v Perobahan teknologi dan cara eksplorasi secara kuantitatif dapat membuat
sumber daya alam yang tak pulih (exhaustible) menjadi sumber daya alam
yang pulih (renewable resources) atau yang dapat diperbaharui dengan
adanya penemuan deposit baru dan pemanfaatan SDA yang lebih rendah mutunya.
v Sumber daya alam yang pulih atau yang dapat diperbaharui ini berbeda
sifatnya dengan sumber daya alam yang tidak pulih dalam arti bahwa sumber daya
yang dapat diperbaharui tercipta kembali secara alamiah.
Model Penggunaan SDA Pulih Yang Optimal
q Pengelolaan sumber daya alam yang pulih (renewable resources) pada
umumnya didasarkan pada konsep “ hasil maksimum yang mantap” (Maximum
Sustainable Yield = MSY).
q Konsep MSY didasarkan atas model pertumbuhan biologis yang menganggap
bahwa pada setiap tingkat populasi tertentu yang lebih rendah dari titik Xc
pada gambar berikut ;
Keterangan Gambar :
1. Surplus produksi terjadi dan dapat
dipanen selamanya tanpa mengurangi jumlah persediaan (populasi)
tersebut, jika surplus itu tidak dipanen maka hal ini akan menyebabkan
peningkatan dalam jumlah persediaan dan semakin mendekati daya tampung
lingkungan Xc (carry capacity) dimana surplus produksi menurun menjadi
nol.
2. Apabila surplus produksi sama sama
dengan hasil yang mantap (Sustainable Yield ), ini berarti bahwa MSY
dicapai pada tingkat populasi dengan surplus yang tertinggi, yaitu pada laju
pertumbuhan populasi yang maksimum ataw pada populasi setinggi Xm
·
Berhubung
adanya kekurangan dalam konsep MSY yang hanya melibatkan unsur manfaat dan
eksploitasi SDA dan tidak memperlihatkan unsur biaya eksploitasinya, maka ada
kecenderungan untuk menggantikan dengan konsep “Optimum Sustainable Yield”
(OSY)
·
Konsep
OSY didasarkan pada “kriteria manfaat dan biaya” dan standar yang memaksimumkan
nilai sekarang dari penerimaan bersih.
Hukum Pertumbuhan Alami (Natural Growth Law)
·
Asumsi
yang dianut dalam SDA pulih adalah bahwa pertumbuhan merupakan fungsi sederhana
dari besarnya persediaan (populasi) SDA, dan hubungannya ialah
prtumbuhan itu mula-mula meningkat dengan berkembangnya persediaan, namun
kemudian menurun.
·
Alasan
adanya titik balik (dalam gambar sebelumnya) adalah bahwa
lingkungan alami memiliki apa yang disebut dengan daya dukung tertentu (carrying
capacity) yaitu; merupakan jimlah polpulasi maksimum yang dapat ditampung
oleh lingkungan alam.
Besarnya
Persediaan atau populasi dapat digambarkan sebagai fungsi dan waktu.
Perkembangan ini
mula-mula
meningkat secara eksponensial kemudian semakin menurun dan mencapai titik
maksimum.
Masalah Pemilikan Bersama
(Common Property Problem)
v Kepunahan dapat terjadi sebagai
akibat eksploitasi terhadap SDA yang pulih oleh seorang pemilik tunggal. Dan
juga akan dapat terjadi dengan adanya pemilikan SDA oleh umum.
v Dasar pemikiran ini adalah, bila
perusahaan (firm) memasuki suatu bidang usaha (industri) secara
bebas dan tak ada perjanjian kerjasama, maka masing-masing perusahaan akan
mengabaikan biaya alternatif (user cost = royalty) dalam mengambil SDA
saat ini.
Pembatasan Ekploitasi yang
berlebihan
Eksploitasi yang berlebihan
terhadap SDA milik umum dapat dibatasii dengan beberapa cara:
a.
Mengidentifikasi
hak penguasaan atau hak pemilikan SDA tersebut dan memperayakan pada kehendak
masing-masing penguasa yang bersangkutan. Misal penegasan hak penguasaan (propertyright)
adalah diakuinya zone 200 mil dari pantai
b.
Dengan
cara pengawasan yang dapat berupa penerapan pembatasan alat tangkap ikan
c.
Dengan
cara pembatasan jumlah ikan yang ditangkap.
Pencemaran
Sebagai Kasus Masalah Pengelolaan SDA milik Umum
·
Lingkungan,
udara dan air yang luas serta pemandangan merupakan sumberdaya alam milik umum
yang sering dipakai untuk sebagai tempat membuang limbah.
·
Namun
penggunaan lingkungan ini telah dibatasi oleh perundang-undangan dan peraturan
yang resmi dari pemerintah, hanya saja peraturan dan perundang-undangan itu
masih terlalu sempit.
Ada dua
cara dimana jasa lingkungan dapat masuk ke sistem pasar yang lebih efektif ;
1.
Melalui
Pendekatan Mekanisme Pasar, yaitu Membatasi kebebasan mendapatkan
barang/jasa lingkungan melalui pungutan atau bayaran tertentu, dan dengan memberikan
nilai pada lingkungan, kemudian memasukan nilai tersebut ke dalam harga barang
dan jasa akhir.
2.
Melalui
Pendekatan Komandonamun pengawasan komando memiliki kelemahan diantara
nya akan memerlukan biaya mahal untuk mengumpulkan informasi dari para
produsen. Oleh sebab itu para ekonom menyatakan bahwa pendekatan mekanisme
pasar jauh lebih efisien daripada sistem pengawasan komando.
terimakasih :)
BalasHapuskreta