikit diatas 1% ,persentase pertumbuhan yang sama dari output disektor industry dan disektor jasa hanya mengakibatkan pengurangan kemiskinan antara seperempat jingga sepertiga persen .
D.    ANALISIS EMPIRIS
1.      KEMISKINAN
Kemiskinan bukan hanya masalah Indonesia ,tetapi merupakan masalah dunia.Laporan dari bank dunia menunjukan bahwa tahun 1998 terdapat 1,2 miliar orang miskin dari sekitar 5 miliar lebih jumlah penduduk di dunia.Sebagian besar dari jumlah tersebut terdapat di Asia selatan (43,5%) yang terkonsentrasi di india ,Bangladesh ,Nepal,sri langka ,dan Pakistan .Afrika sub-sahara merupakan wilayah kedua di dunia yang padat orang miskin.Kemiskinan di wilayah ini terutama disebabkan oleh iklim dan kondisi tanah yang tidak mendukung kegiatan pertanian , pertikaian yang tidak henti-hentinya antar suku manajemen ekonomi makro yang buruk dan pemerintahan yang bobrok .Wilayah ketiga yang terdapat banyak orang miskin adalah Asia tenggara dan Pasifik (23,2%).Kemiskinan di Asia Tenggara terutama terdapat di cina , laos , Indonesia , Vietnam , Thailand , dan kamboja .
Di Indonesia ,kemiskinan merupakan salah satu masalah besar . terutama melihat kenyataan bahwa laju pengurangan jumlah orang miskin di tanah air berdasarkan garis kemiskinan yang berlaku jauh lebih lambat dibandingkan laju pertumbuhan ekonomi dalam kurun waktu sejak pelita I hingga 1997.Berdasarkan fakta ini ,selalu muncul pertanyaan : apakah memang laju pertumbuhanyang tinggi dapat mengurangi tingkat kemiskinan ?atau ,apakah memang terdapat satu kolerasi negative yang signifikan antara tingkat pertumbuhan dan persentase jumlah penduduk di bawah garis kemiskinan ?

2.      KESENJANGAN
Studi-studi mengenai distribusi pendapatan di Indonesia pada umumnya menggunakan data BPS mengenai pengeluaran konsumsi rumah tangga dari survey social nasional (susenas).Data pengeluaran konsumsi dipakai sebagai suatu pendekatan (proksi) untuk mengukur distribusi pendapatan masyarakat .Walaupun diakui bahwa cara ini sebenarnya mempunyai suatu kelemahan yang serius ; data pengeluaran konsumsi bias memberikan informasi yang tidak tepat mengenai pendapatan ,atau tidak mencerminkan tingkat pendapatan yang sebenarnya.Jumlah pengeluaran konsumsi seseorang tidak harus selalu sama dengan jumlah pendapatan yang diterimanya ,bias lebih besar atau lebih kecil .Misalnya , pendapatannya lebih besar tidak selalu berarti pengeluaran konsumsinya juga besar ,karena ada tabungan .Sedangkan jika jumlah pendapatannya rendah , tidak selalu berarti jumlah konsumsinya juga rendah .Banyak rumah tangga memakai kredit bank untuk membiayai pengeluaran konsumsi tertentu ,misalnya untuk beli rumah dan mobil ,dan untuk membiayai sekolah anak atau bahkan untuk hiburan.
Demikian pula pengertian pendapatan , yang artinya pembayaran yang didapat karenabekerja atau menjual jasa , tidak sama dengan pengertian kekayaan .Kekayaan seseorang bisa jauh lebih besar daripada pendapatannya .Atau , seseorang bisa saja tidak mempunyai pekerjaan (pendapatan) tetapi ia sangat kaya karena ada warisan keluarga .Banyak pengusaha-pengusaha muda di Indonesia kalu diukur dalam tingkat pendapatan mereka tidak terlalu berlebihan ,tetapi mereka (atau orang tua mereka).
Secara teoritis ,perubahan pola distribusi pendapatan di pedesaan dapat disebabkan oleh factor-faktor berikut :
·         Akibat arus penduduk/L dari pedesaan ke perkotaan yang selama orde baru berlangsung sangat pesat.sesuai teori A.Lewis (1954) ,perpindahan orang dari pedesaan ke perkotaan memberikan suatu dampak positif terhadap perekonomian di pedesaan : kesempatan kerja produktif , tingkat produktivitas dan pendapatan rata-rata masyarakat di pedesaan meningkat .sedangkan ekonomi perkotaan pada suatu saat akhirnya tidak mampu menampung suplai L yang meningkat terus setiap tahunnya ,yang sebagian besar adalah pendatang dari pedesaan ,yang akhirnya berakibat pada peningkatan pengangguran ,disatu pihak , dan menurunnya laju pertumbuhan tingkat upah/gaji ,dipihak lain .
·         Struktur pasar dan besarnya distorsi yang berbeda di pedesaan dengan diperkotaan ,Dipedesaan jumlah sector relative lebih kecil dibandingkan diperkotaan ,dan sector-sektor yang ada dipedesaan lebih kecil dibandingkan sector-sektor yang sama diperkotaan .Perbedaan ini ditambah dengan tingkat pendaapatan perkapita dipedesaan yang lebih rendah daripada diperkotaan .struktur pasar yang sederhana ini membuat distorsi pasar juga relative lebih kecil dipedesaan dibandingkan diperkotaan .
·         Dampak positif dari proses pembangunaan ekonomi nasional.Dampak tersebut bisa dalam beragam bentuk, diantaranya :
ü  Semakin banyak kegiatan-kegiatan ekonomi di pedeesaan diluar sector pertanian , seperti industry manufaktur .Diversifikasi ekonomi pedesaan ini tentu menambah jumlah kesempatan kerja dipedesaan dan juga menambah pendapatan petani.
ü  Tingkat produktivitas dan pendapatan L di sector pertanian meningkat , bukan saja akibat arus manusia dari sector tersebut ke sector-sektor lainnya diperkotaan tetapi juga akibat penerapan/pemakaian T baru dan penggunaan input-input yang lebih baik ,misalnya pupuk hasil pabrik ,dan permintaan pasar domestic dan X terhadap komoditas-komoditas pertanian meningkat.
ü  Potensi SDA yang ada di pedesaan smakin baik dimanfaatkan oleh penduduk desa.

E.     TUJUAN PEMBANGUNAN MILENIUM
Pada bulan September 2000, PBB mendeklarasikan apa yang disebt dengan tujuan pembangunan milenium (MDGs), yang harus di capai 191 negera anggotanya pada tahun 2015. Ada 8 sasaran, masing – masing dengan terget tertentu yang harus dicapai, dan sasaran pertamanya adalah mengurangi kemiskinan dan orang – orang yang mengalami kelaparan. Kedelapan sasaran itu adalah
1.      Menurunkan kemiskinan dan kelaparan ekstrem
2.      Mencapai penddikan dasar untuk semua
3.      Mengurangi angka kematian  anak
4.      Memperbaiki kesehatan ibu
5.      Memerangi HIV/AIDS malaria dan penyakit – penyakit menular lainnya
6.      Menjemin kelestarian  lingkungan hiduo
7.      Membentuk sebuah kerja sama global untuk pembangunan
Sejak dicetuskannya MDGs hingga awal 2011. Khususnya di kawasan Asia dan Pasifik, Indonesia masih masuk kategori negara – negraa yang lamban langkahnya dalam mencapai MDGs pada tahun 2015. Dengan kata lain, Indonesia termasuk negara – negara yang tidakakan mencapai semua MDGs pada tahun 2015. Kelambanan Indonesia dalam pencapaian MDGs tersebut terutama ditunjukan oleh masih tingginya angka kematian ibu, yang sedang melahirkan, belum teratasinya laju penulaan HIV/ AIDS , makin meluasna laju deforetasi, rendahnya tingkat pemenuhan air minum dan sanitasi yang buruk serta beban utang luar negeri.
F.      KEBIJAKAN ANTIKEMISKINAN
            Untuk mengetahui kenapa diperlukan kebijakan anti kemiskinan dan distribusi pendapatan ,perlu diketahui terlebih dahulu bagaimana hubungan alamiah antara pertumbuhan ekonomi ,kebijakan , kelembagaan , dan penurunan kemiskinan .
Tahun 1990 ,bank dunia lewat laporannya world development report on poverty mendeklarasikan bahwa suatu peperangan yang berhasil melawan kemiskinan perlu dilakukan secara serentak pada tiga font : pertumbuhan ekonomi yang luas dan padat karya yang menciptakan kesempatan kerja dan pendapatan bagi kelompok miskin , pengembangan SDM yang memberi mereka kemampuan yang lebih baik untuk memanfaatkan kesempatan-kesempatan yang diciptakan oleh pertumbuhan ekonomi , dan membuat suatu jaringan pengamanan social untuk mereka diantara penduduk miskin yang sama sekali tidak mampu untuk mendapatkan keuntungan-keuntungan dari pertumbuhan ekonomi dan kesempatan pengembangan SDM akibat ketidakmampuan fisik dan mental , bencana alam ,konflik social , dan terisolasi secara fisik .
Sedangkan intervensi jangka menengah dan panjang yang penting adalah sebagai berikut :
ü  Pembangunan/ penguatan sector swasta
ü  Kerjasama regional
ü  Manajemen pengeluaran penerintah (APBN) dan administrasi
ü  Desentralisasi
ü  Pendidikan dan kesehatan
ü  Penyediaan air bersih dan pembangunan perkotaan
ü  Pembagian tanah pertanian yang merata
FAKTOR -FAKTOR PENYEBAB KEMISKINAN
Tidak sulit mencari factor-faktor penyebab kemiskinan, tetapi dari factor-faktor tersebut sangat sulit memastikan mana penyebab sebenarnya (utama) serta mana yang  berpengaruh langsung dan tidak langsung terhadap perubahan kemiskinan.
Kalau diuraikan satu persatu, jumlah factor-faktor yang dapat mempengaruhi, langsung maupun tidak langsung, tingkat kemiskinan cukup banyak, mulai dari tingkat dan laju pertumbuhan output (atau produktifitas tenaga kerja), tingkat upah neto, distribusi pendapatan, kesempatan kerja (termasuk jenis pekerjaan yang tersedia), tingkat inflasi, pajak dan subsidi, investasi, alokasi serta kualitas SDA, ketersediaan fasilitas umum (seperti pendidikan dasar, kesehatan, informasi, transportasi, listrik, air dan lokasi pemukiman), penggunaan teknologi, tingkat dan jenis pendidikan, kondisi fisik dan alam di suatu wilayah, etos kerja dan motivasi pekerja, kultur/budaya atau tradisi, hingga politik, bencana alam dan peperangan. Kalau diamati, sebagian besar dari factor-faktor tersebut juga mempengaruhi satu sama lain. Misalnya, tingkat pajak yang tinggi membuat tingkat upah neto rendah dan ini bisa mengurangi motivasi kerjsa seseorang sehingga produktivitasnya menurun selanjutnya mengakibatkan tingkat upah netinya berkurang lagi, dan seterusnya. Jadi tidak mudah memastikan apakah karena pajak naik atau produktivitasnya yang turun membuat pekerja jadi miskin karena upah netonya rendah.

AKUNTANSI PERUSAHAAN JASA

SOAL AKUNTANSI PERUSAHAAN JASA Rio sentosa merupakan sebuah perusahaan yang bergerak dibidang jasa pembersih dan pengecatan gedung. Saldo...